Selasa, 27 Mei 2014

AMERIKA SEBAGAI NEGARA ADIDAYA



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Negara adikuasa atau negara adidaya potensial adalah negara atau entitas politik dan ekonomi yang diperkirakan menjadi, atau sedang dalam proses menjadi, negara adikuasa di beberapa patokan di abad ke-21. Saat ini, hanya Amerika Serikat yang memenuhi kriteria untuk dianggap sebagai negara adikuasa.
Amerika serikat merupakan sebuah negara potensial yang memiliki kekuatan dan kekuasaan besar sehinggga disebut negara superpower atau negara adidaya, dimana seluruh negara-negara di dunia mengakui keadidayaannya. Amerika serikat sendiri baru menyadari kekuatan yang di milikinya bahwa AS memiliki potensi besar untuk menjelma menjadi sebuah negara adidaya pada perang dunia kedua ketika kapal dimana didalamnya terdapat banyak rakyat sipil AS diserang oleh Jerman, AS kemudian ikut serta dalam perang dunia kedua dan menjadi pemenang perang tersebut. Disusul dengan runtuhnya rezim komunis Uni Soviet pada perang dingin, akhirnya membawa AS menjadi kekuatan tunggal yang mendominasi dunia.
Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War, bahasa Rusia: холо́дная война́, kholodnaya voyna, 1947–1991) adalah sebutan bagi suatu periode terjadinya ketegangan politik dan militer antara Dunia Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Dunia Komunis, yang dipimpin oleh Uni Soviet beserta sekutu negara-negara satelitnya. Peristiwa ini dimulai setelah keberhasilan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi di Perang Dunia II, yang kemudian menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai dua negara adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer yang besar. Uni Soviet, bersama dengan negara-negara di Eropa Timur yang didudukinya, membentuk Blok Timur. Proses pemulihan pasca-perang di Eropa Barat difasilitasi oleh program Rencana Marshall Amerika Serikat, dan untuk menandinginya, Uni Soviet kemudian juga membentuk COMECON bersama sekutu Timurnya. Amerika Serikat membentuk aliansi militer NATO pada tahun 1949, sedangkan Uni Soviet juga membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1955. Beberapa negara memilih untuk memihak salah satu dari dua negara adidaya ini, sedangkan yang lainnya memilih untuk tetap netral dengan mendirikan Gerakan Non-Blok.
Selain itu, Amerika memulai melakukan kegiatan intervensinya yang dikemas dalam bentuk politik luar negeri. Semua itu dilakukan dalam rangkamemperkokoh hegemoninya di kawasan berpenduduk mayoritas muslim tersebut. Perlu diketahui, Roosevelt berpandangan bahwa kawasan Timur Tengah adalah kawasan penghasil minyak raksasa di dunia.
Pada tahun 1944, Roosevelt mengadakan negosiasi bersama duta besar Inggris, untuk saling menggunakan minyak bumi Timur Tengah. “Minyak kawasan Persia adalah milik kalian. Kita bagi bersama minyak Irak dan Kuwait. Sedangkan mengenai Saudi Arabia, maka minyaknya adalah milik kita bersama”, tegas Roosevelt. Sehingga pada tanggal 8 Agustus 1944, ditandatanganilah perjanjian Inggris-Amerika, untuk saling memanfaatkan hasil minyak bumi Timur Tengah.
Salah satu kepentingan Amerika Serikat yang tidak dapat dihalangi oleh siapapun bahkan PBB adalah Invasi Amerika Serikat ke Irak. Kebijakan Amerika Serikat di wilayah Timur Tengah salah satunya Irak adalah tidak lepas dari kepentingan hegemoninya di kawasan ini dan menjaga eksistensi strategi globalnya yang banyak memerlukan dukungan dari kawasan Timur Tengah. Factor geografis Timur Tengah memiliki arti stategis yang sangat penting bagi Amerka Serikat.
Berbagai cara ditempuh untuk menyebarluaskan ajarannya tersebut mulai dari cara lembut hingga cara kasar seperti invasi, embargo, atau sanksi-sanksi lainnya. Dan pada penulisan makalah kali ini akan diangkat penyebaran demokrasi yang dilakukan Amerika Serikat dengan paksaan kepada negara-negara timur tengah di masa pemerintahan George Walker Bush. Selain itu juga akan dibahas motif lain dari invasi ke negeri seribu satu malam tersebut. Untuk penjelasan yang lebih rinci, penulis akan membahas dalam bab pembahasan.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1        Mengapa Amerika disebut sebagai negara adidaya?
1.2.2        Bagaimana Peran  Amerika Serikat dalam Perang dingin?
1.2.3        Bagaimana Peran amerika Serikat dalam Perang Teluk II di Timur Tengah?
1.2.4        Bagaimana peran Amerika Serikat dalam menegakkan demokrasi di Irak ?

1.3  Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1.3.1        Untuk mengetahui bagaimana peran Amerika Serikat sebagai negara adidaya
1.3.2        Untuk mengetahui bagaimana peran Amerika Serikat dalam perang dingin
1.3.3        Untuk mengetahui bagaimana peran Amerika Serikat dalam Perang Teluk II di Timur Tengah
1.3.4        Untuk mengetahui bagaimana peran Amerika SErikat dalam menegakkan demokrasi di Irak



BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Amerika Sebagai Negara Adidaya
   Amerika serikat merupakan sebuah negara potensial yang memiliki kekuatan dan kekuasaan besar sehinggga disebut negara superpower atau negara adidaya, dimana seluruh negara-negara di dunia mengakui keadidayaannya. Amerika serikat sendiri baru menyadari kekuatan yang di milikinya bahwa AS memiliki potensi besar untuk menjelma menjadi sebuah negara adidaya pada perang dunia kedua ketika kapal dimana didalamnya terdapat banyak rakyat sipil AS diserang oleh Jerman, AS kemudian ikut serta dalam perang dunia kedua dan menjadi pemenang perang tersebut. Disusul dengan runtuhnya rezim komunis Uni Soviet pada perang dingin, akhirnya membawa AS menjadi kekuatan tunggal yang mendominasi dunia.
Amerika Serikat disebut sebagai negara adikuasa, karena Amerika mempunyai kekuasaan lebih dalam percaturan internasional dan berhak untuk mengambil keputusan dalam proyek - proyek internasional. Selain itu Amerika juga memiliki kekuatan militer yang tangguh yang ditakuti negara - negara lain, serta memiliki perlengkapan perang yang mumpuni serta modern. Amerika Serikat juga memiliki sistem pendidikan yang modern dan berkualitas yang menciptakan beberapa pelajar Amerika menjadi orang yang maju dan sukses serta berkualitas. Amerika Serikat juga memiliki negara bagian dan perekonomian di Amerika sangat maju. Itu yang membuat Amerika Serikat menjadi salah satu negara adikuasa.
Setelah Pasca perang dingin maka Amerika serikat keluar sebagai penguasa atau negara adidaya tunggal yang merajai dunia.Kini Amerika serikat menjadi negara super powerdi panggung internasional. Amerika telah menyebarkan pengaruhnya ke seantero penjuru dunia baik militer, politik maupun kebudayaannya.



 Militer Amerika Serikat
Amerika adalah kekuatan Ekonomi terbesar didunia,setelah runtuhnya Uni Soviet, Amerika berdiri sendiri sebagai negara Adidaya di dunia ini tanpa saingan, Amerika memiliki angkatan Laut dan Udara terkuat dunia  (secara jumlah), yaitu sebanyak 1,559 Angkatan Laut dan sebanyak 18,169 Mesin perang angkatan udara. Amerika memiliki 1,3 Juta Personil aktif dalam militer, Amerika juga negara pemroduksi senjata terbesar di dunia.
Sebagai Polisi Dunia.
Ketika perang dingin berlangsung selama 45 tahun maka disitu masih ada dua negara adidaya yang saling berimbang kekuatannya. Akan tetapi sekarang setelah Uni Soviet runtuh maka Amerika Serikatlah yang muncul sebagai kekuatan tunggal untuk merajai dunia. PBB yang mana kala merupakan alat legitimasi nya turut mendukung segala kebijakan pemerintah Amerika Serikat. Amerika Serikat Akan senatiasa turut campur dalam setiap masalah sengketa diantara negara-negra didunia. Dimana ada masalah sengketa maka secara cepat atau lambat Amerika Serikat akan masuk dan mencoba untuk menengahinya. Walaupun pada garis besarnya Amerika Sertikat sendiri juga mempunyai maksud dibalik itu semua. Dengan kekuatan yang dimilikinya itulah yang digunakan oleh amerika Serikat untuk terus mencoba mengamankan situasi keamanan negara-negara didunia. Sebab jika kita lihat dari sejarah masa lalu, maka tentunya tak heran apabila dari tinggalan-tinggaln kisah masa lampau tersebut memunculkan bibit-bibit perbencian dan bahkan akan senantuasa balas dendam.
Amerika serikat beraksi di Kosovo, Haiti, Somalia dan Liberia, dan Perang Teluk Pertama terhadap Irak yang menginvasi Kuwait. Selepas serangan teroris pada 11 September 2001 di World Trade Center dan Pentagon, AS melancarkan serangan balasan terhadapAfganistan dan menjatuhkan negara Taliban di sana dan pada tahun 2003 melancarkan Perang Teluk Kedua terhadap Irak untuk menyingkirkan rezim Saddam Hussein. Disitulah peran Amerika Serikat sebagai polosi dunia. Walaupun jika dilihat dari berbagai sudut pandang masyarakat luas tidaklah sama, bahkan berpendapat bahwa amerika justru menjadikan masalah atau persengketaan tambah runyam dan besar.
Tindakan
Secara garis besar maka tindakan Amerika Serikat sebagai polisi dunia bisa disimpulkan sebagai berikut :
1)      Semakin menguatkan kekuatan militernya baik didalam negerinya sendiri maupun pasukan yang ditempatkan disetiap wilayah. Amerika Serikat akan memperkuat pasukan dalam negerinya dan merambah keluar, dimana pasukan-pasukan yang dikirim kenegara-negara sengketa merupakan angkatan yang sangat kuat dan penuh dengan segala amunisi.
2)      Berupaya untuk selau paling unggul dan menguatkan pengakuan di dunia internasional bahwa Amerika serikat merupakan negara adidaya tunggal dan tidak ada tandingannya.
3)      Akan selalu turut campur dalam setiap sengketa dipelosok dunia ini, apabila sengketa tersebut akan mengganggu eksisrensinya di kancah internasional.
4)      Misalnya : Perang Irak-Iran, Perang Israel-Palestina, Revolusi Libya, Revolusi Tunisia, Revolusi Mesir, Pergolakan Libanon, dan masih ada beberapa kasus lainnya didunia. Amerika Serikat bersama PBB selalu masuk sebagai penengahnya dan berupaya menyelesaikan sengketa.
5)      Amerika Serikat masuk hampir disemua Benua, baik Asia, Eropa, Amerika, Afrika. Hanya saja disini secara jumlah kebanyakan banyak persengketaan di Timur-Tengahyang sejak dari dulu tak pernah padam sepeti Israel-Palestina ini.
6)      Amerika Serikat masuk dan memberi tawaran Solusi Penyelesaian terhadap negara yang bersengketa dan barulah akan mengambil tindakan apabila jalur diplomasi sudah tak dapat lagi ditempuh. Amerika tidak akan segan untuk mengirimkan militernya dan menumpas negara yang dianggapnya sudah tidak lagi bisa ditoleran.
7)      Segala pemberontakan ataupun intervensi-intervensi yang kiranya membahayakan pengaruhnya maka akan segera ditumapas oleh Amerika serikat. Kebijaksanaan ini diambil karena pada akhir-akhir ini banyak teroris yang dari golongan umat islam mencoba untuk meneror Amerika Serikat sebagai bentuk penolakan terhadap budaya Amerika Serikat.
8)      Sebenarnya secara komprehensip atau menyeluruh maka Amerika Serikat tidak hanya mengandalkan dari segi militer saja, akan tetapi juga perekonomiannya yang sangat maju dan merajai pasaran duni juga politik yang didukung dibelakangnya yaitu PBB ( Perserikatan Bangsa-Bangsa) juga NATO.
9)      "Sambil menyelam minum air". Ungkapan itu sangat cocok untuk Amerika Serikat, karena dalam hal apapun baik regional maupun internasional maka ia akan selalu mengambil keuntungan dan selalu menjaga bagaimana eksistensinya sebagai negara super power ini bisa melekat dan citra sebagai negara pelindung atau negara pengayomnegara-negara lain.

2. 2 Peran  Amerika Serikat dalam Perang dingin
Perang dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang, seperti koalisi militer; ideologi; industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan lain-lain. Perang dingin bukanlah sekedar perang biasa di mana kedua belah pihak berperang di medan terbuka. Perang dingin merupakan perang antara dua negara adikuasa yang saling berebut pengaruh dalam pergulatan politik internasional. Perebutan pengaruh dimulai dengan saling mencurigai antarnegara adikuasa itu.
                 Dalam Perang Dingin, Amerika Serikat mempunyai peran menyangkut bidang politik dan ekonomi yaitu :
a.      Bidang Politik
Amerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi negara demokrasi, agar hak-hak asasi manusia dapat dijamin. Di negara-negara yang sebelumnya kalah perang seperti Jepang dan Jerman kecuali paham demokrasi, kapitalisme juga dikembangkan. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan Amerika Serikat dan merupakan negara pengaruhnya. Uni Soviet dengan paham sosialis-komunisnya mendengungkan pembangunan negara dengan Rencana Lima Tahunnya. Caranya tidak dilakukan dengan liberal, tetapi dictator. Negara-negara yang sehaluan disebut dengan satelit Uni Soviet, karena apa yang diperintahkannya wajib dilakukan oleh negara-negara satelit tersebut. Penyimpangan seperti yang dilakukan oleh Polandia dan Hongaria ditindak keras oleh Uni Soviet (1956).

b.      Bidang Ekonomi
Sebagai negara kreditor terbesar, Amerika Serikat dapat memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang sedang berkembang. Negara-negara Barat yang hancur ekonominya akibat Perang Dunia II dibantu melalui Marshall Plan. Di samping itu, ada negara yang memperoleh “Grants in Aid” yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban mengembalikannya berupa dolar atau dengan membeli barang-barang Amerika Serikat. Untuk negara Asia, Presiden Truman mengeluarkan “The Points Four Program for the Economic Development in Asia” berupa bantuan teknik dalam wujud perlengkapan-perlengkapan ekonomis atau bantuan kredit yang berasal dari sektor swasta di Amerika Serikat yang disalurkan oleh pemerintah kepada negara-negara yang sedang berkembang.

2.3 Peran amerika Serikat dalam Perang Teluk II di Timur Tengah
Pada pada 2 Agustus 1990 Irak melancarkan invasinya ke Kuwait yang dikenal dengan sebutan Perang Teluk Persia 2. Invasi Irak ini dibuka dengan penyerangan oleh dua brigade Pasukan Khusus Republik Irak yang bergerak cepat untuk menguasai istana Amir dan Bank Sentral Kuwait yang ia percaya akan menemukan tumpukan emas di sana. Tapi sayangnya kebanyakan dari warga Kuwait lebih banyak menginvestasikan uang mereka ke luar negeri dibanding melakukan investasi pada Bank Sentral Kuwait oleh karena itu Saddam hanya mendapatkan 2 trilliun dolar billion emas Kuwait (Cigar, 1992 dan Friedman, 1991). Pada hari yang sama Irak membombardir ibukota Kuwait dari udara. Meskipun Angkatan Bersenjata Kuwait, baik kekuatan darat maupun udara berusaha mempertahankan negara, namun mereka dengan cepat kewalahan. Selanjutnya Kuwait berhasil memperlambat gerak Irak dan segera menyelamatkan keluarga kerajaan untuk meloloskan diri ke Arab Saudi beserta sebagian besar tentara yang masih tersisa. Invasi membabibuta yang dilakukan Irak membuat Kuwait meminta bantuan kepada Amerika Serikat tepat tanggal 7 Agustus 1990.
a.         Dalam Bidang Diplomasi
Presiden Saddam Husein begitu percaya diri dengan invasi yang dilakukannya di atas tanah Kuwait hingga pada musim gugur. Tanggal 6 Agustus 1990  Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi Pada Irak Dan dilanjutkan dengan misi diplomatik antara  James Addison Baker III diplomat Amerika Serikat dengan menteri luar negeri Irak Tareq Aziz tanggal 9 Januari 1991 namun tidak membuahkan hasil, Irak menolak permintaan PBB agar menarik pasukannya dari Kuwait sampai tanggal 15 Januari 1991.
Dalam kesempatan ini, Amerika, yang dapat mempengaruhi PBB, memanfaatkan konflik yang terjadi antar dua negara penghasil minyak ini untuk semakin menyatakan hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Amerika Serikat hendak menguatkan genggamannya di teluk persia, menyalahkan kebijakan Irak yang menolak berhubungan diplomatik dengannya. Kemudian menjatuhkan sangsi, dan mempersiapkan penyerangan militer terhadap Irak secara besar-besaran.
b.        Dalam Bidang Militer
Dengan segera Presiden Amerika Serikat George H. W. Bush mengambil tindakan tegas untuk menyatakan perang tanggal 12 Januari 1991. Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab dan AfrikaUtara kecuali Syria, Libya, Yordania dan Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat ditambah negara-negara Eropa Utara dan Eropa Timur), serta 2 negara Asia yaitu Bangladesh dan Korea Selatan. Sementara dari Afrika, Niger turut bergabung dalam koalisi. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf serta Jenderal Collin Powell. Pasukan negara-negara Arab dipimpin oleh Letjen Khalid bin Sultan.
Pada bulan 17 Januari 1991, Amerika bersama sekutunya meluncurkan operasi gurun badai (Operation Desert Storm). Target utama koalisi adalah untuk menghancurkan kekuatan Angkatan Udara Irak dan pertahanan udara yang diluncurkan dari Arab Saudi dan kekuatan kapal induk koalisi di Laut Merah dan Teluk Persia. Target berikutnya adalah pusat komando dan komunikasi. Presiden Saddam Hussein yang merupakan titik sentral komando Irak dan inisiatif di level bawah tidak diperbolehkan. Koalisi berharap jika pusat komando rusak maka semangat dan koordinasi tempur Irak akan langsung kacau dan lenyap. Target ketiga dan yang paling utama adalah instalasi rudal jelajah terutama rudal Scud. Operasi pencarian rudal ini juga didukung oleh pasukan komando Amerika dan Inggris yang mengadakan operasi rahasia di daratan untuk mencari dan bila perlu menghancurkan instalasi rudal tersebut serta operasi di daratan. 42 hari setelah itu, Amerika dan sekutu berencana mengepung Irak dengan suplay 88000 ton bom. Target pengepungan ini adalah menghancurkan pusat listrik dan air milik Irak. Di bulan Februari, Amerika dan sekutu memulai peperangan darat selama 100 jam. Mereka mengirimkan tentara bersenjata berat ke sebelah selatan Irak. Sehingga menewaskan sekitar 100.000 sampai 200.000 bangsa Irak.
Di musim semi 1991, kaum syiah dan bangsa Kurdi di utara Irak berdemo melawan pemerintahan Saddam Husein. Pada mulanya Amerika dan mendukung pemberontakan ini. Namun kemudian mengkhawatirkan kerusuhan dan ketidakstabilan di kawasan tersebut. Amerika Serikat akhirnya tidak mau membantu para pemberontak. Keinginan mereka untuk menguasai persenjataan Irak tidak dikabulkan oleh Amerika. Di sisi lain Amerika juga membiarkan Irak menyerang mereka.
Ketika Irak menarik mundur kekuatannya dari Kuwait, Amerika bersama Inggris menuntut pemberlakuan sangsi terhadap Irak. Irak dianggap telah melakukan perusakan-perusakan. Amerika kemudian memberlakukan zona larangan terbang bagi Irak di wilayah utara dan selatan Irak. Semenjak perang teluk usai sampai sekarang, Amerika masih menempatkan  17.000-24.000 tentaranya di teluk persia.

2.4 Peran Amerika Serikat dalam Menegakkan Demokrasi di Irak
2.4.1 Latar Belakang Amerika Serikat Menegakkan Demokrasi di Irak
A.   Keadaan Irak pada Masa Saddam Husain
Saddam Husain at-Tikriti baru muncul sebagai orang kuat di belakang layar pada paruh kedua tahun 70-an. Ia berdiri di belakang Presiden Bakr. Selama beberapa tahun ia mempertahankan posisi yang tidak menonjol sebagai wakil ketua komando Regional Partai Baath dan juga menjadi Wakil Ketua Dewan Komando Revolusioner. Pada tanggal 17 Juli 1979, yaitu pada peringatan ulang tahun kesebelas pemerintahan Baath di Irak, Saddam menggantikan Bakr sebagai Presiden Republik yang mengundurkan diri karena alasan-alasan kesehatan.
Di bawah kepemimpinan Saddam Hussein terdapat tanda-tanda bahwa Irak mengalami suatu situasi politik yang stabil. Meskipun kestabilan ini dicapai dengan kerja keras dari pihak keamanan, namun kebijakan ekonomi dan social pemerintah sangat memegang peranan dalam kestabilan ini. Akan tetapi pada tahun 1980 meletus peperangan antara Iran dan Irak. Terlepas daripada asal-usulnya, peperangan ini merupakan sebuah tantangan yang berat bagi pemerintah yang berkuasa di Irak. Namun perkembangan selanjutnya, terutama semenjak diadakan gencatan senjata tahun 1988, telah memperbaiki citra pemerintah, dan memperbesar dukungan rakyat kepadanya.
Bulan November 1988, beberapa bulan setelah gencatan senjata itu, Presiden Saddam Hussein telah mengeluarkan suatu Program Reformasi Politik yang mengizinkan berdirinya Partai-Partai politik yang beroposisi kepada Partai Baath. Alasan yang dikemukakan bagi tindakan ini adalah karena semua bangsa Irak, terdiri dari bermacam-macam latar belakang etnis, Ideologi, agama, semua telah bekerjasama dalam upaya perang yang lalu, dan karena itu berhak untuk memainkan suatu peranan yang terlembaga dalam proses pengambilan keputusan. Majelis Nasional yang dipilih pada bulan April 1989 diberi tugas untuk mengeluarkan undang-undang yang diperlukan untuk membenarkan adanya Partai-Partai politik itu. Namun demikian, tidak dapat diharapkan timbulnya di Irak sebuah sistem Liberal seperti yang terdapat di barat. Presiden Irak sendiri telah menyatakan bahwa masyarakat Irak berbeda dari masyarakat Barat, karena itu apabila terdapat praktek-praktek yang berbeda, maka ini adalah suatu hal yang sudah dapat diharapkan.
Akan tetapi, kediktatoran rezim Saddam Husaeinlah yang menyebabkan Amerika Serikat melakukan invasi ke Irak, meskipun ada factor-faktor lain yang mendukung invasi tersebut. Oleh karena itu Amerika Serikat melakukan invasi ke Irak dengan mengusung HAM dan demokrasi. Amerika Serikat menegaskan bahwa tiadanya demokrasi berandil besar terhadap tumbuh dan berkembangnya radikalisme dan aksi kekerasan di dunia Arab. Maka Amerika Serikatpun mulai menyadari bahwa meredam kekerasan dan aksi terorisme harus dibarengi dengan penguatan dan penyebaran demokrasi di Timur Tengah. Pemerintahan di Irak yaitu Saddam Husain yang otoriter dan totaliter dinilai sangat potensial mendukung kelompok-kelompok pemberontak bahkan kelompok teroris untuk melawan negara-negara maju yang dianggap menindas seperti Amerika Serikat. Hal inilah yang membuat Amerika Serikat bersikeras untuk menyerang Irak yang mentransformasikan rezim otoriter yang tidak kooperatif dengan rezim demkrasi seperti yang ada di Amerka Serikat. 
Amerika Serikat membayangkan bahwa dengan menggulingkan Saddam Hussein dan menggantikan pemerintahan yang dictator menjadi demokrasi, rakyat Irak akan serta merta menyambutnya sebagai kemengan demokrasi, sebagaimana diketahui bahwa menurut Amerika Serikat, rakyat Irak tidak pernah merasakan demokrasi, terutama setelah Irak dikuasai oleh pemimpin yang dictator dan otoriter seperti Saddam Husein. Sejak resmi menjadi nomor satu di Irak (Juli 1979), Saddam Husein oleh pers barat dijuluki sebagai dictator paling bengis di Timur Tengah, kemudian menjadi manusia paling berbahaya di dunia atau Hittler zaman ini.
Modus utama penyerangan Irak oleh Amerika adalah kebijakan luar negeri Amerika yaitu ingin memberantas jaringan terorisme internasional. Peristiwa 11 September menimbulkan efek yang sangat luar biasa bagi Amerika baik kedalam maupun keluar. Kebijakan kedalam adalah pengawasan ketat terhadap pria keturunan arab yang hendak berkunjung ke Amerika baik yang teridentifikasi berdasarkan ciri-ciri fisik maupun dari nama yang mengandung unsur Islam, juga sebagian umat Islam yang berada di Amerika di mata-matai dan di Introgasi, dll. Sedangkan kebijakan keluar yaitu invasi ke Irak karena indikasi keterkaitan Saddam Husein dengan Osama bin Laden.
Alasan Saddam Husein terkait dengan Osama bin Laden tidak bisa dijadikan alasan yang cukup kuat untuk menyerang Irak. Oleh karenanya Amerika melakukan invasi dengan dalih mencari dan menghancurkan senjata kimia pemusnah massa yang dicurigai dimiliki oleh Irak. Pada akhir tahun 2002 Dewan PBB, yaitu UNMOVIC menyatakan bahwa di Irak tidak ditemukan senjata pemusnah massa seperti yang dituduhkan pemerintahan Amerika terhadap Irak dan dugaan UNMOVUIC tahun 2000 adalah kekeliruan. Namun Amerika bersikukuh melakukan invasi ke Irak walaupun dengan alasan yang mengada-ada.
            Dengan kata lain, Amerika Serikat menginginkan Irak menjadi negara yang demokrasi untuk mengembalikan kekuasaan negara-negara yang dinilai non-demokrasi (otoliter/totaliter). Dengan mengusung politik standar ganda yakni membisu terhadap praktik pelanggaran demokrasi di negara-negara Arab moderat, namun dalam waktu yang sama senantiasa mempermasalahkan isu tersebut di negara-negara arab yang berada di luar siklus politik Amerika Serikat. Amerika Serikat semakin memperlihatkan keinginannya yaitu penyebaran demokrasi.ke negara-negara dunia seperti yang dilakukan intervensi Amerika Serikat ke berbagai negara seperti Irak pasca rezim Saddam Husein.
            Ideology demokrasi dianggap sebagai ideology terbaik yang pernah dimilki oleh Amerika Serikat sehingga menyebabkan Amerika Serikat ingin menyebarkan ideology tersebut. Meskipun muncul indikasi adanya kepentingan ekonomi dan politik, akan tetapi hal itu hanya semata dianggap sebagai modus belaka mengingat bahwa dengan penerapan demokrasi juga dapat dijadikan sebagai instrument politik untuk mencapai tujuan kepentingan negara semata.

B. Faktor-faktor Lain Amerika Serikat melakukan Invasi ke Irak
Menurut Wirawan Sukarwo terdapat dua alasan utama yang melatarbelakangi serangan Amerika Serikat ke Irak. Pertama, keinginan Amerika Serikat untuk menghentikan proyek pengembangan senjata pemusnah massal di Irak. Kedua, menjatuhkan rezim Saddam Hussein yang dianggap memiliki hubungan dengan Al-Qaeda yang mengancam stabilitas regional.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan para pengambil keputusan (policy makers) di dalam pemerintahan Presiden Bush memutuskan untuk menyerang Irak dan menumbangkan rezim Saddam Hussein, yaitu:
a.         Menguasai Industri Minyak Dunia dan Menghancurkan OPEC
Agresi militer Amerika Serikat ke Irak sangat erat kaitannya dengan kepentingan minyak bagi Amerika Serikat. Irak merupakan negara yang mempunyai cadangan minyak sebesar 112 miliar barel atau 11% dari total cadangan minyak dunia. Para perancang kebijakan pemerintahan Amerika Serikat berpendapat bahwa menguasai minyak Irak sangat penting guna mengantisipasi menurunnya keberadaan minyak dunia sebanyak lima juta barel per hari pada dekade mendatang. Lebih daripada itu, Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa kebutuhan dunia terhadap minyak akan meningkat sebesar 1,6% pada tahun 2030. Dengan kata lain, kebutuhan minyak dunia yang sekarang berjumlah antara 75-76 juta barel perhari akan meningkat menjadi 120 juta barel perhari pada tahun itu.
Dengan menguasai minyak Irak, Amerika Serikat dapat dengan mudah mempermainkan harga minyak dunia, karena selama ini penentuan harga minyak masih dikuasai OPEC, bukan oleh satu negara tertentu. Jatuhnya Irak dan semakin kuatnya pengaruh Amerika Serikat di kawasan Teluk tidak saja akan mengamankan suplai minyak bagi Amerika Serikat dan sekutunya, tetapi juga mengantarkan Amerika Serikat sebagai negara yang dapat mengontrol kepentingan ekonomi (minyak) negara lain.
b.        Menjaga Eksistensi dan Keamanan Negara Israel
Amerika Serikat merupakan benteng utama penjaga keselamatan negara Israel dari ancaman yang sering dihembuskan oleh Irak, karena itu Amerika Serikat berkepentingan untuk menghancurkan Irak dan pemerintahan Saddam Hussein. Dengan menghancurkan Irak dan menguasainya, maka Israel akan terbebas dari ancaman Irak. Dengan adanya perang Amerika Serikat-Irak, maka Irael akan menggunakan kesempatan itu untuk melakukan penindasan terhadap rakyat Palestina.
M. J. Akbar, seorang kolumnis kaliber internasional asal India, dalam Abdul Halim Mahally (2003:353), menyatakan bahwa Amerika Serikat sesungguhnya tengah berupaya keras untuk mewujudkan Timur Tengah Baru. Setelah Irak berhasil dikuasai, maka Amerika Serikat hendak membentuk negara Palestina yang demokratis yang dapat bekerja sama dengan Israel, karena selama ini Irak merupakan pendukung gerakan perlawanan Palestina. Selain itu, Amerika Serikat juga ingin mewujudkan ambisi Israel yang ingin menguasai Timur Tengah. Bagi Amerika Serikat, mendukung Israel merupakan kepentingannya, karena itu Amerika Serikat secara terang-terangan menerapkan kebijakan standar-ganda di Timur Tengah. Di satu sisi, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi-sanksi khusus kepada Irak, sementara di sisi lain mendukung Israel menindas Palestina.

c.         Meneguhkan Pengaruh Politik
Dengan menghancurkan Irak, Amerika Serikat semakin terbuka peluangnya untuk menapakkan pengaruh politiknya di Timur Tengah. Selama ini, pengaruh politik Amerika Serikat di Timur Tengah belum dapat terwujud secara maksimal, dikarenakan pemerintahan Saddam Hussein tidak mau tunduk pada Amerika Serikat. Saddam Hussein secara terang-terangan mempunyai keberanian untuk menentang hegemoni Amerika Serikat dan menggalang dukungan dari negara-negara Teluk untuk menentang Amerika Serikat.
Kebijakan politik AS terhadap Irak saat penyerangan, dapat disimpulkan menjadi empat butir. Pertama kembalinya tim inspeksi PBB tanpa syarat ke Irak untuk melanjutkan misinya menghancurkan sama sekali potensi Irak mengembangkan kembali senjata kimia, biologi, dan nuklir. Kedua tidak ada perundingan dan komproni dengan Saddam Hussein. Ketiga tidak ada jamninan pencabutan sanksi atas Irak meskipun Bgahdad mengizinkan tim onspeksi PBB kembali lagi. Keempat, menggusur kekuasaan Saddam Hussein dan menggantinya dengan pemerintahan yang lebih loyal pada Barat, seperti skenario Afghanistan. (Mustafa Abd. Rahman,2003 : 37)
Menurut menteri Pertahanan AS donald Rumsfeld, tujuan invasi militer ke Irak adalah :
1)      Mengakhiri pemerintahan Saddam Hussein dan membantu Irak transisi menjadi negara demokratis
2)      Menemukan dan menghancurkan senjata pemusnah massal, program senjata dan teroris
3)      Mengumpulkan data intelijen mengenai jaringan senjata pemusnah masal dan teroris
4)      Mengakhiri sanksi embargo dan memberikan bantuan kemanusiaan
5)      Menagamnakan ladang-ladang minyak dan sumber daya alam minyak.

2.4.2 Proses Penegakkan Demokrasi Amerika Serikat di Irak
Pada bulan Juli 2000, pemerintah Amerika Serikat mendapat laporan dari badan khusus PBB yang menangani Inspeksi Senjata Kimia di Irak, yaitu UNMOVIC (United Nations Monitoring, verification, and Inspection Commission), bahwa Irak diduga telah menyembunyikan senjata kimia di negerinya. Laporan tersebut merupakan pemicu awal dari terjadinya serangkaian aksi investigasi senjata di Irak yang akhirnya menimbulkan keputusan di pihak Amerika Serikat untuk menggempur Irak yang terjadi pada bulan Maret sampai April 2003.
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan lagi Resolusi 1441 mengenai perlucutan senjata destruksi atau pemusnah massal Irak dan pembentukan Tim Inspeksi yang diberi nama UNMOVIC (United Nations Monitoring, Verification, and Inspection Commision). Menurut resolusi itu, dalam waktu sebulan Irak harus menyerahkan laporan mengenai senjata pemusnah massal, sistem, dan program pengembangannya. Pada resolusi ini, hanya Amerika Serikat dan Inggris yang setuju jika Irak gagal memenuhi ketentuan resolusi itu, konsekuensinya berat bagi Irak yaitu berupa serangan militer Amerika Serikat. Jika ada sesuatu yang dianggap sebagai kesalahan Irak, baik disengaja atau tidak, dapat menimbulkan perang yang menghancurkan negara itu. Dengan begitu, Amerika Serikat berpotensi memicu provokasi bagi situasi panas berupa serangan militer ke Irak, bukan cuma melucuti senjata pemusnah massal yang dicurigai dimiliki Irak, tetapi tujuan akhirnya adalah mengganti pemerintahan Saddam Hussein.
Pada 14 Februari 2003, Han Blix (Ketua UNMOVIC) dan El-Baradei (Direktur Jenderal Badan Energi Atom Dunia) menyampaikan laporan bahwa di Irak tidak ditemukan senjata pemusnah massal. Kesimpulan itu dinyatakan setelah tim dari PBB tersebut menginspeksi seluruh gedung Irak, termasuk yang berada di bawah tanah. Pada 7 Maret 2003, Hans Blix dan El-Baradei kembali menyampaikan laporan kepada PBB, bahwa Irak telah menghancurkan rudalnya, termasuk Al-Samoud II yang merupakan satu-satunya senjata pertahanannya.
Pada awal 2003 tanpa menghiraukan laporan Tim Inspeksi Senjata PBB, Amerika Serikat mengerahkan tahap demi tahap kekuatan militernya di perbatasan Irak. Beberapa peralatan sudah menunggu komando serangan dari Amerika Serikat  seperti salah satunya Suadron udara dengan pesawat tempur F-15, F-16 dan beberapa kapal induk.
Presiden AS, George W. Bush, mengeluarkan ultimatum kepada Irak, bahwa dalam jangka waktu 48 jam, presiden Irak Saddam Hussein dan anak-anaknya harus segera meninggalkan Irak. Ultimatum itu berakhir pada 20 Maret 2003 dan beberapa jam sebelum perang dimulai, Amerika Serikat menghimbau agar tentara Irak tidak melakukan perlawanan terhadap serangan tentara Amerika Serikat nanti dan mengajak tentara Irak untuk  membangkang kepada Saddam Hussein.
Tembakan salvo dari kapal induk Amerika Serikat melayang ke udara Irak tanggal 20 Maret merupakan awal dari perang Amerika Serikat dan Irak. Setelah tembakan Salvo pada hari itu, lima kapal induk Amerika Serikat, diantaranya adalah USS Abraham Lincoln, USS Kitty Hawk Dan USS Theodore saling berlomba-lomba menembakkan rudal-rudal penjelajah Tomahowk ke Irak. Perang antara Amerika Serikat dan Irak merupakan perang yang timpang dan tidak seimbang. Irak tidak mempunyai kekuatan laut, sedangkan kapal-kapal induk Amerika Serikat leluasa menembakkan rudal-rudal mereka ke Irak tanpa ada perlawanan dari pasukan Garda Republik. Dalam perang ini, kekuatan Amerika Serikat (dan sekutunya) sangat mendominasi karena Irak juga tidak berdaya menghadapi serangan darat dan udara dari Amerika Serikat. Perang antara Amerika Serikat dan Irak dimulai pada tanggal 20 Maret 2003 dan berakhir pada 9 April 2003 dengan didudukinya Baghdad, ibukota Irak, oleh pasukan Amerika Serikat dan sekutunya.
Tanggal 27 Maret, Sidang Dewan Keamanan PBB mendesak Amerika Serikat dan negara sekutunya untuk menarik semua pasukannya dari Irak tanpa syarat apapun. Negara-negara anggota Liga Arab dan Gerakan Non Blok (GNB) menyatakan serangan militer tersebut tidak sah dan melanggar aturan PBB. GNB dan Liga Arab adalah dua kelompok yang mengusulkan digelarnya Sidang Khusus yang bersifat terbuka tersebut. Sementara itu, negara-negara Uni Eropa juga menyiratkan setujunya kawasan itu terhadap serangan militer Amerika Serikat ke Irak, karena Uni Eropa menjunjung tinggi integritas dan kedaulatan Irak dan menghormati hak-hak yang dimiliki rakyat Irak. Para penentang perang juga berasal dari rakyat Amerika Serikat, di berbagai negara bagian Amerika Serikat, terjadi demonstrasi untuk menentang perang.
Perang yang tidak imbang antara Amerika Serikat dan Irak membuat perang berlangsung dengan cepat. Tanggal 9 April 2003, perang dinyatakan berakhir dengan dikuasainya kota Baghdad, yang merupakan pusat pemerintahan Saddam Hussein, oleh pasukan Amerika Serikat. Namun senjata pemusnah massal yang menjadi alasan utama serangan Amerika Serikat (dan sekutunya) ke Irak tidak juga diketemukan.






BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan
Amerika serikat merupakan sebuah negara potensial yang memiliki kekuatan dan kekuasaan besar sehinggga disebut negara superpower atau negara adidaya, dimana seluruh negara-negara di dunia mengakui keadidayaannya. Amerika serikat sendiri baru menyadari kekuatan yang di milikinya bahwa AS memiliki potensi besar untuk menjelma menjadi sebuah negara adidaya pada perang dunia kedua ketika kapal dimana didalamnya terdapat banyak rakyat sipil AS diserang oleh Jerman, AS kemudian ikut serta dalam perang dunia kedua dan menjadi pemenang perang tersebut. Disusul dengan runtuhnya rezim komunis Uni Soviet pada perang dingin, akhirnya membawa AS menjadi kekuatan tunggal yang mendominasi dunia.
Setelah Pasca perang dingin maka Amerika serikat keluar sebagai penguasa atau negara adidaya tunggal yang merajai dunia.Kini Amerika serikat menjadi negara super powerdi panggung internasional. Amerika telah menyebarkan pengaruhnya ke seantero penjuru dunia baik militer, politik maupun kebudayaannya.
Dalam Perang Dingin, Amerika Serikat mempunyai peran menyangkut bidang politik dan ekonomi. Sedangkan perang dalam Perang Teluk II di Timyr Tengah, Amerika Serikat berperan dalam bidang diplomasi dan bidang militer.

           
           
                       






DAFTAR PUSTAKA

·         Sundoro, Hadi. 2012. Sejarah Amerika Serikat. Jember : Jember University Press
·         Garis Besar Sejarah Amerika
·         Krisnadi. 2011. Sejarah Amerika Serikat. Yogyakarta : Lemah manah
·         Pareanom A, dkk. 2005. Amerika Dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

·         Hapsaridn. 2011. Jatuhnya Irak dalm Serangan Amerika Serikat 2003  http://hapsaridn.sejarah halaman 2.com (diakses tanggal 26 April 2013)

·         Fersyhana A. 2011. Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. http://fersyhana.wordpress.com (diakses tanggal 26 April 2013)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar