Jumat, 19 Desember 2014

Berpikir Ilmiah



PENERAPAN BERPIKIR ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pembimbing Bapak Dr.Suranto., M.Pd


Oleh :
IFTITAH DIAN HUMAIROH         120210302015
KELAS B





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
                Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Penerapan Berpikir Ilmiah Dalam Pembelajaran sejarah yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah Filsafat Sejarah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Dr. Suranto,M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing;
2.      Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doanya;
3.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
4.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.



Jember, 28 Oktober 2014

Penulis



DAFTAR ISI

Sampul ………………………………………………………………………………        i 
Kata Pengantar…………………………………………………........................................   ii
Daftar Isi……………………………………………...........................................................  iii
BAB I Pendahuluan
            1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….1
            1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………… 2
            1.3 Tujuan………………………………………………………………………….. 3
BAB II Pembahasan
   2.1 Definisi Berpikir Ilmiah Menurut Para Ahli…………………………………… 4
2.2  Ciri – ciri berpikir Ilmiah......……………………………………………..........   6
2.3  Metode Berpikir Ilmiah………………………………………………............... 7
2.4  Manfaat berpikir Ilmiah…………………………………………....................... 11
2.5  Penerapan Berpikir Ilmiah Dalam Pembelajaran Sejarah....................................12
BAB III Penutup
            3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 14
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………            16
           


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia dikaruniai kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan, manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya. Karenanya tidak salah jika Tuhan menyatakan manusialah yang memiliki peran sebagai wakil Tuhan di bumi, melalui penciptaan kebudayaan.
Proses penciptaaan kebudayaan dan pengetahuan yang didapatkan oleh manusia di mulai dari sebuah proses yang paling dasar, yakni kemampuan manusia untuk berfikir. Meskipun sebenarnya hewan memiliki kemampuan yang sama dengan manusia dalam hal berfikir, tetapi makhluk yang terakhir hanya dapat berfikir dengan kemampuan terbatas pada instink dan demi kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan hewan, manusia dapat kesadaran manusia dalam proses berfikir melampaui diri dan kelangsungan hidupnya, bahkan hingga menghadirkan kebudayaan dan peradaban yang menakjubkan. Sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat dilakukan oleh makhluk Tuhan yang lain.
Dalam membahas pengetahuan ilmiah, kegiatan berfikir belum dapat dimasukkan sebagai bagian dari kegiatan ilmiah, kecuali ia memenuhi beberapa persyaratan tertentu yang disebut sebagai pola fikir. Berfikir dengan mendasarkan pada kerangka fikir tertentu inilah yang disebut sebagai penalaran atau kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan berfikir dapat dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula kegiatan penalaran atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir.
Berpikir merupakan ciri utama manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar berpikir manusia mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam guna kepentingan hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, sedangkan berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan pola dan sarana tertentu secara teratur. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menguji hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah-langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.

1.2  Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
·         Apa definisi dari berpikir ilmiah menurut para ahli ?
·         Apa saja ciri – ciri dari berpikir ilmiah ?
·         Bagaimana metode dalam berpikir ilmiah?
·         Adakah manfaat dari berpikir ilmiah?
·         Bagaimana penerapan berpikir ilmiah dalam pembelajaran sejarah?


1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
·         Untuk mengetahui definisi dari berpikir ilmiah secara umum maupun menurut para ahli
·         Untuk mengetahui ciri – ciri berpikir ilmiah
·         Untuk mengetahui metode berpikir ilmiah
·         Untuk mengetahui manfaat dari berpikir ilmiah














BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Berpikir Ilmiah
            Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki (Achmadi, 1998). Menurut Himsworth (1997), manusia adalah makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi (Hardiman, 2004).
Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dan sebagainya (James, 1999). Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia pastilah menuntut metode tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode (Ahmad Saebani, 2009). Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa sesuatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode. Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah (Sumadi, 2010). Metode berfikir ilmiah dapat dilakukan melalui tiga jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif, Penalaran Induktif, dan Penalaran Abduktif (Redja, 2001).

            Definisi berpikir ilmiah menurut para ahli adalah sebagai berikut :
  1. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. (Hillway,1956).
  2. Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. uripsantoso.wordpress.com
  3. (Menurut Salam (1997:139)Pengertian berpikir ilmiah)
1)       Proses atau aktivitas manusia untuk  menemukan/ mendapatkan ilmu. 
2)       Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
3)       Sarana berpikir ilmiah.
4)       Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
5)       Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
6)       Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.
7)       Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
  1. Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan deduksi.(Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,)
  2. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. ( Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118)
  3. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah ada (Eman Sulaeman)
  4. Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.(wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas)
  5. Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran
  6. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat (Jujun S. Suria Sumantri, 1984)
  7. Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE).
2.2 Ciri – Ciri Berpikir Ilmiah
            Berpikir ilmiah adalah pola berpikir dengan tujuan menarik kesimpulan yang bersifat ilmiah. Karakteristik pola berpikir ilmiah terkait erat dengan karakteristik ilmu itu sendiri yaitu antara lain sistematik, runtut atau koheren dengan teori sebelumnya, kebenarannya bersifat relatif, obyektif, dan bersifat universal. Karakteristrik berpikir ilmiah adalah antara lain:
a)      Acuan Pernyataan dan Premisnya Merupakan Sumber Ilmiah
Kalau sumbernya bersifat teori maka harus merupakan suatu teori ilmiah yang sahih (berasal dari kepustakaan ilmiah) dan bila sumbernya suatu fakta maka hendaknya merupakan suatu fakta ilmiah yaitu mulai dari penentuan sampel sampai dengan cara pengamatan, pengukuran maupun penafsiran hasilnya.
b)     Sistematik dan Runtut
Sistematik artinya sesuai dengan kaidah penalaran yang sahih, sedangkan runtut adalah terdapat keselarasan diantara komponennya.
c)      Obyektif
Obyektif yaitu kesimpulan yang diambil harus mengacu pada obyeknya dan bukan hasil tafsiran subyektif si penyimpul.
d)     Skeptik
Skeptik artinya kebenaran yang diambil bersifat relatif serta pragmatis yaitu dianggap benar sampai ditemukan kesimpulan baru yang secara sahih dianggap lebih benar.
e)      Universal
Universal artinya kesimpulan yang dihasilkan harus berlaku secara umum tanpa diskriminasi.

2.3 Metode Berpikir Ilmiah
            Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh (Richard, 1986). Jadi metode berarti langkah-langkah (cara dan teknik) yang diambil menurut urutan tertentu untuk mencapai pengetahuan tertentu. Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan teknik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya (Branner, 2002).
Metode ilmiah ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada (Kattsoff, 1992). Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu (Milton, 2004).
Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam (Zuhairini, 1995). Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic (Titus, 1959). Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan pendekatan serta eksperimen dan observasi. Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang sama (Sidi, 1973). Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terjadinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjikan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam (Peursen, 2003).
A.    Nilai Guna Metode Ilmiah
            Metode ilmiah memiliki kegunaan sebagai berikut :
1.      untuk mengembangkan pengetahuan.
2.      untuk memecahkan persoalan yang dihadapi manusia. Kemampuan manusia dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya akan menjadi starting point yang menjamin eksistensi manusia.
3.      memudahkan ilmuwan dan pengguna keilmuannya untuk melakukan penelusuran dalam suatu kajian.
Dalam kaitannya dengan upaya penyelesaian masalah, terdapat perbedaan mendasar antara kaum awam dengan kaum terdidik. Kaum awam menyelesaikan masalah dengan cara konvensional, tidak sistematis, sering bernuansa subyektif, dan tidak mampu melakukan generalisasi. Akibatnya, hasil upaya tersebut bersifat samar-samar, belum teruji dan minim penjelasan.
Menurut Francis Bacon, karakteristik pemikiran yang demikian dapat menyebabkan lahirnya arca-arca, seperti: arca pikiran (idols of mind), arca suku (idols of the cove), arca pasar (idols of market), dan arca panggung (idols of theatre). Berbeda dengan cara kerja orang awam, ilmuwan biasanya bekerja dengan cara yang sistematis, logis, dan obyektif. Namun demikian, cara kerja orang awam dapat bermanfaat bagi ilmuwan karena pengetahuan orang awam itu akan menjadi pra anggapan yang perlu diuji dan terbuka untuk didiskusikan.
B.     Prosedur Metode Ilmiah
Prosedur berpikir ilmiah moderen masih menggunakan kaidah keilmuan Barat yang hanya mendasarkan pikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Dengan kata lain, metode ilmiah merupakan penggabungan antara cara berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun tubuh pengetahuan.
Berpikir deduktif memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah. Karena itu, ia harus konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkannya. Penjelasan rasional dengan kriteria kebenaran koherensi tidak dapat memberikan kesimpulan final.
Rasionalisme lebih bersifat pluralistik sehingga memberi kemungkinan untuk menyusun berbagai penjelasan terhadap suatu obyek pemikiran tertentu. Karena itu, dalam metode berpikir ilmiah juga diperlukan cara kerja berpikir induktif yang mendasari kriteria kebenaran pada teori korespondensi. Teori ini menyebutkan bahwa pernyataan dianggap benar jika materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian dengan fakta empiris.
Sebagai contoh, Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007: 157) menyatakan ada enam langkah dalam prosedur metode ilmiah, yaitu:
1.      mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi masalah;
2.      menyusun kerangka pikiran (logical construct);
3.      merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah);
4.      menguji hipotesis secara empirik.
5.      melakukan pembahasan.
6.      menarik kesimpulan.
Selain prosedur berpikir ilmiah sebagaimana tergambar di atas, aspek lain yang juga penting untuk menjadi daya dukung terhadap metode berpikir ilmiah, menurut Archi J. Bahm,  adalah harus menunjukkan adanya masalah, sikap ilmiah, dan aktivitas ilmiah.
1.      Masalah.
       Masalah adalah sesuatu yang timbul akibat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Permasalahan dalam ilmu pengetahuan memiliki tiga ciri sebagai berikut:
a.       Dapat dikomunikasikan (communicable) dan dapat menjadi wacana publik.
b.      Dapat diganti dengan sikap ilmiah.
c.       Dapat ditangani dengan metode ilmiah.
2.        Sikap Ilmiah.
Sikap ilmiah meliputi enam karakteritik, yaitu:
a.       Rasa ingin tahu (scientific curiosity)
b.      Spekulatif
c.       Obyektif.
d.      Keterbukaan.
e.       Kesediaan untuk menunda penilaian.
f.       Tentatif, artinya tidak bersifat dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan.
3.        Aktivitas Ilmiah.
Yang dimaksud aktivitas ilmiah di sini adalah pekerjaan ilmuwan yang senantiasa melakukan riset untuk mencapai pada apa yang disebutnya benar. Menurut Walter R. Borg dan Meredith D. Gall, ada 7 langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitiannya, yaitu:
a.       Menetapkan masalah
b.      Merumuskan atau mendefinisikan masalah
c.       Menyusun hipotesis.
d.      Menetapkan teknik dan menyusun instrumen penelitian
e.       Mengumpulkan data yang diperlukan.
f.       Menganalisis data yang terkumpul.
g.      Menarik kesimpulan          
2.4 Manfaat Berpikir Ilmiah
Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya (Liang, 1982).
Menurut Sugiharto (1996) ada 4 cara manusia memperoleh pengetahuan:
         Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan).
         Merujuk kepada pendapat ahli
         Berpegang pada intuisi (metode intuisi)
         Menggunakan metode ilmiah
Dari keempat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang keempat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian (Magnis, 1992). Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode  ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya (Jammer, 1999).
Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat pengetahuan yang hakiki (Capra, 1998). Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah (Noeng, 1996). Metode ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan penelusuran. Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji (Hardiman, 2004).

2.5 Penerapan Berpikir Ilmiah Dalam Pembelajaran Sejarah
            Penerapan berpikir ilmiah dalam pembelajaran sejarah yaitu berpacu pada kurikulum 2013. Di mana kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan Saintifik yaitu langkah – langkah ilmiah/langkah – langkah cara berpikir ilmiah dimana peserta didik aktif melakukan kegiatan penelitian. Pendekatan Saintifik ini merupakan langkah – langkah munculnya sebuah ilmu sebagai perwujudan komitmen pemerintah untuk menerapkan Pendekatan Konstruktivis  (suatu teori pembelajaran yang berpendapat bahwa proses pembelajaran untuk melatih siswa membangun sendiri pengetahuannya). Agar peserta didik bisa membangun sendiri pengetahuannya, maka peserta didik harus memahami dan menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran terutama pembelajaran sejarah. Dengan cara ini seorang siswa bisa mengembangkan cara berpikir ilmiah dalam pembelajaran.
            Langkah langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik yaitu ada lima langkah di antaranya sebagai berikut :
1.    Mengamati
2.    Menanya
3.    Mengumpulkan informasi / mengeksplorasi
4.    Mengasosiasi
5.    Mengkomunikasikan

Dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan saintifik (langkah – langkah ilmiah) guru memberikan masalah kepada siswa dimana siswa dituntut memecahkan masalah itu sendiri dengan menggunakan langkah – langkah ilmiah yang telah disebutkan di atas.
Contoh penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Topik   : Perang Melawan Tirani
Guru membagi kelas dalam 6 kelompok untuk memecahkan masalah , kemudian guru menayangkan beberapa gambar atau foto perlawanan melawan pendudukan jepang di Indonesia.
Langkah – langkah :
1.      Mengamati
Pada langkah ini guru meminta siswa untuk mengamati gambar yang telah ditayangkan dengan cermat.
2.      Menanya
Guru mendorong siswa untuk bertanya tentang sesuatu hal yang terkait dengan gambar – gambar yang ditayangkan.
3.      Mengeksporasi
Guru meminta siswa untuk merumuskan masalah terlebuh dahulu sesuai dengan materi masing – masing kemudian mencari data/informasi/sumber bacaan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
4.      Mengasosiasikan
Pada tahap ini setelah merumuskan masalah, masing – masing kelompok merumuskan hipotesis. Masing – masing kelompok mengerjakan di kelas, di perpustakaan ataupun di laboratorium multimedia (internet).
5.      Mengkomunikasikan
Setelah selesai mengerjakan dan kembali ke kelas, masing – masing kelompok mempresentasikan/mengkomunikasikan hasil rumusannya atau pemecahan masalahnya di depan teman – temannya.








BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan
Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dan sebagainya (James, 1999). Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia pastilah menuntut metode tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode (Ahmad Saebani, 2009). Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa sesuatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode. Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah (Sumadi, 2010). Metode berfikir ilmiah dapat dilakukan melalui tiga jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif, Penalaran Induktif, dan Penalaran Abduktif (Redja, 2001).
Berpikir ilmiah adalah pola berpikir dengan tujuan menarik kesimpulan yang bersifat ilmiah. Karakteristik pola berpikir ilmiah terkait erat dengan karakteristik ilmu itu sendiri yaitu antara lain sistematik, runtut atau koheren dengan teori sebelumnya, kebenarannya bersifat relatif, obyektif, dan bersifat universal.
            Metode ilmiah adalah suatu prosedur atau tata cara tertentu untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang ditentukan sebelumnya. Secara operasional, metode ilmiah merupakan penggabungan antara cara berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun tubuh pengetahuan. Metode ilmiah lahir dari keinginan manusia (ilmuwan) untuk mencari kebenaran dalam sebuah penyelidikan ilmiah. Metode ini berangkat dari pemikiran filsafat rasionalisme dengan menganggap bahwa manusia mempunyai kedudukan yang tinggi sebagai pusat kebenaran, etika, kebijaksanaan, dan pengetahuan (anthroposentrisme). Metode ilmiah memiliki kegunaan untuk mengembangkan pengetahuan, memecahkan persoalan yang dihadapi manusia, memudahkan ilmuwan dan pengguna keilmuannya untuk melakukan penelusuran dalam suatu kajian.
             Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian (Magnis, 1992). Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode  ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya (Jammer, 1999).
            Untuk menerapakan cara berpikir ilmiah dalam pembelajaran sejarah yaitu menggunakan pendekatan saintifik (langkah – langkah ilmiah/langkah – langkah cara berpikir ilmiah dimana peserta didik aktif melakukan kegiatan penelitian) sesuai dengan Kurikulum 2013. Dimana langkah – langkah pembelajarannya ada lima yaitu sebagai berikut :
1.    Mengamati
2.    Menanya
3.    Mengumpulkan informasi / mengeksplorasi
4.    Mengasosiasi
5.    Mengkomunikasikan

                       











DAFTAR PUSTAKA







 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar