BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Negara adikuasa atau negara adidaya potensial adalah negara
atau entitas politik dan ekonomi yang diperkirakan menjadi, atau sedang dalam
proses menjadi, negara adikuasa
di beberapa patokan di abad ke-21. Saat ini, hanya Amerika Serikat
yang memenuhi kriteria untuk dianggap sebagai negara adikuasa.
Amerika
serikat merupakan sebuah negara potensial yang memiliki kekuatan dan kekuasaan
besar sehinggga disebut negara superpower atau negara adidaya, dimana seluruh
negara-negara di dunia mengakui keadidayaannya. Amerika serikat sendiri baru
menyadari kekuatan yang di milikinya bahwa AS memiliki potensi besar untuk
menjelma menjadi sebuah negara adidaya pada perang dunia kedua ketika kapal
dimana didalamnya terdapat banyak rakyat sipil AS diserang oleh Jerman, AS
kemudian ikut serta dalam perang dunia kedua dan menjadi pemenang perang
tersebut. Disusul dengan runtuhnya rezim komunis Uni Soviet pada perang dingin,
akhirnya membawa AS menjadi kekuatan tunggal yang mendominasi dunia.
Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War, bahasa Rusia:
холо́дная война́, kholodnaya
voyna, 1947–1991) adalah sebutan bagi suatu periode
terjadinya ketegangan politik dan militer antara Dunia Barat,
yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Dunia Komunis, yang
dipimpin oleh Uni Soviet beserta sekutu negara-negara
satelitnya. Peristiwa ini dimulai setelah keberhasilan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi
di Perang Dunia II, yang kemudian menyisakan
Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai dua negara
adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer
yang besar. Uni Soviet, bersama dengan negara-negara di Eropa Timur yang
didudukinya, membentuk Blok Timur. Proses pemulihan pasca-perang di Eropa Barat
difasilitasi oleh program Rencana
Marshall Amerika Serikat, dan untuk menandinginya, Uni Soviet
kemudian juga membentuk COMECON bersama sekutu Timurnya. Amerika Serikat membentuk
aliansi militer NATO
pada tahun 1949, sedangkan Uni Soviet juga membentuk Pakta Warsawa
pada tahun 1955. Beberapa negara memilih untuk memihak salah satu dari dua
negara adidaya ini, sedangkan yang lainnya memilih untuk tetap netral dengan
mendirikan Gerakan Non-Blok.
Selain itu, Amerika memulai melakukan kegiatan intervensinya yang dikemas dalam bentuk
politik luar negeri. Semua itu dilakukan dalam rangkamemperkokoh hegemoninya di
kawasan berpenduduk mayoritas muslim tersebut. Perlu diketahui, Roosevelt
berpandangan bahwa kawasan Timur Tengah adalah kawasan penghasil minyak raksasa
di dunia.
Pada tahun
1944, Roosevelt mengadakan negosiasi bersama duta besar Inggris, untuk saling
menggunakan minyak bumi Timur Tengah. “Minyak kawasan Persia adalah milik
kalian. Kita bagi bersama minyak Irak dan Kuwait. Sedangkan mengenai Saudi
Arabia, maka minyaknya adalah milik kita bersama”, tegas Roosevelt. Sehingga
pada tanggal 8 Agustus 1944, ditandatanganilah perjanjian Inggris-Amerika,
untuk saling memanfaatkan hasil minyak bumi Timur Tengah.
Salah satu kepentingan Amerika Serikat yang
tidak dapat dihalangi oleh siapapun bahkan PBB adalah Invasi Amerika Serikat ke
Irak. Kebijakan Amerika Serikat di wilayah Timur Tengah salah satunya Irak
adalah tidak lepas dari kepentingan hegemoninya di kawasan ini dan menjaga
eksistensi strategi globalnya yang banyak memerlukan dukungan dari kawasan
Timur Tengah. Factor geografis Timur Tengah memiliki arti stategis yang sangat
penting bagi Amerka Serikat.
Berbagai cara
ditempuh untuk menyebarluaskan ajarannya tersebut mulai dari cara lembut hingga
cara kasar seperti invasi, embargo, atau sanksi-sanksi lainnya. Dan pada
penulisan makalah kali ini akan diangkat penyebaran demokrasi yang dilakukan Amerika Serikat dengan paksaan
kepada negara-negara timur tengah di masa pemerintahan George Walker Bush.
Selain itu juga akan dibahas motif lain dari invasi ke negeri seribu satu malam
tersebut.
Untuk penjelasan yang lebih rinci, penulis akan membahas dalam bab pembahasan.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat
diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1
Mengapa Amerika disebut
sebagai negara adidaya?
1.2.2
Bagaimana Peran Amerika Serikat dalam Perang dingin?
1.2.3
Bagaimana Peran amerika
Serikat dalam Perang Teluk II di Timur Tengah?
1.2.4
Bagaimana peran Amerika
Serikat dalam menegakkan demokrasi di Irak ?
1.3
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka
makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1.3.1
Untuk mengetahui
bagaimana peran Amerika Serikat sebagai negara adidaya
1.3.2
Untuk mengetahui
bagaimana peran Amerika Serikat dalam perang dingin
1.3.3
Untuk mengetahui
bagaimana peran Amerika Serikat dalam Perang Teluk II di Timur Tengah
1.3.4
Untuk mengetahui bagaimana
peran Amerika SErikat dalam menegakkan demokrasi di Irak
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1
Amerika Sebagai Negara Adidaya
Amerika
serikat merupakan sebuah negara potensial yang memiliki kekuatan dan kekuasaan
besar sehinggga disebut negara superpower atau negara adidaya, dimana seluruh
negara-negara di dunia mengakui keadidayaannya. Amerika serikat sendiri baru
menyadari kekuatan yang di milikinya bahwa AS memiliki potensi besar untuk
menjelma menjadi sebuah negara adidaya pada perang dunia kedua ketika kapal
dimana didalamnya terdapat banyak rakyat sipil AS diserang oleh Jerman, AS
kemudian ikut serta dalam perang dunia kedua dan menjadi pemenang perang
tersebut. Disusul dengan runtuhnya rezim komunis Uni Soviet pada perang dingin,
akhirnya membawa AS menjadi kekuatan tunggal yang mendominasi dunia.
Amerika
Serikat disebut sebagai negara adikuasa, karena Amerika mempunyai kekuasaan
lebih dalam percaturan internasional dan berhak untuk mengambil keputusan dalam
proyek - proyek internasional. Selain itu Amerika juga memiliki kekuatan
militer yang tangguh yang ditakuti negara - negara lain, serta memiliki
perlengkapan perang yang mumpuni serta modern. Amerika Serikat juga memiliki
sistem pendidikan yang modern dan berkualitas yang menciptakan beberapa pelajar
Amerika menjadi orang yang maju dan sukses serta berkualitas. Amerika Serikat
juga memiliki negara bagian dan perekonomian di Amerika sangat maju. Itu yang
membuat Amerika Serikat menjadi salah satu negara adikuasa.
Setelah
Pasca perang dingin maka Amerika serikat keluar sebagai penguasa atau
negara adidaya tunggal yang merajai dunia.Kini Amerika serikat menjadi
negara super powerdi panggung internasional. Amerika telah
menyebarkan pengaruhnya ke seantero penjuru dunia baik militer, politik maupun kebudayaannya.
Militer
Amerika Serikat
Amerika adalah kekuatan Ekonomi terbesar didunia,setelah
runtuhnya Uni Soviet, Amerika berdiri sendiri sebagai negara Adidaya di
dunia ini tanpa saingan, Amerika memiliki angkatan Laut dan Udara terkuat
dunia (secara jumlah), yaitu sebanyak 1,559 Angkatan Laut dan
sebanyak 18,169 Mesin perang angkatan udara. Amerika memiliki 1,3 Juta Personil
aktif dalam militer, Amerika juga negara pemroduksi senjata terbesar di dunia.
Sebagai
Polisi Dunia.
Ketika perang dingin berlangsung selama 45 tahun maka disitu
masih ada dua negara adidaya yang saling berimbang kekuatannya. Akan tetapi
sekarang setelah Uni Soviet runtuh maka Amerika Serikatlah yang muncul sebagai
kekuatan tunggal untuk merajai dunia. PBB yang mana kala merupakan alat
legitimasi nya turut mendukung segala kebijakan pemerintah Amerika Serikat.
Amerika Serikat Akan senatiasa turut campur dalam setiap
masalah sengketa diantara negara-negra didunia. Dimana ada masalah sengketa
maka secara cepat atau lambat Amerika Serikat akan masuk dan mencoba untuk
menengahinya. Walaupun pada garis besarnya Amerika Sertikat sendiri juga
mempunyai maksud dibalik itu semua. Dengan kekuatan yang
dimilikinya itulah yang digunakan oleh amerika Serikat untuk terus mencoba
mengamankan situasi keamanan negara-negara didunia. Sebab jika kita lihat dari
sejarah masa lalu, maka tentunya tak heran apabila dari tinggalan-tinggaln
kisah masa lampau tersebut memunculkan bibit-bibit perbencian dan bahkan akan
senantuasa balas dendam.
Amerika serikat beraksi di Kosovo, Haiti, Somalia
dan Liberia, dan Perang Teluk Pertama terhadap Irak yang menginvasi
Kuwait. Selepas serangan teroris pada 11 September 2001 di World Trade
Center dan Pentagon, AS melancarkan serangan balasan terhadapAfganistan dan
menjatuhkan negara Taliban di sana dan pada tahun 2003 melancarkan Perang
Teluk Kedua terhadap Irak untuk menyingkirkan rezim Saddam Hussein.
Disitulah peran Amerika Serikat sebagai polosi dunia. Walaupun jika dilihat
dari berbagai sudut pandang masyarakat luas tidaklah sama, bahkan berpendapat
bahwa amerika justru menjadikan masalah atau persengketaan tambah runyam dan
besar.
Tindakan
Secara garis besar maka tindakan Amerika Serikat sebagai polisi
dunia bisa disimpulkan sebagai berikut :
1) Semakin menguatkan kekuatan
militernya baik didalam negerinya sendiri maupun pasukan yang ditempatkan
disetiap wilayah. Amerika Serikat akan memperkuat pasukan dalam negerinya dan
merambah keluar, dimana pasukan-pasukan yang dikirim kenegara-negara sengketa
merupakan angkatan yang sangat kuat dan penuh dengan segala amunisi.
2)
Berupaya untuk selau paling unggul dan menguatkan pengakuan
di dunia internasional bahwa Amerika serikat merupakan negara adidaya tunggal
dan tidak ada tandingannya.
3)
Akan selalu turut campur dalam setiap sengketa
dipelosok dunia ini, apabila sengketa tersebut akan mengganggu eksisrensinya di
kancah internasional.
4)
Misalnya : Perang Irak-Iran, Perang
Israel-Palestina, Revolusi Libya, Revolusi Tunisia, Revolusi Mesir, Pergolakan
Libanon, dan masih ada beberapa kasus lainnya didunia. Amerika Serikat
bersama PBB selalu masuk sebagai penengahnya dan berupaya menyelesaikan
sengketa.
5)
Amerika Serikat masuk hampir disemua Benua, baik Asia,
Eropa, Amerika, Afrika. Hanya saja disini secara jumlah kebanyakan banyak
persengketaan di Timur-Tengahyang sejak dari dulu tak pernah padam
sepeti Israel-Palestina ini.
6)
Amerika Serikat masuk dan memberi tawaran Solusi
Penyelesaian terhadap negara yang bersengketa dan barulah akan mengambil
tindakan apabila jalur diplomasi sudah tak dapat lagi ditempuh. Amerika tidak
akan segan untuk mengirimkan militernya dan menumpas negara yang dianggapnya
sudah tidak lagi bisa ditoleran.
7)
Segala pemberontakan ataupun intervensi-intervensi yang
kiranya membahayakan pengaruhnya maka akan segera ditumapas oleh Amerika
serikat. Kebijaksanaan ini diambil karena pada akhir-akhir ini banyak teroris
yang dari golongan umat islam mencoba untuk meneror Amerika Serikat sebagai
bentuk penolakan terhadap budaya Amerika Serikat.
8)
Sebenarnya secara komprehensip atau menyeluruh maka Amerika
Serikat tidak hanya mengandalkan dari segi militer saja, akan tetapi juga
perekonomiannya yang sangat maju dan merajai pasaran duni juga politik yang
didukung dibelakangnya yaitu PBB ( Perserikatan
Bangsa-Bangsa) juga NATO.
9) "Sambil menyelam minum
air". Ungkapan itu sangat cocok untuk Amerika Serikat, karena dalam hal
apapun baik regional maupun internasional maka ia akan selalu mengambil
keuntungan dan selalu menjaga bagaimana eksistensinya sebagai negara super
power ini bisa melekat dan citra sebagai negara pelindung atau negara pengayomnegara-negara
lain.
2.
2 Peran Amerika Serikat dalam Perang
dingin
Perang dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik,
ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut
Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi
antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang, seperti koalisi militer; ideologi; industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan
persenjataan; dan lain-lain. Perang dingin
bukanlah sekedar perang biasa di mana kedua belah pihak berperang di medan
terbuka. Perang dingin merupakan perang antara dua negara adikuasa yang saling
berebut pengaruh dalam pergulatan politik internasional. Perebutan
pengaruh dimulai dengan saling mencurigai antarnegara adikuasa itu.
Dalam Perang Dingin, Amerika
Serikat mempunyai peran menyangkut bidang politik dan ekonomi yaitu :
a. Bidang Politik
Amerika Serikat berusaha
menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi negara demokrasi, agar
hak-hak asasi manusia dapat dijamin. Di negara-negara yang sebelumnya kalah
perang seperti Jepang dan Jerman kecuali paham demokrasi, kapitalisme juga
dikembangkan. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan Amerika Serikat dan
merupakan negara pengaruhnya. Uni Soviet dengan paham sosialis-komunisnya
mendengungkan pembangunan negara dengan Rencana Lima Tahunnya. Caranya tidak
dilakukan dengan liberal, tetapi dictator. Negara-negara yang sehaluan disebut
dengan satelit Uni Soviet, karena apa yang diperintahkannya wajib dilakukan
oleh negara-negara satelit tersebut. Penyimpangan seperti yang dilakukan oleh
Polandia dan Hongaria ditindak keras oleh Uni Soviet (1956).
b. Bidang Ekonomi
Sebagai negara kreditor terbesar,
Amerika Serikat dapat memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi kepada
negara-negara yang sedang berkembang. Negara-negara Barat yang hancur
ekonominya akibat Perang Dunia II dibantu melalui Marshall Plan. Di samping
itu, ada negara yang memperoleh “Grants in Aid” yaitu bantuan ekonomi dengan
kewajiban mengembalikannya berupa dolar atau dengan membeli barang-barang
Amerika Serikat. Untuk negara Asia, Presiden Truman mengeluarkan “The Points
Four Program for the Economic Development in Asia” berupa bantuan teknik dalam
wujud perlengkapan-perlengkapan ekonomis atau bantuan kredit yang berasal dari
sektor swasta di Amerika Serikat yang disalurkan oleh pemerintah kepada
negara-negara yang sedang berkembang.
