Selasa, 27 Mei 2014

PERLUASAN WILYAH AMERIKA



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penduduk dan wilayah Amerika Serikat mengalami perkembang pesat, dan banyak penduduk yang melakukan migrasi ke barat. Mereka berpindah ke sebelah barat Sungai Mississippi dan Pegunungan Rocky pada masa ini. Orang-orang pertama yang pindah ke Barat adalah orang yang menjual kulit binatang."Thesis Perbatasan" yang amat berpengaruh menyatakan bahwa perbatasan barat membentuk karakter Amerika Serikat. Pada tahun 1840-an, banyak orang pindah ke Oregon, dan semakin banyak orang yang pindah ke Barat setelah Demam Emas California tahun 1849. Sejak awal 1830-an hingga 1869, Jalur Oregon dan banyak cabangnya digunakan oleh lebih dari 300.000 pemukim. Sementara Penduduk asli Amerika semakin terdesak oleh peristiwa seperti pengusiran. Selain Jejak Air Mata, peristiwa penting terkait pengusiran suku Indian adalah Perang Black Hawk.
Sejarah diplomasi Amerika Serikat sejak berdiri sebagai sebuah negara tahun 1776 ditandai dengan upaya pemeliharaan hubungannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran Amerika Serikat. Sejak tahun 1776 sampai sekarang bangsa Amerika selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya melalui upaya- upaya diplomatik untuk membentuk sebuah imperium besar yang berkuasa dan berpengaruh atas bangsa-bangsa lain di dunia. Pada awal abad ke-19 mereka telah mampu membangun sebuah imperium kontinental yang besar.
Pada waktu yang relatif sama mereka telah mengembangkan imperium perdagangan di seluruh dunia, menggantikan posisi Portugal, Spanyol, Belanda dan Inggeris. Pada akhir abad ke-20 ini bangsa Amerika boleh bangga sebab mereka telah menjadi bangsa yang telah berpengaruh atas bangsa-bangsa di dunia, baik secara politik, ekonomi, militer dan budaya. Sejak berakhirnya perang dingin (cold-war) dan tumbangnya Uni Soviet pada awal tahun 1990-an, tidak diragukan lagi bahwa Amerika Serikat merupakan sebuah imperium yang sangat besar yang tidak memiliki tandingan di dunia.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1        Peristiwa apa yang melatarbelakangi adanya perluasan wilayah Amerika ke arah barat ?
1.2.2        Bagaimana proses perluasan wilayah Amerika ke arah barat ??
1.2.3        Bagaimanakah jalan diplomasi dalam perluasan wilayah Amerika ke barat tersebut ?

1.3  Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertjuan agar :
·         Memahami latar belakang terjadinya perluasan wilayah Amerika
·         Memahami proses perluasan wilayah Amerika
·         Memahami jalan diplomasi dalam perluasan wilayah Amerika

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Perluasan Wilayah ke Barat
2.1.1 Amerika Latin dan Doktrin Monroe
Pada dekade awal abad ke-19,Amerika Tengah dan Selatan beralih ke gerakan revolusi. Gagasan kebebasan telah mengusik rakyat Amerika Latin sejak para koloni Inggris memperoleh kemerdekaan mereka. Penaklukan Napoleon atas Spanyol dan Portugal pada 1808 menjadi pertanda bagi rakyat Amerika Latin untuk mengadakan pemberontakan. Menjelang 1822, dipimpin dengan cakap oleh Simon Bolivar, Francisco Miranda, Jose de San Martin dan Miguel de Hidalgo, sebagian besar Amerika Hispanik–dari Argentina dan Chili di selatan hingga Meksiko di utara memenangkan kemerdekaan mereka. R akyat Amerika Serikat mencurahkan perhatian mendalam terhadap pada apa yang tampaknya merupakan pengulangan pengalaman mereka sendiri dalam memisahkan diri dari bawah kekuasaan Eropa. Gerakan kemerdekaan Amerika Latin mempertegas keyakinan mereka akan pemerintahan otonomi.
Pada 1822 Presiden James Monroe, di bawah tekanan publik yang kuat, menerima wewenang untuk mengakui negara Amerika Latin baru dan segera bertukar menteri dengan mereka. Dengan demikian, dia menegaskan status mereka sebagai negara merdeka yang sesungguhnya, sepenuhnya terpisah dari ikatan lama mereka dengan Eropa. Tepat pada saat ini, Rusia, Prusia, dan Austria membentuk persekutuan, Aliansi Suci, untuk melindungi diri mereka dari pemberontakan. Dengan turut campur di negara tempat gerakan masyarakat membahayakan monarki, aliansi tersebut– dipersatukan oleh Perancis pasca Napoleon–berniat mencegah penyebaran revolusi itu. Kebijakan ini merupakan antitesis prinsip Amerika tentang penentuan nasib sendiri.
Selama Aliansi Suci ini membatasi kegiatannya di Dunia Lama, Amerika Serikat tidak mengkhawatirkannya. Tetapi ketika aliansi tersebut mengumumkan niatnya untuk memulihkan kembali bekasbekas koloni Spanyol, masyarakat Amerika menjadi sangat khawatir. Karena perdagangan Amerika Latin telah menjadi sangat penting bagi mereka, Inggris memutuskan untuk menghentikan tindakan semacam itu. London-jaminan gabungan Anglo-Amerika terhadap Amerika Latin, tetapi Sekretaris Negara John Quincy Adams meyakinkan Monroes untuk bertindak secara unilateral: “Akan lebih jelas, juga lebih bermartabat, untuk menyatakan prinsip kami secara eksplisit kepada Rusia dan Perancis, daripada muncul seperti pahlawan kesiangan dalam gelombang serdadu Inggris.”
Pada Desember 1823, dengan keyakinan bahwa AL Inggris akan membela Amerika Latin dari Aliansi Suci dan Perancis, Presiden Monroe mengambil kesempatan dalam pidato tahunannya kepada Kongres untuk menyampaikan apa yang kemudian dikenal sebagai Doktrin Monroe – penolakan menoleransi perluasan dominasi lebih lanjut Eropa di benua Amerika :“Benua Amerika...untuk selanjutnya janganlah dianggap sebagai sasaran bagi kolonialisasi di masa depan oleh kekuatan Eropa mana pun. Kita harus menganggap usaha apa pun dari pihak mereka untuk memperluas sistem (politik) mereka ke bagian mana pun belahan dunia ini sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan kita.
Dengan koloni yang sudah ada atau ketergantungan terhadap kekuatan Eropa mana pun, kami tidak pernah campur tangan dan takkan pernah campur tangan. Tetapi dengan pemerintah yang telah menyatakan kemerdekaannya dan mempertahankan kemerdekaan itu, juga kemerdekaan yang telah kita... akui, kita tidak dapat membiarkan tindakan campur tangan apa pun yang bertujuan menekan mereka, atau mengendalikan nasib mereka dengan cara apa pun, oleh kekuatan Eropa mana pun dengan anggapan selain manifestasi disposisi tidak ramah terhadap Amerika Serikat.”
Doktrin Monroe memperlihatkan semangat solidaritas dengan negara-negara republik yang baru merdeka di Amerika Latin. Sebagai balasannya, negara-negara tersebut mengakui kedekatan politiknya dengan Amerika Serikat dengan cara mendasarkan konstitusi baru mereka, dalam banyak hal, sesuai model Amerika Utara.

2.2 Proses Perluasan Wilayah ke Barat
            Garis perbatasan sangat berpengaruh dalam membentuk kehidupan di Amerika. Kondisi di seluruh pesisir Atlantik merangsang migrasi ke kawasan baru. Dari New England, di mana lahannya tidak mampu menghasilkan panenan gandum
dalam jumlah besar, pria dan wanita mengalir tanpa henti meninggalkan lahan pantai dan desa mereka untuk mengambil keuntungan dari lahan kaya di tengah benua. Di pedesaan negara bagian Carolina dan Virginia, masyarakat yang terkucilkan akibat kurangnya jalan dan kanal sebagai akses ke pasar di daerah pesisir dan tidak menyukai dominasi politik para pemilik perlahan pertanianan Tidewater juga bergerak ke barat. Pada 1800, lembah Sungai Mississipi dan Ohio telah menjadi kawasan perintis yang luas.”Hi-o, ke sanalah kami pergi, mengapung di sungai di O-hi-o.” menjadi lagu bagi ribuan imigran.
Aliran populasi ke barat pada awal abad ke-19 menyebabkan pembagian kawasan lama dan pembentukan perbatasan baru. Sebagai negara bagian yang baru diakui, peta politik menyeimbangkan daerah timur Sungai Mississipi. Dari 1816 hingga 1821, terbentuk 6 negara bagian baru–Indiana, Illinois dan Maine (yang tadinya negara bebas budak), serta Mississipi, Alabama, dan Missouri (negara bagian yang mengizinkan perbudakan). Daerah perbatasan pertama dulu terkait erat dengan Eropa, daerah kedua terkait dengan pemukiman pesisir, tetapi Lembah Mississipi bersifat independen dan warganya lebih mengacu ke barat daripada ke timur.




2.2.1 Kehidupan Pada Saat Perluasan Wilayah ke Barat
Para pemukim di daerah perbatasan merupakan kelompok yang beragam. Salah seorang penjelajah Inggris menggambarkan mereka sebagai “ras manusia yang berani dan tabah yang hidup di pondok reyot. ...Sikap mereka terlihat kasar, tetapi
sebenarnya ramah, baik kepada orang asing, jujur dan dapat dipercaya. Mereka menghasilkan sedikit jagung Indian, labu, babi, dan terkadang memiliki satu atau dua ekor sapi. ...Tetapi senapan laras panjang merupakan peralatan terpenting mereka. ” Terampil menggunakan kapak, jerat dan benang pancing, para pemukim membangun pondok kayu pertama dan menghadapi suku pribumi Amerika, yang tanahnya mereka duduki.
Ketika semakin banyak pemukim memasuki belantara itu, banyak yang menjadi petani sekaligus pemburu. Rumah kayu nyaman dengan jendela kaca, tungku pemanas dan kamar terpisah telah menggantikan keberadaan pondok; sumur menggantikan mata air. Para pemukim yang rajin dengan cepat membersihkan lahan mereka dari pepohonan, membakar kayu untuk menghasilkan kalium oksida dan membiarkan tunggul kayu membusuk. Mereka menanam gandum, sayur dan buah-buahan mereka sendiri; mengelilingi hutan untuk memburu kijang, kalkun liar dan madu; memancing di sungai terdekat; dan memelihara ternak serta babi. Para spekulator tanah membeli tanah yang amat sa-ngat luas dengan harga murah lalu, jika harga tanah naik, menjual lahan mereka dan bergerak semakin ke barat, membuka jalan bagi orang lain.
Dokter, pengacara, pemilik toko, editor, pendeta, ahli mesin dan politikus segera menyusul para petani. Namun para petani menjadi kelompok dasar yang kokoh. Begitu menetap di suatu lokasi, mereka cenderung terus tinggal di sana dan berharap anak-anak mereka akan tetap tinggal di sana. Mereka membangun lumbung besar dan rumah dari batu bata atau dari kerangka kayu. Mereka membeli ternak lebih baik, menggarap tanah dengan terampil, dan menaburkan benih yang bermutu. Beberapa orang mendirikan pabrik penggilingan tepung, penggergajian kayu dan penyulingan. Mereka membuat jalan raya yang bagus, juga membangun gereja dan sekolah. Pada 1830, Chicago, Illinois, contohnya, adalah desa niaga yang memiliki benteng namun tidak mempunyai potensi yang menjanjikan; tetapi jauh sebelum beberapa pemukim aslinya meninggal dunia, negara bagian ini telah menjadi salah satu kota terbesar dan terkaya di Amerika. Lahan pertanian mudah didapat.Tanah pemerintah setelah 1820 dapat dibeli seharga 1.25 dolar untuk luas kira-kira setengah hektar, dan setelah dikeluarkannya UU Rumah dan Pekarangan (Homestead Act) pada 1862, tanah itu dapat diklaim dengan cara menduduki dan memperbaikinya.
Selain itu, peralatan untuk menggarap lahan itu sangat mudah diperoleh. Itulah masa ketika, sesuai ucapan yang dicetuskan penulis surat kabar Indiana, John Soule dan dipopulerkan oleh editor New York Tribune, Horace Greeley, pria muda dapat “pergi ke barat dan tumbuh bersama negara.” Kecuali migrasi ke Texas yang dimiliki
bangsa Meksiko, gerakan perintisagrikultural ke barat baru menerima Missouri ke dalam wilayah Barat yang luas yang didapatkan dari Pembelian Louisiana setelah 1840.
Pada 1819, sebagai ganti asumsi klaim warga Amerika hingga senilai 5 juta dolar, Amerika Serikat menguasai Florida dan Oregon di timur jauh dari Spanyol. Pada harihari pertama penjelajahan Perancis di Lembah Mississipi, si pedagang menjadi pemandu bagi para pemukim di luar Mississippi. Para pemburu kulit dari Perancis dan Scots-Irish menjelajahi sungai besar serta anak sungainya dan menemukan jalan masuk melalui Pegunungan Rocky dan Sierra, memungkinkan migrasi melalui darat pada 1840-an dan disusul dengan pendudukan bagian dalam negara tersebut.
Secara keseluruhan, pertumbuhan negara itu sangatlah besar: Populasinya meningkat dari 7.25 juta menjadi lebih dari 23 juta orang sejak 1812 sampai 1852 dan lahan yang tersedia bagi pemukiman meningkat hingga hampir sebesar Eropa Barat–dari 4,4 juta menjadi 7,8 juta kilometer persegi. Tapi konflik dasar yang berakar pada berbedaan setempat masih belum terselesaikan, sehingga menjelang dekade 1860-an, hal itu meledak menjadi perang saudara. Hal lain yang juga tidak dapat dihindarkan dari geraka nekspansi ke barat adalah konflik para pemukim dengan penduduk asli dari tanah itu: Suku Pribumi Amerika.
Pada paro awal abad ke-19, figure paling menonjol yang terkait dengan konflik ini adalah Andrew Jackson, “orang Barat” pertama yang duduk di Gedung Putih. Di tengah-tengah Perang 1812, Jackson, yang pada saat itu memimpin kekuatan militer Tennessee, dikirim ke Alabama selatan, tempat dia dengan kejam memadamkan pemberontakan orang Indian Creek. Suku Indian Creek tak lama kemudian menyerahkan dua pertiga wilayahnya kepada merika Serikat. Jackson kemudian mengusir sekawanan Indian Seminol dari daerah suaka mereka di Florida yang dimiliki bangsa Spanyol.
Pada 1820-an, sekretaris perang Presiden Monroe, John C. Calhoun, mengusulkan kebijakan mengusir suku Indian yang masih tinggal di daerah Barat Daya lama dan memindahkan mereka jauh dari Mississippi. Jackson melanjutkan kebijakan ini saat menjabat sebagai presiden. Pada 1830, Kongres meluluskan UU Pengusiran Indian (Indian Removal Act), menyediakan dana untuk mengangkut suku-suku timur menjauhi Mississippi. Pada 1834, ditetapkanlah kawasan khusus Pribumi Amerika di tempat yang sekarang dinamakan Oklahoma. Secara keseluruhan, suku Indian menandatangani 94 perjanjian selama dua masa pemerintahan Jackson, menyerahkan jutaan hektar kepada pemerintah federal dan memindahkan lusinan suku dari kampung halaman leluhur mereka.
Masa paling mengerikan dalam sejarah yang memilukan ini menyangkut suku Cherokee. Tanah air mereka di North Carolina dan Georgia telah dijamin oleh perjanjian sejak 1791. Sebagai salah satu suku timur yang paling progresif, Cherokee tetap saja diusir ketika orang kulit putih menemukan emas di tanah mereka pada 1829. Akibat dipaksa melakukan perjalanan panjang dan kejam ke Oklahoma pada 1838, suku ini kehilangan banyak warganya akibat penyakit dan deprivasi akan apa yang kemudian dikenal sebagai “Jejak Air Mata.”
Daerah perbatasan—titik di mana wilayah pemukiman berbatasa dengan
lahan tak bertuan—dimulai di Jamestown dan Plymouth Roci. Perbatasan itu
bergerak ke barat selama nyaris 300 tahun melalui hutan liar dengan pepohonan
yang sangat padat dan dataran gersang sampai sensus sepuluh tahunan pada 1890 mengungkapkan pada akhirnya Amerika Serikat tidak lagi memiliki garis pemukiman yang kentara.
Banyak orang beranggapan periode panjang tersebut telah berakhir— periode di mana negara ini berkembang dari beberapa pos peradaban Inggris yang berupaya bertahan hidup menjadi negara merdeka raksasa dengan identitasnya sendiri. Mudah sekali memercayai bahwa pengalaman perkembangan pemukiman dan pascapemukiman, terus-menerus diulangi manakala manusia menaklukkan suatu benua, menjadi faktor penentu dalam perkembangan negara.

2.3 Diplomasi dan Perluasan Wilayah Amerika Serikat pada abad ke-19
  
Sejarah diplomasi Amerika Serikat pada akhir abad ke-18 dan sepanjang abad ke-19 ditandai dengan ekspansi wilayah ke bagian barat dan selatan. Dalam kegiatan ekspansi tersebut Amerika Serikat yang pada tahun 1776 masih terdiri dan 13 negara bagian harus berhadapan dengan  negara-negara  imperialis Eropa seperti Inggeris,  Perancis, dan  Spanyol. Dengan demikian, upaya diplomatik untuk menjaga dan memperluas wilayah teritorial dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap imperium-imperium tersebut, baik yang dilakukan secara damai maupun yang didukung oleh kekuatan militer.
Bekat upaya diplomatik, yang didukung oleh kekuatan ekonomi dan militer, Amerika Serikat pada pertengahan abad ke19 telah menjadi sebuah negara yang luas wilayahnya sama seperti  sekarang,  dikurangi  dengan Hawaii  dan  Alaska. Ketika George  Washington  diambil sumpah sebagai presiden di Wall Street tahun 1789, kurang dari empat juta penduduk menempati tiga belas negara bagian yang berlokasi di sepanjang pantai timur Amerika Serikat. Tujuh puluh tahun kemudian, ketika Abraham Lincoln menjadi presiden yang ke enam belas tahun1861, semua negara bagian yang  kita kenal sekarang telah menjadi bagian dari Amerika Serikat yang ditempati oleh 31 juta penduduk.
Perluasan wilayah sebenarnya telah dilakukan pada jaman kolonial. Pada jaman tersebut para pionir Amerika menjelajah ke arah  barat untuk  membuka lahan-lahan  baru hingga ke pengunungan Appalachian. Setelah memperoleh kedaulatan tahun 1776, penjelajahan ke arah barat memperoleh percepatan karena didukung oleh negara-negara bagian di wilayah timur melalui upaya-upaya diplomatik ketika mereka berhadapan dengan kekuatan-kekuatan imperialis Eropa, seperti Inggeris, Perancis dan Spanyol. Negara-negara bagian di wilayah timur yang mengklaim wilayah dari pantai Atlantik sampai Sungai Mississippi harus berhadapan dengan orang-orang Indian yang didukung oleh kekuatan imperialis Barat. Untuk mengatasi hal tersebut pada tahun 1794 komisi khusus yang  dipimpin oleh John Kay, melalui upaya diplomatik, berhasil menandatangani perjanjian dengan Inggeris. Dalam perjanjian tersebut Inggeris sepakat untuk tidak lagi mendukung orang-orang Indian di wilayah barat daya. Perjanjian yang sama juga ditandatangani dengan Spanyol yang memungkinkan Amerika Serikat memperluas wilayahnya ke wilayah barat laut.
Kejadian-kejadian dalam sejarah Eropa dan kawasan Karibia berpengaruh terhadap upaya diplomatik  Amerika  Serikat  dalam  perluasan  wilayahnya.  Pada  tahun  1800  Spanyol menyerahkan wilayah Lousiana, satu kawasan antara Sungai Missisippi dan Pegunungan Rocky kepada Perancis. Napoleon Bonaparte, penguasa Perancis yang telah berhasil menguasai Spanyol di Eropa, bermaksud menggunakan wilayah Louisiana sebagai jalan untuk menjadikan Perancis sebagai kekuatan imperium di Amerika. Namun demikian, sebuah revolusi yang digerakkan oleh orang-orang kulit hitam di kepulauan Hispaniola (sekarang Haiti dan Santa Dominggo) merusak rencana Napoleon Revolusi yang dipimpin oleh Toussaint L'Ouverture dan didukung oleh 500.000 budak kulit hitam. Haiti hampir berhasil memaksa 40.000 orang kulit putih pemilik budak untuk membebaskan perbudakan di Haiti. Napoleon segera mengirimkan pasukannya untuk meredam gerakan revolusi serta menduduk iwilayah New Orleans dan menguasai wilayah Louisnana. Presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson, yang melihat kemungkinan semakin kuatnya ancaman Perancis bila tetap menguasai Lousiana, mengutus Jams Monroe ke Paris dan mendesak duta besar (dubes) Amerika di Paris, Robert Living stone, untuk berunding mengenai kemungkinan membeli wilayah Louisiana dari Perancis.
Melihat kemungkinan semakin kuatnya dominasi imperialis Eropa, di Amerika, pemerintah Amerika Serikat, di bawah presiden Thomas Jefferson, berusaha untuk memperoleh wilayah Louisina dengan berbaga cara, Upaya diplomatik pun dilakukan dengan gencar untuk usaha tersebut. Hal tersebut dilakukan sebab Inggeris pun yang sedang bersaing dengan Perancis, berusaha memperoieh wilayah yang sangat kaya dengan sumber daya alam tersebut. Ketika Robert Livingstone , yang secara intensif melakukan upaya diplomatik ,bertemu dengan menteri luar negeri Perancis, Talleyrand, sebuah tawaran menarik diberikan oleh menlu Perancis. Kurang dari tiga minggu kemudian perjanjian jual beli tersebut ditandatangani. Perancis yang sedang berhadapan  dengan Inggeris,  baik  di  Eropa dan  Amerika,  lebih  suka menyerahkan Louisiana kepada Amerika Serikat daripada kepada Inggeris, dan sepakat dengan harga 12 juta dollar atas wilayah pertanian yang sangat kaya tersebut. Dalam sejarah diplomasi Amerika Serikat pembelian yang terjadi pada tahun 1803 tersebut dilatakan oleh Buckler (1993:977) sebagai jual paling menakjubkan dalam sejarah diplomasi Amerika Serikat.
Setelah memperoleh wilayah Lousiana,Amerika Serikat masih dihadapkan dengan ancaman Inggeris yang masih menguasai Canada. Amerika Serikat juga membenci Inggeris yang merupakan saingan beratnya dalam perdagangan di kawasan Atlantik dan memonopoli barang - barang dagangan di kawasan tersebut. Orang-orang Amerika Serikat di kawasan barat menghendaki diteruskannya  perang  dengan Inggeris yang  selalu mengancam kapal-kapal Amerika di lautan bebas.
Persaingan dengan Inggeris tersebut mendorong dilakukannya pertimbangan diplomatik melalui   peperangan   dengan   negara Eropa tersebut.   Sikap netral   AS   terhadap   masalah perdagangan luar negeri dengan negara-negara Eropa tidak sepenuhnya bisa diterapkan ketika negara tersebut memiliki kepentingan lain di daratan. Sikap  tidak bisa menjaga kenetralan tersebut diterapkan oleh Presiden James Madison ketika hams berhadapan dengan  Inggeris. Perang tahun 1812 yang dikenal dengan WarHawks tersebut mengakhiri masalah Indian serta memberi jalan kepada para pioner-pioner Amerika untuk membuka lahan yang lebih luas di bagian barat. Perang tersebut diakhiri dalam Perjanjian Ghent di Belgia tahun 1814 berkat campur tangan Tsar Rusia yang sedang berusaha mendekati Inggeris dalam mengakhiri perang dengan Napoleon Bonaparte. Dalam perjanjian tersebut Amerika dan Inggeris sepakat untuk menjaga Great Lakes sebagai kawasan bebas militer, kebebasan bagi nelayan Amerika, Inggeris dan Canada untuk menangkap ikan di New Foundland dan Labrador serta persetujuan mengenai perbatasan baru antara Amerika Serikat dan Canada, dan dijadikannya kawasan Oregon sebagai daerah terbuka bagi orang Inggeris dan Amerika.
Perjanjian dengan Inggeris tersebut menjadikan politik diplomasi Amerika Serikat sementara lebih berorientasi ke dalam dalam upaya merebut Florida serta menyatukan wilayah hingga ke pantai Pasifik.

BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
            Dari penjekasan di atas maka dapat disimpulkan, perluasan wilayah amerika ini dilatarbelakangi oleh Doktrin Monroe yang dikemukakan oleh Presiden Monroe dalam pidatonya mengenai penolakan menoleransi perluasan dominasi lebih lanjut Eropa di benua Amerika :
Benua Amerika...untuk selanjutnya janganlah dianggap sebagai sasaran bagi kolonialisasi di masa depan oleh kekuatan Eropa mana pun. Kita harus menganggap usaha apa pun dari pihak mereka untuk memperluas sistem (politik)
mereka ke bagian mana pun belahan dunia ini sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan kita.
Dengan koloni yang sudah ada atau ketergantungan terhadap kekuatan Eropa mana pun, kami tidak pernah campur tangan dan takkan pernah campur tangan. Tetapi dengan pemerintah yang telah menyatakan kemerdekaannya dan mempertahankan kemerdekaan itu, juga kemerdekaan yang telah kita... akui,
kita tidak dapat membiarkan tindakan campur tangan apa pun yang bertujuan menekan mereka, atau mengendalikan nasib mereka dengan cara apa pun,
oleh kekuatan Eropa mana pun dengan anggapan selain manifestasi disposisi tidak ramah terhadap Amerika Serikat.”
Doktrin Monroe memperlihatkan semangat solidaritas dengan negara-negara republik yang baru merdeka di Amerika Latin. Sebagai balasannya, negara-negara tersebut mengakui kedekatan politiknya dengan Amerika Serikat dengan cara mendasarkan konstitusi baru mereka, dalam banyak hal, sesuai model Amerika Utara.
Penduduk dan wilayah Amerika Serikat mengalami perkembang pesat, dan banyak penduduk yang melakukan migrasi ke barat. Mereka berpindah ke sebelah barat Sungai Mississippi dan Pegunungan Rocky pada masa ini. Orang-orang pertama yang pindah ke Barat adalah orang yang menjual kulit binatang."Thesis Perbatasan" yang amat berpengaruh menyatakan bahwa perbatasan barat membentuk karakter Amerika Serikat. Pada tahun 1840-an, banyak orang pindah ke Oregon, dan semakin banyak orang yang pindah ke Barat setelah Demam Emas California tahun 1849. Sejak awal 1830-an hingga 1869, Jalur Oregon dan banyak cabangnya digunakan oleh lebih dari 300.000 pemukim. Sementara Penduduk asli Amerika semakin terdesak oleh peristiwa seperti pengusiran. Selain Jejak Air Mata, peristiwa penting terkait pengusiran suku Indian adalah Perang Black Hawk.
Sejarah diplomasi Amerika Serikat sejak berdiri sebagai sebuah negara tahun 1776 ditandai dengan upaya pemeliharaan hubungannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran Amerika Serikat. Sejak tahun 1776 sampai sekarang bangsa Amerika selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya melalui upaya- upaya diplomatik untuk membentuk sebuah imperium besar yang berkuasa dan berpengaruh atas bangsa-bangsa lain di dunia. Pada awal abad ke-19 mereka telah mampu membangun sebuah imperium kontinental yang besar.
Pada waktu yang relatif sama mereka telah mengembangkan imperium perdagangan di seluruh dunia, menggantikan posisi Portugal, Spanyol, Belanda dan Inggeris. Pada akhir abad ke-20 ini bangsa Amerika boleh bangga sebab mereka telah menjadi bangsa yang telah berpengaruh atas bangsa-bangsa di dunia, baik secara politik, ekonomi, militer dan budaya. Sejak berakhirnya perang dingin (cold-war) dan tumbangnya Uni Soviet pada awal tahun 1990-an, tidak diragukan lagi bahwa Amerika Serikat merupakan sebuah imperium yang sangat besar yang tidak memiliki tandingan di dunia.


           



DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar