METODE
PEMBELAJARAN KOOPERTAIF JIGSAW
( PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH)
PAPER
Disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pembimbing Bapak
Dr.Suranto., M.Pd
Oleh :
IFTITAH DIAN HUMAIROH 120210302015
KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1. Defenisi Model Pembelajaran Teknik Jigsaw
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir
dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka
teki yang menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini
juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa
melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain
untuk mencapai tujuanbersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil , seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam
orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif
dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa
memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah
informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi
anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan
bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.(
Rusman, 2008.203)
Sedangkan
menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif jigsaw adalah teori
konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktifisme dalam belajar
adalah suatu pendekatan di mana sisiwa secara individu menemukan dan
mentranseformasikan imformasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturanyang dan merivisinya bila perlu (soejadi dalam teti sobri,2006. 15).
Tujuan dari metode jigsaw
tersebut adalah untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif,
dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperolah apabila
mereka mencoba mempelajari materi sendirian.
Dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu:
1.
kelompok kecil,
2.
belajar bersama, dan
3.
pengalaman belajar.
Esensi kooperatif learning adalah tanggung
jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa
terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.
Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung
jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar
dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik
pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.
Jhonson and Jhonson (dalam Teti Sobari
2006:31) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang
hasilnya menunjukan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh
positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah :
- Meningkatkan hasil belajar
- Meningkatkan daya ingat
- Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi
- Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu)
- Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen
- Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah
- Meningkatkan sikap positif terhadap guru
- Meningkatkan harga diri anak
- Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif
- Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
Pembentukan
Kelompok Belajar
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok
ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
- Kelompok kooperatif awal (kelompok asal).
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang
terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus
heterogen terutama di kemampuan akademik.
- Kelompok Ahli
Para anggota dari kelompok asal yang
berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi
dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal
dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada
saat pertemuan di kelompok ahli.
2. Alasan Penulis Memilih Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil , seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam
orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif
dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa
memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah
informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi
anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan
bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.(
Rusman, 2008.203). Oleh karena itu, penulis memilih metode jigsaw ini
diterapkan dalam pembelajaran Sejarah.
Sementara itu Ratumanan (2002) menyatakan bahwa
interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide
baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Selain itu metode Jigsaw ini bermanfaat bagi siswa yaitu sebagai berikut :
a)
Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
b)
Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
c)
Menerapkan bimbingan sesama teman
d) Rasa harga diri siswa yang
lebih tinggi
e)
Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
f)
Sikap apatis berkurang
g)
Pemahaman materi lebih mendalam
h)
Meningkatkan motivasi belajar
i)
Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
j)
Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
k)
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
l)
Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.
3. Langkah – Langkah Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Menurut Rusman (2008 : 205) pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga
dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok
sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang
dihadapi.
Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada
anggota kelompoknya.
Kegiatan yang
dilakukan sebagai berikut:
1.
Melakukan mambaca untuk menggali imformasi. Siswa memperoleh topik- topik
permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi daripermasalahan
tersebut.
2.
diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama
bertemu dalam satu kelompok kata, kita sebut dengan kelompok ahli untuk
membicaran topik permasalahan tersebut.
3.
Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari
hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4.
Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5.
Perhitungan skor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip
Rusman (2008),
mengemukakan langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut:
1.
Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa.
2.
Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
Misalnya : materi tentang Perburuan Mutiara dari
Timur, Perang Bung Karno dan Hatta serta tokoh – tokoh lainnya sekitar
peristiwa proklamasi, Perang Melawan Tirani, dll.
3.
Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4.
Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagianyang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab
mereka.
5.
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok
asli dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka
kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6.
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7.
Guru memberi evaluasi.
8.
Penutup
4.
Kelebihan dan Kekurangan Metode
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
a. Kelebihan Metode Jigsaw
Ibrahim dkk (2000) mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai
berikut.
1. Dapat mengembangkan
tingkah laku kooperatif
2. Menjalin/mempererat
hubungan yang lebih baik antar siswa
3. Dapat mengembangkan
kemampuan akademis siswa
4. Siswa lebih banyak belajar
dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru
b. Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah sebagai berikut :
1. Keadaan kondisi kelas yang
ramai,sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran kooperatif tipe jigsaw
merupakan pembelajaran baru;
2. Jika guru tidak
meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif
dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet
3. Siswa lemah dimungkinkan
menggantungkan pada siswa yang pandai
4. Jika jumlah anggota
kelompok kurang akan menimbulkan masalah,misal jika ada anggota yang hanya memboncengdalam
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
5. Membutuhkan waktu yang
lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan baik,
sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta
butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.