2.3 Peran amerika Serikat
dalam Perang Teluk II di Timur Tengah
Pada pada 2 Agustus 1990 Irak
melancarkan invasinya ke Kuwait yang dikenal dengan sebutan Perang Teluk Persia
2. Invasi Irak ini dibuka dengan penyerangan oleh dua brigade Pasukan Khusus
Republik Irak yang bergerak cepat untuk menguasai istana Amir dan Bank Sentral
Kuwait yang ia percaya akan menemukan tumpukan emas di sana. Tapi sayangnya
kebanyakan dari warga Kuwait lebih banyak menginvestasikan uang mereka ke luar
negeri dibanding melakukan investasi pada Bank Sentral Kuwait oleh karena itu
Saddam hanya mendapatkan 2 trilliun dolar billion emas Kuwait (Cigar, 1992 dan
Friedman, 1991). Pada hari yang sama Irak membombardir ibukota Kuwait dari
udara. Meskipun Angkatan Bersenjata Kuwait, baik kekuatan darat maupun udara berusaha
mempertahankan negara, namun mereka dengan cepat kewalahan. Selanjutnya Kuwait
berhasil memperlambat gerak Irak dan segera menyelamatkan keluarga kerajaan
untuk meloloskan diri ke Arab Saudi beserta sebagian besar tentara yang masih
tersisa. Invasi membabibuta yang dilakukan Irak membuat Kuwait meminta bantuan
kepada Amerika Serikat tepat tanggal 7 Agustus 1990.
a.
Dalam Bidang Diplomasi
Presiden Saddam Husein begitu percaya
diri dengan invasi yang dilakukannya di atas tanah Kuwait hingga pada musim
gugur. Tanggal 6 Agustus 1990 Dewan
Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi Pada Irak Dan dilanjutkan dengan misi
diplomatik antara James Addison Baker
III diplomat Amerika Serikat dengan menteri luar negeri Irak Tareq Aziz tanggal
9 Januari 1991 namun tidak membuahkan hasil, Irak menolak permintaan PBB agar
menarik pasukannya dari Kuwait sampai tanggal 15 Januari 1991.
Dalam kesempatan ini, Amerika, yang
dapat mempengaruhi PBB, memanfaatkan konflik yang terjadi antar dua negara
penghasil minyak ini untuk semakin menyatakan hegemoninya di kawasan Timur
Tengah. Amerika Serikat hendak menguatkan genggamannya di teluk persia,
menyalahkan kebijakan Irak yang menolak berhubungan diplomatik dengannya.
Kemudian menjatuhkan sangsi, dan mempersiapkan penyerangan militer terhadap
Irak secara besar-besaran.
b.
Dalam Bidang Militer
Dengan segera Presiden Amerika Serikat
George H. W. Bush mengambil tindakan tegas untuk menyatakan perang tanggal 12
Januari 1991. Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang
disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab dan AfrikaUtara kecuali
Syria, Libya, Yordania dan Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer
Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat ditambah
negara-negara Eropa Utara dan Eropa Timur), serta 2 negara Asia yaitu
Bangladesh dan Korea Selatan. Sementara dari Afrika, Niger turut bergabung
dalam koalisi. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang
dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf serta Jenderal Collin Powell. Pasukan
negara-negara Arab dipimpin oleh Letjen Khalid bin Sultan.
Pada bulan 17 Januari 1991, Amerika
bersama sekutunya meluncurkan operasi gurun badai (Operation Desert Storm).
Target utama koalisi adalah untuk menghancurkan kekuatan Angkatan Udara Irak
dan pertahanan udara yang diluncurkan dari Arab Saudi dan kekuatan kapal induk
koalisi di Laut Merah dan Teluk Persia. Target berikutnya adalah pusat komando
dan komunikasi. Presiden Saddam Hussein yang merupakan titik sentral komando
Irak dan inisiatif di level bawah tidak diperbolehkan. Koalisi berharap jika
pusat komando rusak maka semangat dan koordinasi tempur Irak akan langsung
kacau dan lenyap. Target ketiga dan yang paling utama adalah instalasi rudal
jelajah terutama rudal Scud. Operasi pencarian rudal ini juga didukung oleh
pasukan komando Amerika dan Inggris yang mengadakan operasi rahasia di daratan
untuk mencari dan bila perlu menghancurkan instalasi rudal tersebut serta
operasi di daratan. 42 hari setelah itu, Amerika dan sekutu berencana mengepung
Irak dengan suplay 88000 ton bom. Target pengepungan ini adalah menghancurkan
pusat listrik dan air milik Irak. Di bulan Februari, Amerika dan sekutu memulai
peperangan darat selama 100 jam. Mereka mengirimkan tentara bersenjata berat ke
sebelah selatan Irak. Sehingga menewaskan sekitar 100.000 sampai 200.000 bangsa
Irak.
Di musim semi 1991, kaum syiah dan
bangsa Kurdi di utara Irak berdemo melawan pemerintahan Saddam Husein. Pada
mulanya Amerika dan mendukung pemberontakan ini. Namun kemudian mengkhawatirkan
kerusuhan dan ketidakstabilan di kawasan tersebut. Amerika Serikat akhirnya
tidak mau membantu para pemberontak. Keinginan mereka untuk menguasai
persenjataan Irak tidak dikabulkan oleh Amerika. Di sisi lain Amerika juga
membiarkan Irak menyerang mereka.
Ketika Irak menarik mundur kekuatannya
dari Kuwait, Amerika bersama Inggris menuntut pemberlakuan sangsi terhadap
Irak. Irak dianggap telah melakukan perusakan-perusakan. Amerika kemudian
memberlakukan zona larangan terbang bagi Irak di wilayah utara dan selatan
Irak. Semenjak perang teluk usai sampai sekarang, Amerika masih
menempatkan 17.000-24.000 tentaranya di
teluk persia.
2.4
Peran Amerika Serikat dalam Menegakkan Demokrasi di Irak
2.4.1 Latar Belakang Amerika Serikat Menegakkan Demokrasi di Irak
A. Keadaan Irak pada Masa Saddam Husain
Saddam Husain at-Tikriti baru muncul sebagai
orang kuat di belakang layar pada paruh kedua tahun 70-an. Ia berdiri di
belakang Presiden Bakr. Selama beberapa tahun ia mempertahankan posisi yang
tidak menonjol sebagai wakil ketua komando Regional Partai Baath dan juga
menjadi Wakil Ketua Dewan Komando Revolusioner. Pada tanggal 17 Juli 1979,
yaitu pada peringatan ulang tahun kesebelas pemerintahan Baath di Irak, Saddam
menggantikan Bakr sebagai Presiden Republik yang mengundurkan diri karena
alasan-alasan kesehatan.
Di bawah kepemimpinan Saddam Hussein terdapat
tanda-tanda bahwa Irak mengalami suatu situasi politik yang stabil. Meskipun
kestabilan ini dicapai dengan kerja keras dari pihak keamanan, namun kebijakan
ekonomi dan social pemerintah sangat memegang peranan dalam kestabilan ini.
Akan tetapi pada tahun 1980 meletus peperangan antara Iran dan Irak. Terlepas
daripada asal-usulnya, peperangan ini merupakan sebuah tantangan yang berat
bagi pemerintah yang berkuasa di Irak. Namun perkembangan selanjutnya, terutama
semenjak diadakan gencatan senjata tahun 1988, telah memperbaiki citra
pemerintah, dan memperbesar dukungan rakyat kepadanya.
Bulan November 1988, beberapa bulan setelah
gencatan senjata itu, Presiden Saddam Hussein telah mengeluarkan suatu Program
Reformasi Politik yang mengizinkan berdirinya Partai-Partai politik yang
beroposisi kepada Partai Baath. Alasan yang dikemukakan bagi tindakan ini
adalah karena semua bangsa Irak, terdiri dari bermacam-macam latar belakang
etnis, Ideologi, agama, semua telah bekerjasama dalam upaya perang yang lalu,
dan karena itu berhak untuk memainkan suatu peranan yang terlembaga dalam
proses pengambilan keputusan. Majelis Nasional yang dipilih pada bulan April
1989 diberi tugas untuk mengeluarkan undang-undang yang diperlukan untuk
membenarkan adanya Partai-Partai politik itu. Namun demikian, tidak dapat
diharapkan timbulnya di Irak sebuah sistem Liberal seperti yang terdapat di
barat. Presiden Irak sendiri telah menyatakan bahwa masyarakat Irak berbeda
dari masyarakat Barat, karena itu apabila terdapat praktek-praktek yang
berbeda, maka ini adalah suatu hal yang sudah dapat diharapkan.
Akan tetapi, kediktatoran rezim Saddam
Husaeinlah yang menyebabkan Amerika Serikat melakukan invasi ke Irak, meskipun
ada factor-faktor lain yang mendukung invasi tersebut. Oleh karena itu Amerika
Serikat melakukan invasi ke Irak dengan mengusung HAM dan demokrasi. Amerika
Serikat menegaskan bahwa tiadanya demokrasi berandil besar terhadap tumbuh dan
berkembangnya radikalisme dan aksi kekerasan di dunia Arab. Maka Amerika
Serikatpun mulai menyadari bahwa meredam kekerasan dan aksi terorisme harus
dibarengi dengan penguatan dan penyebaran demokrasi di Timur Tengah.
Pemerintahan di Irak yaitu Saddam Husain yang otoriter dan totaliter dinilai
sangat potensial mendukung kelompok-kelompok pemberontak bahkan kelompok
teroris untuk melawan negara-negara maju yang dianggap menindas seperti Amerika
Serikat. Hal inilah yang membuat Amerika Serikat bersikeras untuk menyerang
Irak yang mentransformasikan rezim otoriter yang tidak kooperatif dengan rezim
demkrasi seperti yang ada di Amerka Serikat.
Amerika Serikat membayangkan bahwa dengan
menggulingkan Saddam Hussein dan menggantikan pemerintahan yang dictator
menjadi demokrasi, rakyat Irak akan serta merta menyambutnya sebagai kemengan
demokrasi, sebagaimana diketahui bahwa menurut Amerika Serikat, rakyat Irak
tidak pernah merasakan demokrasi, terutama setelah Irak dikuasai oleh pemimpin
yang dictator dan otoriter seperti Saddam Husein. Sejak resmi menjadi nomor
satu di Irak (Juli 1979), Saddam Husein oleh pers barat dijuluki sebagai
dictator paling bengis di Timur Tengah, kemudian menjadi manusia paling
berbahaya di dunia atau Hittler zaman ini.
Modus utama penyerangan Irak oleh Amerika adalah kebijakan luar
negeri Amerika yaitu ingin memberantas jaringan terorisme internasional.
Peristiwa 11 September menimbulkan efek yang sangat luar biasa bagi Amerika
baik kedalam maupun keluar. Kebijakan kedalam adalah pengawasan ketat terhadap
pria keturunan arab yang hendak berkunjung ke Amerika baik yang teridentifikasi
berdasarkan ciri-ciri fisik maupun dari nama yang mengandung unsur Islam, juga
sebagian umat Islam yang berada di Amerika di mata-matai dan di Introgasi, dll.
Sedangkan kebijakan keluar yaitu invasi ke Irak karena indikasi keterkaitan
Saddam Husein dengan Osama bin Laden.
Alasan Saddam Husein terkait dengan Osama bin Laden tidak bisa
dijadikan alasan yang cukup kuat untuk menyerang Irak. Oleh karenanya Amerika
melakukan invasi dengan dalih mencari dan menghancurkan senjata kimia pemusnah
massa yang dicurigai dimiliki oleh Irak. Pada akhir tahun 2002 Dewan PBB, yaitu
UNMOVIC menyatakan bahwa di Irak tidak ditemukan senjata pemusnah massa seperti
yang dituduhkan pemerintahan Amerika terhadap Irak dan dugaan UNMOVUIC tahun
2000 adalah kekeliruan. Namun Amerika bersikukuh melakukan invasi ke Irak
walaupun dengan alasan yang mengada-ada.
Dengan
kata lain, Amerika Serikat menginginkan Irak menjadi negara yang demokrasi
untuk mengembalikan kekuasaan negara-negara yang dinilai non-demokrasi
(otoliter/totaliter). Dengan mengusung politik standar ganda yakni membisu
terhadap praktik pelanggaran demokrasi di negara-negara Arab moderat, namun
dalam waktu yang sama senantiasa mempermasalahkan isu tersebut di negara-negara
arab yang berada di luar siklus politik Amerika Serikat. Amerika Serikat
semakin memperlihatkan keinginannya yaitu penyebaran demokrasi.ke negara-negara
dunia seperti yang dilakukan intervensi Amerika Serikat ke berbagai negara
seperti Irak pasca rezim Saddam Husein.
Ideology
demokrasi dianggap sebagai ideology terbaik yang pernah dimilki oleh Amerika
Serikat sehingga menyebabkan Amerika Serikat ingin menyebarkan ideology
tersebut. Meskipun muncul indikasi adanya kepentingan ekonomi dan politik, akan
tetapi hal itu hanya semata dianggap sebagai modus belaka mengingat bahwa
dengan penerapan demokrasi juga dapat dijadikan sebagai instrument politik
untuk mencapai tujuan kepentingan negara semata.
B.
Faktor-faktor Lain
Amerika Serikat melakukan Invasi ke Irak
Menurut Wirawan Sukarwo terdapat dua alasan utama yang
melatarbelakangi serangan Amerika Serikat ke Irak. Pertama, keinginan Amerika
Serikat untuk menghentikan proyek pengembangan senjata pemusnah massal di Irak.
Kedua, menjatuhkan rezim Saddam Hussein yang dianggap memiliki hubungan dengan
Al-Qaeda yang mengancam stabilitas regional.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
para pengambil keputusan (policy makers) di dalam pemerintahan Presiden
Bush memutuskan untuk menyerang Irak dan menumbangkan rezim Saddam Hussein,
yaitu:
a.
Menguasai Industri Minyak Dunia
dan Menghancurkan OPEC
Agresi militer Amerika Serikat ke
Irak sangat erat kaitannya dengan kepentingan minyak bagi Amerika Serikat. Irak merupakan negara yang
mempunyai cadangan minyak sebesar 112 miliar barel atau 11% dari total cadangan
minyak dunia. Para perancang kebijakan pemerintahan Amerika Serikat berpendapat bahwa menguasai minyak
Irak sangat penting guna mengantisipasi menurunnya keberadaan minyak dunia
sebanyak lima juta barel per hari pada dekade mendatang. Lebih daripada itu,
Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa kebutuhan dunia terhadap minyak
akan meningkat sebesar 1,6% pada tahun 2030. Dengan kata lain, kebutuhan minyak
dunia yang sekarang berjumlah antara 75-76 juta barel perhari akan meningkat
menjadi 120 juta barel perhari pada tahun itu.
Dengan menguasai minyak Irak, Amerika Serikat dapat dengan mudah mempermainkan
harga minyak dunia, karena selama ini penentuan harga minyak masih dikuasai
OPEC, bukan oleh satu negara tertentu. Jatuhnya Irak dan semakin kuatnya
pengaruh Amerika
Serikat
di kawasan Teluk tidak saja akan mengamankan suplai minyak bagi Amerika Serikat dan sekutunya, tetapi juga
mengantarkan Amerika
Serikat
sebagai negara yang dapat mengontrol kepentingan ekonomi (minyak) negara lain.
b.
Menjaga Eksistensi dan Keamanan
Negara Israel
Amerika Serikat merupakan benteng
utama penjaga keselamatan negara Israel dari ancaman yang sering dihembuskan
oleh Irak, karena itu Amerika Serikat berkepentingan untuk menghancurkan Irak
dan pemerintahan Saddam Hussein. Dengan menghancurkan Irak dan menguasainya,
maka Israel akan terbebas dari ancaman Irak. Dengan adanya perang Amerika
Serikat-Irak, maka Irael akan menggunakan kesempatan itu untuk melakukan
penindasan terhadap rakyat Palestina.
M. J. Akbar, seorang kolumnis
kaliber internasional asal India, dalam Abdul Halim Mahally (2003:353), menyatakan
bahwa Amerika
Serikat
sesungguhnya tengah berupaya keras untuk mewujudkan Timur Tengah Baru. Setelah
Irak berhasil dikuasai, maka Amerika Serikat hendak membentuk negara Palestina
yang demokratis yang dapat bekerja sama dengan Israel, karena selama ini Irak
merupakan pendukung gerakan perlawanan Palestina. Selain itu, Amerika Serikat
juga ingin mewujudkan ambisi Israel yang ingin menguasai Timur Tengah. Bagi
Amerika Serikat, mendukung Israel merupakan kepentingannya, karena itu Amerika
Serikat secara terang-terangan menerapkan kebijakan standar-ganda di Timur
Tengah. Di satu sisi, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi-sanksi khusus kepada
Irak, sementara di sisi lain mendukung Israel menindas Palestina.
c.
Meneguhkan Pengaruh Politik
Dengan menghancurkan Irak, Amerika Serikat semakin terbuka peluangnya untuk
menapakkan pengaruh politiknya di Timur Tengah. Selama ini, pengaruh politik Amerika Serikat di Timur Tengah belum dapat
terwujud secara maksimal, dikarenakan pemerintahan Saddam Hussein tidak mau tunduk
pada Amerika
Serikat.
Saddam Hussein secara terang-terangan mempunyai keberanian untuk menentang
hegemoni Amerika
Serikat
dan menggalang dukungan dari negara-negara Teluk untuk menentang Amerika Serikat.
Kebijakan politik AS terhadap Irak
saat penyerangan, dapat disimpulkan menjadi empat butir. Pertama kembalinya tim
inspeksi PBB tanpa syarat ke Irak untuk melanjutkan misinya menghancurkan sama
sekali potensi Irak mengembangkan kembali senjata kimia, biologi, dan nuklir.
Kedua tidak ada perundingan dan komproni dengan Saddam Hussein. Ketiga tidak
ada jamninan pencabutan sanksi atas Irak meskipun Bgahdad mengizinkan tim
onspeksi PBB kembali lagi. Keempat, menggusur kekuasaan Saddam Hussein dan
menggantinya dengan pemerintahan yang lebih loyal pada Barat, seperti skenario
Afghanistan. (Mustafa Abd. Rahman,2003 : 37)
Menurut menteri Pertahanan AS donald
Rumsfeld, tujuan invasi militer ke Irak adalah :
1) Mengakhiri pemerintahan Saddam
Hussein dan membantu Irak transisi menjadi negara demokratis
2) Menemukan dan menghancurkan senjata
pemusnah massal, program senjata dan teroris
3) Mengumpulkan data intelijen mengenai
jaringan senjata pemusnah masal dan teroris
4) Mengakhiri sanksi embargo dan
memberikan bantuan kemanusiaan
5) Menagamnakan ladang-ladang minyak
dan sumber daya alam minyak.
2.4.2 Proses Penegakkan Demokrasi Amerika Serikat di Irak
Pada bulan Juli 2000, pemerintah Amerika Serikat mendapat laporan
dari badan khusus PBB yang menangani Inspeksi Senjata Kimia di Irak, yaitu
UNMOVIC (United Nations Monitoring, verification,
and Inspection Commission), bahwa Irak diduga telah menyembunyikan senjata
kimia di negerinya. Laporan tersebut merupakan pemicu awal dari terjadinya
serangkaian aksi investigasi senjata di Irak yang akhirnya menimbulkan
keputusan di pihak Amerika Serikat untuk menggempur Irak yang terjadi pada
bulan Maret sampai April 2003.
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan lagi Resolusi 1441 mengenai
perlucutan senjata destruksi atau pemusnah massal Irak dan pembentukan Tim
Inspeksi yang diberi nama UNMOVIC (United Nations Monitoring, Verification,
and Inspection Commision). Menurut resolusi itu, dalam waktu sebulan Irak
harus menyerahkan laporan mengenai senjata pemusnah massal, sistem, dan program
pengembangannya. Pada resolusi ini, hanya Amerika Serikat dan Inggris yang
setuju jika Irak gagal memenuhi ketentuan resolusi itu, konsekuensinya berat
bagi Irak yaitu berupa serangan militer Amerika Serikat. Jika ada sesuatu yang
dianggap sebagai kesalahan Irak, baik disengaja atau tidak, dapat menimbulkan
perang yang menghancurkan negara itu. Dengan begitu, Amerika Serikat berpotensi
memicu provokasi bagi situasi panas berupa serangan militer ke Irak, bukan cuma
melucuti senjata pemusnah massal yang dicurigai dimiliki Irak, tetapi tujuan
akhirnya adalah mengganti pemerintahan Saddam Hussein.
Pada 14 Februari 2003, Han Blix (Ketua UNMOVIC) dan El-Baradei
(Direktur Jenderal Badan Energi Atom Dunia) menyampaikan laporan bahwa di Irak
tidak ditemukan senjata pemusnah massal. Kesimpulan itu dinyatakan setelah tim
dari PBB tersebut menginspeksi seluruh gedung Irak, termasuk yang berada di
bawah tanah. Pada 7 Maret 2003, Hans Blix dan El-Baradei kembali menyampaikan
laporan kepada PBB, bahwa Irak telah menghancurkan rudalnya, termasuk Al-Samoud
II yang merupakan satu-satunya senjata pertahanannya.
Pada awal 2003 tanpa menghiraukan laporan Tim Inspeksi Senjata PBB,
Amerika Serikat mengerahkan tahap demi tahap kekuatan militernya di perbatasan
Irak. Beberapa peralatan sudah menunggu komando serangan dari Amerika Serikat seperti salah satunya Suadron udara dengan
pesawat tempur F-15, F-16 dan beberapa kapal induk.
Presiden AS, George W. Bush, mengeluarkan ultimatum kepada Irak,
bahwa dalam jangka waktu 48 jam, presiden Irak Saddam Hussein dan anak-anaknya
harus segera meninggalkan Irak. Ultimatum itu berakhir pada 20 Maret 2003 dan
beberapa jam sebelum perang dimulai, Amerika Serikat menghimbau agar tentara
Irak tidak melakukan perlawanan terhadap serangan tentara Amerika Serikat nanti
dan mengajak tentara Irak untuk membangkang kepada Saddam Hussein.
Tembakan salvo dari kapal induk Amerika Serikat melayang ke udara
Irak tanggal 20 Maret merupakan awal dari perang Amerika Serikat dan Irak.
Setelah tembakan Salvo pada hari itu, lima kapal induk Amerika Serikat,
diantaranya adalah USS Abraham Lincoln, USS Kitty Hawk Dan USS Theodore saling
berlomba-lomba menembakkan rudal-rudal penjelajah Tomahowk ke Irak. Perang
antara Amerika Serikat dan Irak merupakan perang yang timpang dan tidak
seimbang. Irak tidak mempunyai kekuatan laut, sedangkan kapal-kapal induk
Amerika Serikat leluasa menembakkan rudal-rudal mereka ke Irak tanpa ada
perlawanan dari pasukan Garda Republik. Dalam perang ini, kekuatan Amerika
Serikat (dan sekutunya) sangat mendominasi karena Irak juga tidak berdaya
menghadapi serangan darat dan udara dari Amerika Serikat. Perang antara Amerika
Serikat dan Irak dimulai pada tanggal 20 Maret 2003 dan berakhir pada 9 April
2003 dengan didudukinya Baghdad, ibukota Irak, oleh pasukan Amerika Serikat dan
sekutunya.
Tanggal 27 Maret, Sidang Dewan Keamanan PBB mendesak Amerika Serikat
dan negara sekutunya untuk menarik semua pasukannya dari Irak tanpa syarat
apapun. Negara-negara anggota Liga Arab dan Gerakan Non Blok (GNB) menyatakan
serangan militer tersebut tidak sah dan melanggar aturan PBB. GNB dan Liga Arab
adalah dua kelompok yang mengusulkan digelarnya Sidang Khusus yang bersifat
terbuka tersebut. Sementara itu, negara-negara Uni Eropa juga menyiratkan
setujunya kawasan itu terhadap serangan militer Amerika Serikat ke Irak, karena
Uni Eropa menjunjung tinggi integritas dan kedaulatan Irak dan menghormati
hak-hak yang dimiliki rakyat Irak. Para penentang perang juga berasal dari
rakyat Amerika Serikat, di berbagai negara bagian Amerika Serikat, terjadi
demonstrasi untuk menentang perang.
Perang yang tidak imbang antara Amerika Serikat dan Irak membuat
perang berlangsung dengan cepat. Tanggal 9 April 2003, perang dinyatakan
berakhir dengan dikuasainya kota Baghdad, yang merupakan pusat pemerintahan
Saddam Hussein, oleh pasukan Amerika Serikat. Namun senjata pemusnah massal
yang menjadi alasan utama serangan Amerika Serikat (dan sekutunya) ke Irak
tidak juga diketemukan.
BAB
3. PENUTUP
3.1
Simpulan
Amerika
serikat merupakan sebuah negara potensial yang memiliki kekuatan dan kekuasaan
besar sehinggga disebut negara superpower atau negara adidaya, dimana seluruh
negara-negara di dunia mengakui keadidayaannya. Amerika serikat sendiri baru
menyadari kekuatan yang di milikinya bahwa AS memiliki potensi besar untuk
menjelma menjadi sebuah negara adidaya pada perang dunia kedua ketika kapal
dimana didalamnya terdapat banyak rakyat sipil AS diserang oleh Jerman, AS
kemudian ikut serta dalam perang dunia kedua dan menjadi pemenang perang
tersebut. Disusul dengan runtuhnya rezim komunis Uni Soviet pada perang dingin,
akhirnya membawa AS menjadi kekuatan tunggal yang mendominasi dunia.
Setelah
Pasca perang dingin maka Amerika serikat keluar sebagai penguasa atau
negara adidaya tunggal yang merajai dunia.Kini Amerika serikat menjadi
negara super powerdi panggung internasional. Amerika telah
menyebarkan pengaruhnya ke seantero penjuru dunia baik militer, politik maupun
kebudayaannya.
Dalam Perang Dingin, Amerika Serikat mempunyai peran
menyangkut bidang politik dan ekonomi. Sedangkan perang dalam Perang Teluk II
di Timyr Tengah, Amerika Serikat berperan dalam bidang diplomasi dan bidang
militer.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Sundoro, Hadi. 2012. Sejarah Amerika Serikat. Jember : Jember
University Press
·
Garis Besar Sejarah
Amerika
·
Krisnadi. 2011. Sejarah Amerika Serikat. Yogyakarta :
Lemah manah
·
Pareanom A, dkk. 2005. Amerika
Dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
·
Hapsaridn.
2011. Jatuhnya Irak dalm Serangan Amerika
Serikat 2003 http://hapsaridn.sejarah halaman 2.com (diakses tanggal 26 April 2013)
·
Fersyhana
A. 2011. Invasi Amerika Serikat ke Irak
tahun 2003. http://fersyhana.wordpress.com (diakses tanggal 26 April 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar