PENERAPAN BERPIKIR ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar
Dosen Pembimbing Bapak Dr.Suranto., M.Pd
Oleh
:
IFTITAH
DIAN HUMAIROH 120210302015
KELAS
B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Penerapan Berpikir Ilmiah Dalam
Pembelajaran sejarah” yang merupakan salah satu dari
komponen nilai tugas individu mata kuliah Filsafat Sejarah dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Dr. Suranto,M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing;
2.
Orang tua
yang selalu memberikan motivasi dan doanya;
3.
Teman-teman
yang telah memberi dorongan dan semangat;
4.
Semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya
penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, 28 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul
……………………………………………………………………………… i
Kata
Pengantar…………………………………………………........................................ ii
Daftar
Isi……………………………………………........................................................... iii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan
Masalah……………………………………………………………… 2
BAB II
Pembahasan
2.1 Definisi Berpikir
Ilmiah Menurut Para Ahli…………………………………… 4
2.2 Ciri – ciri berpikir Ilmiah......…………………………………………….......... 6
2.3 Metode Berpikir Ilmiah………………………………………………............... 7
2.4 Manfaat berpikir Ilmiah…………………………………………....................... 11
2.5 Penerapan Berpikir Ilmiah Dalam Pembelajaran
Sejarah....................................12
BAB III Penutup
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………….. 14
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………… 16
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia dikaruniai
kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan,
manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.
Karenanya tidak salah jika Tuhan menyatakan manusialah yang memiliki peran
sebagai wakil Tuhan di bumi, melalui penciptaan kebudayaan.
Proses penciptaaan kebudayaan dan pengetahuan yang
didapatkan oleh manusia di mulai dari sebuah proses yang paling dasar, yakni
kemampuan manusia untuk berfikir. Meskipun sebenarnya hewan memiliki kemampuan
yang sama dengan manusia dalam hal berfikir, tetapi makhluk yang terakhir hanya
dapat berfikir dengan kemampuan terbatas pada instink dan demi kelangsungan
hidupnya. Berbeda dengan hewan, manusia dapat kesadaran manusia dalam proses
berfikir melampaui diri dan kelangsungan hidupnya, bahkan hingga menghadirkan
kebudayaan dan peradaban yang menakjubkan. Sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat
dilakukan oleh makhluk Tuhan yang lain.
Dalam
membahas pengetahuan ilmiah, kegiatan berfikir belum dapat dimasukkan sebagai
bagian dari kegiatan ilmiah, kecuali ia memenuhi beberapa persyaratan tertentu
yang disebut sebagai pola fikir. Berfikir dengan mendasarkan pada kerangka
fikir tertentu inilah yang disebut sebagai penalaran atau kegiatan
berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan berfikir dapat
dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula kegiatan penalaran
atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir.
Berpikir
merupakan ciri utama manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan
dasar berpikir manusia mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan
alam guna kepentingan hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian
dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah.
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir alamiah dan
berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan
kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, sedangkan berpikir
ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan pola dan sarana tertentu secara
teratur. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode
ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur,
menguji hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah-langkah berfikir dengan
metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga
diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang
baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah
untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan
tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang
memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola
berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif
dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada
proses logika deduktif dan logika induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan kita
menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan
fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
·
Apa definisi dari berpikir ilmiah
menurut para ahli ?
·
Apa saja ciri – ciri dari berpikir
ilmiah ?
·
Bagaimana metode dalam berpikir ilmiah?
·
Adakah manfaat dari berpikir ilmiah?
·
Bagaimana penerapan berpikir ilmiah
dalam pembelajaran sejarah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka makalah ini disusun dengan tujuan sebagai
berikut :
·
Untuk mengetahui definisi dari berpikir
ilmiah secara umum maupun menurut para ahli
·
Untuk mengetahui ciri – ciri berpikir
ilmiah
·
Untuk mengetahui metode berpikir ilmiah
·
Untuk mengetahui manfaat dari berpikir
ilmiah
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Berpikir Ilmiah
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti
jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian,
pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang
dikehendaki (Achmadi, 1998). Menurut Himsworth (1997), manusia adalah makhluk
yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang
lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut
dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling
remeh sampai soal paling asasi (Hardiman, 2004).
Berpikir ilmiah adalah menggunakan
akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dan sebagainya
(James, 1999). Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia pastilah menuntut
metode tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu,
mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut
berbagai metode (Ahmad Saebani, 2009). Akhirnya suatu pendapat mengatakan,
bahwa sesuatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode.
Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah (Sumadi,
2010). Metode berfikir ilmiah dapat dilakukan melalui tiga jenis penalaran,
yaitu Penalaran Deduktif, Penalaran Induktif, dan Penalaran Abduktif (Redja,
2001).
Definisi
berpikir ilmiah menurut para ahli adalah sebagai berikut :
- Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. (Hillway,1956).
- Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. uripsantoso.wordpress.com
- (Menurut Salam (1997:139)Pengertian berpikir ilmiah)
1) Proses atau
aktivitas manusia untuk menemukan/ mendapatkan ilmu.
2) Proses berpikir
untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
3) Sarana berpikir ilmiah.
4) Sarana berpikir
ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang
harus ditempuh.
5) Tanpa penguasaan
sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir
ilmiah yang baik.
6) Merupakan alat
bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.
7) Mempunyai metode
tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya
sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
- Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan deduksi.(Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,)
- Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. ( Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118)
- Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah ada (Eman Sulaeman)
- Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.(wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas)
- Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran
- Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat (Jujun S. Suria Sumantri, 1984)
- Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE).
2.2
Ciri – Ciri Berpikir Ilmiah
Berpikir ilmiah adalah pola berpikir
dengan tujuan menarik kesimpulan yang bersifat ilmiah. Karakteristik pola
berpikir ilmiah terkait erat dengan karakteristik ilmu itu sendiri yaitu antara
lain sistematik, runtut atau koheren dengan teori sebelumnya, kebenarannya
bersifat relatif, obyektif, dan bersifat universal. Karakteristrik berpikir
ilmiah adalah antara lain:
a) Acuan
Pernyataan dan Premisnya Merupakan Sumber Ilmiah
Kalau
sumbernya bersifat teori maka harus merupakan suatu teori ilmiah yang sahih
(berasal dari kepustakaan ilmiah) dan bila sumbernya suatu fakta maka hendaknya
merupakan suatu fakta ilmiah yaitu mulai dari penentuan sampel sampai dengan
cara pengamatan, pengukuran maupun penafsiran hasilnya.
b) Sistematik dan Runtut
Sistematik
artinya sesuai dengan kaidah penalaran yang sahih, sedangkan runtut adalah
terdapat keselarasan diantara komponennya.
c) Obyektif
Obyektif
yaitu kesimpulan yang diambil harus mengacu pada obyeknya dan bukan hasil
tafsiran subyektif si penyimpul.
d) Skeptik
Skeptik
artinya kebenaran yang diambil bersifat relatif serta pragmatis yaitu dianggap
benar sampai ditemukan kesimpulan baru yang secara sahih dianggap lebih benar.
e) Universal
Universal artinya kesimpulan yang
dihasilkan harus berlaku secara umum tanpa diskriminasi.
2.3 Metode Berpikir Ilmiah
Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
“Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos”
yang artinya jalan yang harus ditempuh (Richard, 1986). Jadi metode berarti
langkah-langkah (cara dan teknik) yang diambil menurut urutan tertentu untuk
mencapai pengetahuan tertentu. Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur,
cara dan teknik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya
suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya (Branner, 2002).
Metode ilmiah ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para
ilmuan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukannya dengan cara kerja
sistematis terhadap pengetahuan baru, dan melakukan peninjauan kembali kepada
pengetahuan yang telah ada (Kattsoff, 1992). Tujuan dari penggunaan metode
ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai
tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah, akan terbatas
pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu (Milton, 2004).
Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan
bergerak secara dinamik dan teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof
karena adanya asas tunggal dari alam (natural law). Filosof yakin, bahwa
natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam
(Zuhairini, 1995). Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek
ukuran dalam menentukan kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada
kondisi alam, yang dinamik dan teratur, harus diakui telah meneyebabkan
lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecendrungan yang positivistic (Titus,
1959). Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan
pendekatan serta eksperimen dan observasi. Dalam perkembangan selanjutnya model
dan cara berfikir demikian telah memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu
dapat didekati dengan model yang sama (Sidi, 1973). Dengan ditemukannya metode
berfikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terjadinya kemajuan dalam
ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba
mudah dan menjanjikan. Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang
sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi berpangku tangan, terhadap
apa yang menjadi kehendak alam (Peursen, 2003).
A.
Nilai Guna Metode Ilmiah
Metode ilmiah memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. untuk mengembangkan pengetahuan.
2. untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi manusia. Kemampuan manusia dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya
akan menjadi starting point yang menjamin eksistensi manusia.
3. memudahkan ilmuwan dan pengguna
keilmuannya untuk melakukan penelusuran dalam suatu kajian.
Dalam
kaitannya dengan upaya penyelesaian masalah, terdapat perbedaan mendasar antara
kaum awam dengan kaum terdidik. Kaum awam menyelesaikan masalah dengan cara
konvensional, tidak sistematis, sering bernuansa subyektif, dan tidak mampu
melakukan generalisasi. Akibatnya, hasil upaya tersebut bersifat samar-samar,
belum teruji dan minim penjelasan.
Menurut
Francis Bacon, karakteristik pemikiran yang demikian dapat menyebabkan lahirnya
arca-arca, seperti: arca pikiran (idols of mind), arca suku (idols of
the cove), arca pasar (idols of market), dan arca panggung (idols
of theatre). Berbeda dengan cara kerja orang awam, ilmuwan biasanya bekerja
dengan cara yang sistematis, logis, dan obyektif. Namun demikian, cara kerja
orang awam dapat bermanfaat bagi ilmuwan karena pengetahuan orang awam itu akan
menjadi pra anggapan yang perlu diuji dan terbuka untuk didiskusikan.
B.
Prosedur Metode Ilmiah
Prosedur
berpikir ilmiah moderen masih menggunakan kaidah keilmuan Barat yang hanya
mendasarkan pikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Dengan kata lain,
metode ilmiah merupakan penggabungan antara cara berpikir deduktif (rasional)
dan induktif (empiris) dalam membangun tubuh pengetahuan.
Berpikir
deduktif memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah. Karena itu, ia
harus konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkannya. Penjelasan
rasional dengan kriteria kebenaran koherensi tidak dapat memberikan kesimpulan
final.
Rasionalisme
lebih bersifat pluralistik sehingga memberi kemungkinan untuk menyusun berbagai
penjelasan terhadap suatu obyek pemikiran tertentu. Karena itu, dalam metode
berpikir ilmiah juga diperlukan cara kerja berpikir induktif yang mendasari
kriteria kebenaran pada teori korespondensi. Teori ini menyebutkan bahwa
pernyataan dianggap benar jika materi yang terkandung dalam pernyataan itu
bersesuaian dengan fakta empiris.
Sebagai
contoh, Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007: 157) menyatakan ada enam langkah
dalam prosedur metode ilmiah, yaitu:
1.
mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi masalah;
2.
menyusun kerangka pikiran (logical construct);
3.
merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah);
4.
menguji hipotesis secara empirik.
5.
melakukan pembahasan.
6.
menarik kesimpulan.
Selain
prosedur berpikir ilmiah sebagaimana tergambar di atas, aspek lain yang juga
penting untuk menjadi daya dukung terhadap metode berpikir ilmiah, menurut
Archi J. Bahm, adalah harus menunjukkan adanya masalah, sikap ilmiah, dan
aktivitas ilmiah.
1.
Masalah.
Masalah adalah sesuatu
yang timbul akibat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.
Permasalahan dalam ilmu pengetahuan memiliki tiga ciri sebagai berikut:
a. Dapat dikomunikasikan (communicable)
dan dapat menjadi wacana publik.
b. Dapat diganti dengan sikap ilmiah.
c. Dapat ditangani dengan metode
ilmiah.
2.
Sikap Ilmiah.
Sikap ilmiah meliputi enam
karakteritik, yaitu:
a. Rasa ingin tahu (scientific
curiosity)
b. Spekulatif
c. Obyektif.
d. Keterbukaan.
e. Kesediaan untuk menunda penilaian.
f. Tentatif, artinya tidak bersifat
dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan.
3.
Aktivitas Ilmiah.
Yang dimaksud aktivitas ilmiah di
sini adalah pekerjaan ilmuwan yang senantiasa melakukan riset untuk mencapai
pada apa yang disebutnya benar. Menurut Walter R. Borg dan Meredith D. Gall,
ada 7 langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitiannya, yaitu:
a. Menetapkan masalah
b. Merumuskan atau mendefinisikan
masalah
c. Menyusun hipotesis.
d. Menetapkan teknik dan menyusun
instrumen penelitian
e. Mengumpulkan data yang diperlukan.
f. Menganalisis data yang terkumpul.
g. Menarik kesimpulan
2.4
Manfaat Berpikir Ilmiah
Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam
membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin
eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah,
manusia terus mengembangkan pengetahuannya (Liang, 1982).
Menurut Sugiharto (1996) ada 4 cara manusia memperoleh
pengetahuan:
Berpegang pada sesuartu yang telah
ada (metode keteguhan).
Merujuk kepada pendapat ahli
Berpegang pada intuisi (metode
intuisi)
Menggunakan metode ilmiah
Dari keempat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya
sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang keempat ini, sering
disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode
ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja
penelitian (Magnis, 1992). Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul
sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui
metode ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia
untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya (Jammer, 1999).
Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis,
berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas
terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran
filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat
pengetahuan yang hakiki (Capra, 1998). Ilmuan mempunyai falsafah yang sama,
yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode
ilmiah (Noeng, 1996). Metode ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu,
dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan
melakukan penelusuran. Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran
yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran
ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu
kebenaran tersebut telah teruji (Hardiman, 2004).
2.5 Penerapan Berpikir Ilmiah Dalam
Pembelajaran Sejarah
Penerapan
berpikir ilmiah dalam pembelajaran sejarah yaitu berpacu pada kurikulum 2013.
Di mana kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan Saintifik yaitu langkah – langkah ilmiah/langkah – langkah cara
berpikir ilmiah dimana peserta didik aktif melakukan kegiatan penelitian.
Pendekatan Saintifik ini merupakan langkah – langkah munculnya sebuah ilmu
sebagai perwujudan komitmen pemerintah untuk menerapkan Pendekatan Konstruktivis (suatu
teori pembelajaran yang berpendapat bahwa proses pembelajaran untuk melatih
siswa membangun sendiri pengetahuannya). Agar peserta didik bisa membangun
sendiri pengetahuannya, maka peserta didik harus memahami dan menggunakan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran terutama pembelajaran sejarah. Dengan
cara ini seorang siswa bisa mengembangkan cara berpikir ilmiah dalam
pembelajaran.
Langkah langkah pembelajaran dalam
pendekatan saintifik yaitu ada lima langkah di antaranya sebagai berikut :
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan
informasi / mengeksplorasi
4. Mengasosiasi
5. Mengkomunikasikan
Dalam
pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan saintifik (langkah – langkah
ilmiah) guru memberikan masalah kepada siswa dimana siswa dituntut memecahkan
masalah itu sendiri dengan menggunakan langkah – langkah ilmiah yang telah
disebutkan di atas.
Contoh
penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan
model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Topik : Perang Melawan Tirani
Guru
membagi kelas dalam 6 kelompok untuk memecahkan masalah , kemudian guru
menayangkan beberapa gambar atau foto perlawanan melawan pendudukan jepang di
Indonesia.
Langkah
– langkah :
1. Mengamati
Pada langkah ini guru meminta siswa
untuk mengamati gambar yang telah ditayangkan dengan cermat.
2. Menanya
Guru mendorong siswa untuk bertanya
tentang sesuatu hal yang terkait dengan gambar – gambar yang ditayangkan.
3. Mengeksporasi
Guru meminta siswa untuk merumuskan
masalah terlebuh dahulu sesuai dengan materi masing – masing kemudian mencari
data/informasi/sumber bacaan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
4. Mengasosiasikan
Pada tahap ini setelah merumuskan
masalah, masing – masing kelompok merumuskan hipotesis. Masing – masing
kelompok mengerjakan di kelas, di perpustakaan ataupun di laboratorium
multimedia (internet).
5. Mengkomunikasikan
Setelah selesai mengerjakan dan
kembali ke kelas, masing – masing kelompok mempresentasikan/mengkomunikasikan
hasil rumusannya atau pemecahan masalahnya di depan teman – temannya.
BAB
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Berpikir ilmiah adalah menggunakan
akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dan sebagainya
(James, 1999). Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia pastilah menuntut
metode tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu,
mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut
berbagai metode (Ahmad Saebani, 2009). Akhirnya suatu pendapat mengatakan,
bahwa sesuatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode.
Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah (Sumadi,
2010). Metode berfikir ilmiah dapat dilakukan melalui tiga jenis penalaran,
yaitu Penalaran Deduktif, Penalaran Induktif, dan Penalaran Abduktif (Redja,
2001).
Berpikir ilmiah adalah pola berpikir
dengan tujuan menarik kesimpulan yang bersifat ilmiah. Karakteristik pola berpikir
ilmiah terkait erat dengan karakteristik ilmu itu sendiri yaitu antara lain
sistematik, runtut atau koheren dengan teori sebelumnya, kebenarannya bersifat
relatif, obyektif, dan bersifat universal.
Metode
ilmiah adalah suatu prosedur atau tata cara tertentu untuk membuktikan benar
salahnya suatu hipotesis yang ditentukan sebelumnya. Secara operasional, metode
ilmiah merupakan penggabungan antara cara berpikir deduktif (rasional) dan
induktif (empiris) dalam membangun tubuh pengetahuan. Metode ilmiah lahir dari
keinginan manusia (ilmuwan) untuk mencari kebenaran dalam sebuah penyelidikan
ilmiah. Metode ini berangkat dari pemikiran filsafat rasionalisme dengan
menganggap bahwa manusia mempunyai kedudukan yang tinggi sebagai pusat kebenaran,
etika, kebijaksanaan, dan pengetahuan (anthroposentrisme). Metode ilmiah memiliki kegunaan
untuk mengembangkan pengetahuan, memecahkan persoalan yang dihadapi manusia,
memudahkan ilmuwan dan pengguna keilmuannya untuk melakukan penelusuran dalam
suatu kajian.
Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan
untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian (Magnis,
1992). Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari
tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah
tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode
ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap
masalah yang di hadapinya (Jammer, 1999).
Untuk
menerapakan cara berpikir ilmiah dalam pembelajaran sejarah yaitu menggunakan
pendekatan saintifik (langkah – langkah ilmiah/langkah –
langkah cara berpikir ilmiah dimana peserta didik aktif melakukan kegiatan
penelitian) sesuai
dengan Kurikulum 2013. Dimana langkah – langkah pembelajarannya ada lima yaitu
sebagai berikut :
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan
informasi / mengeksplorasi
4. Mengasosiasi
5. Mengkomunikasikan
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar