Kamis, 18 Desember 2014

imperialisme



Description: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRwsA5y0zFrU3AUqiDMqSaO8yN-Rs00ph3nPbYvHtoR4y_lA7Cb
IMPERIALISME
PAPER
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pembimbing Bapak Dr.Suranto., M.Pd



Oleh :
IFTITAH DIAN HUMAIROH         120210302015
KELAS B





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

A.  Konsep Dasar Imperialisme
     Istilah imperialisme diperkenalkan pertamakali adalah di Perancis pada tahun 1830-an, suatu kata atau istilah yang merujuk kepada “imperium Napoleon Bonaparte”. Ketika itu, istilah ini diperkenalkan oleh seorang penulis Inggris untuk menerangkan dasar-dasar perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris. Orang Inggris ketika itu beranggapan bahwa merekalah sebenarnya bangsa yang paling berkuasa (Greater Britain), karena mereka pada kenyataannya telah banyak menguasai dan menjajah di wilayah – wilayah diluar Eropa semisal Asia dan Afrika. Mereka menganggap bahwa penjajahan pada dasarnya adalah bertujuan mulia, yaitu untuk memajukan dan membangun masyarakat diluar Eropa yang pada saat itu dipandang masih terbelakang (primitif), dan oleh karenya penjajahan menurut mnereka adalah untuk kebaikan dunia.
Konsep “Imperialisme” sebenarnya merujuk pada suatu sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan politik dari negara-negara kaya dan berkuasa , untuk mengawal dan menguasai negara – negara diluar Eropa yang dianggap terbelakang dan miskin. Akan tetapi sayangnya kata “imperialisme” pada kenyataannya juga tidak terlepas dengan tujuan untuk mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di negara - negara luar Eropa tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya. Imperialisme dalam prakteknya justru menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony) oleh suatu bangsa atas bangsa lain, sehingga  pada prinsipnya tujuan utama imperialisme itu sendiri adalah untuk menambah hasil ekonomi atau kekayaan bagi negeri penjajah (Gold). Negara-negara imperialis pada kenyataannya justru hanya ingin memperoleh keuntungan dari negeri – negeri yang mereka kuasai. Selain faktor ekonomi, kaum imperialis juga terdorong oleh satu kepercayaan atau anggapan bahwa suatu bangsa tertentu adalah lebih mulia atau lebih baik kedudukannya di muka bumi dari pada bangsa yang lain,  atau yang disebut dengan  istilah “ethnosentrism”. Bangsa Jerman (Arya), Jepang, dan Italia adalah diantara contoh bangsa-bangsa didunia yang menganut pandangan tersebut. Faktor lain yang menyumbang pada dikembangkannya konsep “imperialisme” adalah, adanya perasaan dari suatu bangsa yang ingin mencapai taraf sebagai bangsa yang besar dan memerintah dunia, Inggris dan juga Jepang adalah contoh terbaik yang membangun dasar imperialisme mereka dari pandangan yang seperti itu.
Akhirnya memang patut pula dipertimbangkan bahwa dasar imperialisme pada awalnya adalah bertujuan untuk menyebarkan ide-ide dan kebudayaan Barat yang dianggap lebih baik itu ke seluruh dunia. Oleh karena itulah, ada konsep yang meyakini bahwa imperialisme bukan hanya dapat dilihat sebagai bentuk penindasan terhadap tanah jajahan tetapi sebaliknya dapat pula dipandang sebagai faktor pendorong bagi pembaharuan-pembaharuan yang dapat menyumbang kearah pembinaan dan kemajuan sebuah bangsa, seperti pendidikan, kesehatan, perundang-undangan dan sistem pemerintahan, misalnya.
Para sejarawan Barat cenderung membagi imperialisme dalam dua kategori yaitu imperialisme kuno dan imperialisme modern. Imperialisme kuno adalah konsep yang bermuara kepada negara-negara yang berhasil menaklukan atau menguasai negara-negara lain, atau bahkan negara -negara yang mempunyai suatu imperium besar seperti halnya imperium Romawi, Imperium Turki Usmani, dan China, spanyol, Portugis, Belanda, Inggris bahkan Perancis yang belakangan memperoleh jajahannya di Asia, Amerika dan Afrika sebelum 1870. Dengan demikian dapatlah digambarkan bahwa tujuan imperialisme kuno, pada dasarnya adalah selain faktor ekonomi yaitu untuk menguasai daerah – daerah yang kaya dengan sumber daya alam, juga termasuk didalamnya faktor untuk penyebaran agama dan memperoleh kajayaan negara.
Sedangkan Imperialisme modern, pada umumnya bermula setelah Revolusi Industri yang awalnya terjadi di Inggris pada tahun 1870-an. Hal yang menjadi faktor pendorong berubahnya konsep atau pandangan tentang imperialisme kuno ke bentuk imperialisme modern, adalah adanya kelebihan modal dan barang (surplus produksi) di negara-negara Barat. Selepas tahun 1870-an , maka negara – negara di Eropa selanjutnya berlomba-lomba mencari daerah jajahan di wilayah Asia, Amerika dan Afrika. Mereka mencari wilayah jajahan sebagai wilayah untuk penyuplai bahan baku dan juga sebagai daerah pemasaran hasil –hasil industri mereka.
Dasar Imperialisme inilah kemudian yang dilaksanakan demi alasan agama, mereka menganggap bahwa telah menjadi tugas suci bagi seorang pemeluk agama untuk menyelamatkan manusia dari segala macam penindasan dan ketidakadilan, terutama di negara-negara yang dianggap terbelakang. Para misionaris Kristen adalah contoh yang menganggap misi penyelamat ini sebagai The White Man Burden. Tetapi tetap saja bahwa diantara faktor-faktor terpenting yang melatar belakangi munculnya imperialisme adalah faktor ekonomi.






B.  Perkembangan Imperialisme
  1. Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia
Sejak zaman dulu bangsa Indonesia adalah penghasil rempah-rempah. Di samping itu Indonesia juga merupakan pemasok rempah-rempah terbesar dalam perdagangan internasional. Indonesia adalah negeri yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini membuat bangsa asing ingin menemukan daerah Indonesia ini. Mereka ingin mencari tahu dan membuktikan apakah bangsa Indonesia adalah bangsa yang kayaakan rempah-rempah. Dengan begitu mereka berupaya untuk melakukan pelayaran Secara umum bangsa asing Eropa melakukan pelayaran dengan tujuan untuk menyebarkan agama dan mencari sumber kekayaan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu mereka datang untuk menjadi negara imperialis. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi antara lain adalah:
1.      Keinginan mendapatkan rempah-rempah ke daerah asal dengan harga yang murah.
2.      Kemajuan dalam bidang pelayaran.
3.      Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani yang kemudian melarang orang-orang Eropa berdagang di Konstantinopel.
Ada beberapa negara Eropa yang ingin mendatangi Indonesia. Mereka datang pada waktu yang berbeda dan juga singgah ke tempat yang berbeda pula. Adapun negara-negara tersebut yang singgah ke Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Portugis.
Para pelaut kebangsaan Portugis merupakan pelopor dari pelayaran penjelajahan untuk menemukan suatu pulau di dunia. Portugis adalah negara yang memiliki jiwa petualangan yang besar sehingga mereka selalu berniat untuk bisa melakukan pelayaran. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat. Adapun tokoh-tokoh penjelajah samudera dari Portugis adalah:
1) Bartolomeus Diaz: menemukan Tanjung Harapan.
2) Vasco Da Gama: berlayar dan menjalin perdagangan dengan India.
Bangsa Portugis datang ke Indonesia pada tahun 1512 M. Mereka datang pertamakali ke daerah Maluku dan kemudian terus melakukan petualangan sampai penjuru Nusantara. Sebelum mencapai Maluku, bangsa Portugis hijrah lebih dahulu ke Filipina akan tetapi di sana terjadi pertikaian dengan Spanyol dan kemudian Portugis melanjutkan pelayaran ke Indonesia. Pada awalnya kedatangan bangsa Portugis disambut dengan baik oleh rakyat Maluku. Tapi setelah mengetahui gelagat buruk bangsa Portugis rakyat Maluku terus berupaya mengusirnya. Niat buruk Portugis adalah menguasai rempah-rempah di Maluku. Kemudian bangsa Portugis terus menggali sumber rempah-rempah di Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut Portugis berusaha berlayar ke timur untuk menemukan daerah Malaka dan ingin menguasai pusat perdagangan di Malaka. Demi tujuan tersebut Portugis melanjutkan ekspedisinya ke Timur. Ekspedisi yang dipimpin olehAlphonso d'Albuquerque tersebut pada tahun 1511 berhasil menguasai Malaka yang merupakan pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara. Merupakan keuntungan besar bagi Portugis atas keberhasilannya menguasai Malaka, karena merupakan jalur perdagangan penting di Asia dan sekaligus dapatdijadikan sebagai batu loncatan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku. Keberhasilan Portugis mendapatkan rempah-rempah ke sumber aslinya menyebabkan kota Lisabon berkembang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Eropa.
b. Spanyol.
Spanyol adalah negara petualang atau penjelajah kedua dalam perburuan rempah-rempah di dunia. Upaya bangsa Spanyol mencari sumber rempah-rempah ke Indonesia tidak, kesampaian. Mereka justru sampai ke pulau milik Filipina. Spanyol sebelumnya pernah mendaratkan dirinya ke Sulawesi akan tetapi akibat perjanjian dengan Portugis maka Spanyol kembali ke Filipina. Adapun tokoh-tokoh penjelajah Samudra dari Spanyol yang popular antara lain adalah:
1.Christopher Columbus (1492): la berlayar ke Hindia Timur namun ternyata barn sampai di Amerika dan menamai penduduk di sana dengan nama suku Indian karena mengira sudah sampai ke Hindia.
2.Magellan: Pelaut ini pada tahun 1520 berhasil mendarat di kepulauan Filipina setelah berlayar menyusuri pantai selatan Benua Amerika dan Lautan Pasifik. Namun Magellan akhirnya tewas dalam pertempuran di Filipina. Pelayaran kemudian dilanjutkan oleh Sebastian d'elcano. Pelayarannya puJi akhirnya sampai ke Maluku. Namun karena terikat dengan perjanjian Tordesilas Spanyol akhirnya meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaannya di Filipina. Mereka kemudian dikenal sebagai pengeliling dunia pertama kali. Pelayaran mereka sekaligus dapat mengungkapkan teori yang menyatakan bahwa bumi itu bulat.
c. Belanda.
Pada awalnya negara Belanda adalah negara jajahan Spanyol. Negara Belanda membeli rempah-rempah di bandar Lisabon Portugis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi bangsa Belanda tidak ingin terus-menerus membeli rempah-rempah dari Portugis. Mereka berupaya mencari sendiri untuk mendapatkan sumber rempah-rempah dari pusatnya. Maka untuk mewujudkannya Belanda berupaya untuk memerdekakan diri dari Spanyol. Setelah berhasil melepaskan din dari penjajahan Spanyot maka Belanda mulai melakukan pelayaran meskipun di Eropatelah muncul pusat-pusat perdagangan rempah-rempah dari wilayah Timur. Belanda pun akhirnyajuga berupaya untuk mendapatkan rempah-rempah langsung dari sumbernya. Kedatangan orang-orang Belanda ke Indonesia antara lain disebabkan oleh sikap Portugis yang melarang orang-orang Belanda berdagang di Lisabon yang waktu itu telah berkembang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Eropa Barat. Sebelum datang ke Indonesia seorang tokoh bangsa Belanda yaitu Claudius berupaya mencari peta ke Asia. Pada tahun 1594-1595 Claudius akhirnya menemukan peta tersebut walaupun masih rawan dengan serangan bangsa Portugis. Peta yang ditemukan tersebut diberi nama interario. Kedatangan orang-orang Belanda di Indonesia diawali pada tahun 1596. Ekspedisi pelayaran ke Indonesia dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Dalam pelayarannya pasukan Cornelis de Houtman berhasil mendaratkan kapalnya di Banten. Namun eskpedisi pertama ini kurang begitu menguntungkan karena mereka akhirnya diusir dari Banten karena sikap merekayang kurang ramah dan ingin menguasai perdagangan di Banten. Disamping itu Cornelis de Houtman juga tidak bisa bersahabat dengan rakyat Banten. Pada tahun 1598 para rombongan bangsa Belanda mulai berdatangan lagi ke wilayah Nusantara.
d. Inggris.
Kedatangan bangsa Inggris ke Nusantara bertujuan untuk melemahkan kekuatan Belanda yang berkuasa terlebih dahulu. Niat ini sudah ada sejak tahun 1806 dan pada tahun 1811 Inggris datang ke nusantara dan terns melakukan penyerangan. Akibat serangan tersebut maka Belanda mengalami kehancuran dan harus menandatangani perjanjian Kapitulasi Tuntang pada tanggal 11 September 1811 yang isinya sebagai berikut:
1)         Daerah kekuasaan Belanda di Jawa dan sekitarnya harus menjadi milik Inggris.
2)         Tentara Belanda yang berada di Indonesia menjadi tawanan Inggris.
3)         Membiarkan pejabat Belanda yang mau bekerjasama dengan Inggris untuk bekerja.
4)         Belanda masih menanggung utang-utangnya.
Inggris sebenarnya telah memiliki kongsi dagang di India yang disebut EIC (Fast Indian Company). Meskipun mereka berhasil menjalin hubungan dagang dengan wilayah Aceh, Jayakarta, Banjar, Gowa, dan Maluku, namun akhirnya mereka kalah bersaing dengan Belanda. Akan tetapi setelah mereka menguasai bumi Nusantara perdagangan Inggris semakin kuat dan pemerintah Inggris terns berupaya membangun Indonesia.

3. Terjadinya Imperialisme di Indonesia
a. Masa Pendudukan VOC (Belanda)
Di antara bangsa-bangsa Barat yang datang ke Indonesia, yang akhirnya berkuasa paling lama adalah bangsa Belanda. Semenjak keberhasilan Cornelis de Houtman mendarat di Banten, semakin banyak pedagang Belanda yang berdatangan ke Indonesia. Kedatangan pedagang-pedagang Belanda tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat antara pedagang-pedagang Belanda itu sendiri. Hal tersebut jelas merugikan aktivitas perdagangan Belanda sendiri.
Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat tersebut, Johan van Oldebarnevelt mengusulkan untuk dilakukan penggabungan (merger) terhadap semua perusahaan dagang
Belanda menjadi satu serikat dagang. Usulan tersbut kemudian diterima dan ditindaklanjuti dengan membentuk sebuah kongsi dagang yang disebut VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) pada tanggal 20 Maret 1602. VOC dibentuk dengan tujuan:
1)    Menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda.
2)    Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa Eropa lainnya seperti Portugis dan Spanyol.
3)    Mendapatkan keuntungan dagang yang semaksimal mungkin.
Dalam perkembangan selanjutnya, keberadaan VOC di Indonesia tidak hanya tumbuh sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan politik yang banyak mempengaruhi perkembangan kekuasaan di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena VOC sebagai sebuah kongsi dagang diberi hak istimewa [octroi) oleh pemerintah kerajaan Belanda. Hak-hak yang diperoleh oleh VOC antara lain:
1) Hak memonopoli perdagangan.
2) Hak memiliki tentara.
3) Hak mencetak mata uang sendiri.
4) Hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja daerah.
5) Hak memiliki pengadilan sendiri.
Hak-hak yang melekat pada organisasi tersebut menyebabkan VOC yang tadinya merupakan sebuah kongsi dagang, akhirnya berjalan seperti sebuah pemerintahan yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik di Indonesia. Aktivitas monopoli mulai dilakukan oleh Pieter Both, yang merupakan GubernurJendralpertama VOC. Oleh Pieter Both kekuasaan VOC dipusatkan di Ambon yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah. Untuk menunjang kegiatan monopolinyaVOC mengeluarkan kebijakan-kebijakan, antara lain:
1)    Pelayaran Hongi, yaitu misi pelayaran Belanda untuk mengawasi dan menangkap para pedagang pribumi yang berusaha menjual rempah-rempah kepada pedagang-pedagang asing lain selain Belanda.
2)    Ekstirpasi, yaitu usaha penebangan tanaman rempah-rempah yang dianggap over produksi sehingga harganya tetap stabil.
3)    Contingenten, yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak yang berupa hasil bumi.
Keberadaan VOC semakin berkibar ketika Jan Pieterszoon Coen diangkat sebagai Gubernur Jendral VOC yang baru. Pada masa kekuasaannya VOC mulai mempengaruhi kehidupan politik raja-raja di Indonesia. VOC berhasil memindahkan pusat kekuasaannya di Jayakarta yang kemudian diubah menjadi Batavia. Dari pusatnya di Batavia ini VOC berhasil memperluas pengaruhnya ke seluruh Nusantara. Akibat dari politik memecah-belah yang diterapkan oleh VOC, VOC akhirnya banyak mendapatkan wilayah kekuasaan baru yang tunduk pada pengaruh kekuasaan VOC. Daerah yang berhasil dipengaruhi oleh VOC antara lain adalah kerajaan Banten dan kerajaan Mataram. Meski telah berhasil mempengaruhi kekuasaan raja-raja pribumi dan mendapatkan wilayah kekuasaan yang luas, VOC akhirnya tidak mampu mempertahankan eksistensinya. Padatahun 1799 VOC dibubarkan karena mengalami kemunduran-kemunduran. Hal tersebut antara lain disebabkan karena:
1)    Pegawai VOC banyak melakukan korupsi,
2)    VOC banyak menanggung utang karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perang.
3)    Kemerosotan moral di kalangan penguasa akibat sistem monopoli perdagangan.
4)    Tidak berjalannya peraturan-peraturan yang telah diterapkan oleh VOC akibat banyaknya korupsi.
Dengan dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda. Namun kerajaan Belanda sendiri pada waktu itu juga berada di bawah kekuasaan Perancis, maka peralihan kekuasaan tersebut tidak mempengaruhi kondisi kehidupan politik dan sosial di Indonesia. Gubernur Jendral pertama yang ditempatkan di Indonesia adalah Herman Willem Daendels.
Pada masa kekuasaannya di Indonesia kebijakan yang diterapkan oleh Daendels antara lain:
1) Merombak sistem perintahan feodal dengan sistem pemerintahan modern ala barat.
2) Para penguasa lokal dijadikan sebagai pegawai pemerintah.
3) Membagi wilayah Jawa menjadi sembilan daerah prefektur.
4) Menjadikan Batavia sebagai pusat pemerintahan.
5) Membentuk pengadilan keliling sebagai upaya memberantas korupsi.
Daendels juga medapat tugas yang utama yaitu mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Untuk menunjang tugasnya tersebut, Daendels mengeluarkan kebijakan-kebijakan pertahanan seperti:
1)      Membangunjalan Anyer-Panarukan yang dimaksudkan untuk mendukung mobilitas pasukan.
2)      Menambah jumlah prajurit.
3)      Membangun pelabuhan-pelabuhan baru.
4)      Membangun benteng-benteng pertahanan.
5)      Membangun pabrik senjata.
Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Daendels tersebut ternyata menjadi boomerang bagi kekuasaan Daendels di Indonesia. Penindasan yang dilakukan terhadap rakyat menyebabkan Belanda kehilangan simpati dari rakyat Indonesia. Oleh karena itu pemerintah Belanda kemudian menarik Daendels dari Indonesia dan digantikan oleh gubernur jendral yanbaru yaitu Jansens. Pada tahun 1811 Indonesia jatuh ketangan Inggris. Belanda menyerah kepada Inggris melalui perjanjian Tuntang, yang antara lain berisi:
1.   Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di Asia Tenggara harus diserahkan kepada Inggris.
2.   Utang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
3.   Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan militer Belanda di luar Jawa menjadi wilayak kekuasaan Inggris.
b. Masa Pendudukan Inggris
Setelah berhasil merebut wilayah Indonesia, untuk mengatur jalannya pemerintahan di Indonesia Inggris menugaskan Thomas Stamford Raffles sebagai gubernurjendral di Indonesia.
Pada masa kekuasaannya, kebijakan-kebijakan yang diterapkan antara lain:
1) Dalam bidang pemerintahan:
a)      Membagi pulau jawa menjadi 18 karesidenan.
b)      Para bupati dijadikan sebagai pegawai negeri dan digaji dengan uang.
c)      Melarangkerjapaksadanperbudakan.
2) Dalam bidang ekonomi dan keuangan:
a)      Mengadakan perdagangan bebas.
b)      Mengadakan penanaman kopi dan penjualan tanah kepada swasta.
c)      Mengadakan landrente (sewa tanah). Sistem Sewa tanah ini akhirnya mengalami kegagalan.
Raffles juga mengembangkan kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan. Kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang menonjol antara lain:
1)      Membangun gedung harmoni untuk lembaga ilmu pengetahuan Bataviasche Genootshap.
2)      Menulis buku History of Java yang berisi tentang kebudayaan dan alam Jawa.
3)      Bersama isterinya Olivia Marianne merintis pendirian Kebun Raya Bogor.
Dalam perkembangan politik selanjutnya, seiring dengan perkembangan politik yang terjadi di Eropa, yaitu kekalahan Perancis dalam perang koalisi dan disiarkan pada Convention of London, maka Inggris sejaktahun 1816 menyerahkan kembali kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Semenjak itulah Indonesia kembali barada di bawah kekuasaan Belanda.
c. Masa Pendudukan Hindia Belanda
Berdasarkan konvensi London, Inggris menyerahkan kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Kembalinya kekuasaan Belanda di Indonesia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak rakyat yang tidak menyukainya. Hal ini terbukti dengan banyaknya perlawanan dari berbagai daerah seperti Perang Diponegoro maupun Perang Paderi. Banyaknya perang yang harus dihadapi memaksa Belanda mengeluarkan kas negarauntuk membiayai perang. Akibatnya kas kerajaan Belanda mengalami defisit. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, GubernurJenderal Belanda di Indonesia yang berkuasa yaitu Van Den Bosch memberlakukan kebijakan yang dikenal dengan Culture Stelsell atau tanam paksa.Tujuannya adalah untuk mengisi kembali kas negeri Belanda yang kosong. Culture Stelsell atau tanam paksa yang diterapkan oleh Van den Bosch memuat beberapa ketentuan pokok seperti:
  1. Rakyat harus menyediakan tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasar internasional.
2.      2) Rakyat menyediakan seperlima bagian tanahnya untuk tanaman yang ditentukan oleh pemerintah kolonial.
3.      Tanah yang disediakan untuk tanam paksa dibebaskan dari pajak.
4.      Kegagalan panen ditanggung oleh pemerintah Hindia Belanda.
5.      Pekerjaaan yang diperlukan untuk menanam tanaman perdagangan tidak boleh melebihi pekerjaan menanam padi. Namun demikian, dalam pelaksanaannya penerapan Culture Stelsel ini banyak menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditentukan, misalnya:
·         Rakyat harus menyediakan tanah sampai setengahnya, padahal aturannya hanya seperlimanya,
·         Tanahyangseharusnyabebaspajaktetapdikenai pajak.
·         Kegagalan panen yang dalam ketentuan ditanggung pemerintah kenyataannya ditanggung oleh petani.
·         Waktu tanam melebihi usia tanam padi.
Pelaksanaan tanam paksa benar-benar mampu untuk menutup kekosongan kas Negara Belanda. Akan tetapi tanam paksa jugatelah menciptakan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia. Akibat tanam paksa ini rakyat Indonesia banyak mengalami kelaparan seperti yang terjadi di Grobogan, Demak, dan sebagainya.
Tokoh-tokoh yang menentang penerapan tanam paksa ini antara lain:
1)      Edward Douwes Dekker, tokoh liberal dengan nama samaran Multatuli ini menulis kebijakan tanam paksa dalam sebuah buku yang berjudul Max Havelaar, yang mengisahkan tentang penderitaan rakyat Indonesia akibat tanam paksa.
2)      Baron van Hoevel, seorang misionaris yang pernah tinggal di Indonesia, ia memimpin penerapan tanam paksa melalui parlemen Belanda.
3)      Van de Venter merupakan pelopor adanya politik etis (politik balas budi) yaitu seruan pemerintah Belanda mau membalas budi terhadap rakyat Indonesia. Gagasannya dikenal dengan Trilogi Van de Venter yang meliputi irigasi, emigrasi, dan edukasi.
Sejak tahun 1870 ini pemerintah kemudian mengeluarkan UU Agraria dengan tujuan:
§  Melindungihakmilik petani atastanahnya dari pengusahaasing.
§  Memberikan kesempatan kepada swasta asing untuk menyewa tanah di Indonesia. Para pengusaha perusahaan guladiberi kesempatan lebih luas dengan melaksanakan liberalisme di Indonesia.

4. Dampak Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia menimbulkan dampak perubahan terhadap tatanan kehidupan bangsa Indonesia pada segala aspek, baik aspek politik, ekonomi, sosial, serta budaya. Berikut dijelaskan secara rinci dampak-dampak tersebut.
a. Dampak Politik
Sejak Daendels menjadi GubernurJenderal, dengan semangat revolusi Perancis, dia menerapkan pemerintahan modern di Indonesia. Raffles adalah orang ke dua yang meletakkan dasar-dasarpemerintahan modem dengan menerapkan sistem perpajakan. Para bupati dijadikan pegawai negeri dan diberikan gaji padahal menurut adat, kedudukan bupati turun-temurun, dan mendapatkan upeti dari rakyat. Dengan adanya kebijakan pemerintah, kolonial meletakkan hierarki administrasi di atas kedudukan bupati dan menjadi mereka sebagai alat kekuasaan pemerintah kolonial, terjadilah perubahan politik. Elit kerajaan dan birokrasi Jawa menjadi terikat kepada struktur pemerintah kolonial dan peranan politiknya menjadi berkurang. Peranan elite kerajaan bergeserdari urusan-urusan politik pada masalah lain seperti budaya.
b. Dampak Ekonomi
Penetrasi ekonomi Barat memperlihatkan pengaruh negatif terhadap ekonomi di Indonesia. Hal itu terlihat sejak VOC, menerapkan kongitochtenyang menghancurkan ekonomipertanian di Pulau Banda dan menerapkan sistem ekonomi monopoli. Kebijakan VOC menyebabkan golongan pedagang yang menjalankan perdagangan internasional mengalami kemunduran dan akhirnya hilang sama sekali. Syah bandar yang memegang peranan penting dalam perdagangan digantikan oleh pejabat Belanda.
Kebijakan tanam paksa dan ekonomi liberal menjadi Indonesia hanya sebagai negeri penghasil bahan mentah. Hal yang merangsang dalam perdagangan dunia seperti ekspor bahan mentah tidak dapat dinikmati oleh orang Indonesia. Secara ekonomi hal itu menyebabkan orang Indonesia harus mundur dari perdagangan dunia karena Belanda memaksakan monopolinya, bibit wiraswasta yang ada hilang sama sekali. Fungsi perantara dalam perdagangan dipegang oleh orang Timur asing (pedagang-pedagang Cina).
c. Dampak Sosial
Sistem perdagangan sewa yang diterapkan pemerintah mengakibatkan berkurangnya tanah-tanah subur untuk pertanian pangan karena sebagian besar tanah telah disewakan kepada pemilik modal dari Eropa, termasuk tanah persawahan. Banyak penduduk yang kehilangan mata pencaharian di bidang pertanian. Hal itu memaksa mereka mencari pekerjaan sebagai buruh di perkebunan-perkebunan besar yang dimiliki Belanda dan orang-orang Eropa lainnya. Akibatnya dalam masyarakat timbul golongan buruh yang hidupnya bergantung pada upah yang mereka terima. Dengan demikian, ekonomi yang semakin besar pengaruhnya di pedesaan. Golongan yang mendapat untung dari situasi itu adalah para kepala desa. Peranan mereka meningkat karena diberikan tugas mengawasi pekerjaan para buruh.
d. Dampak Budaya
Hal yang menonjol dalam kondisi budaya yang dihadapi bangsa Indonesia pada awal abad ke-20 ialah praktik diskriminasi yang diterapkan pemerintah Belanda. Diskriminasi itu ada yang berdasarkan ras dan ada pula yang berdasarkan golongan dalam masyarakat, bahkan berdasarkan suku bangsa. Dalam diskriminasi ras, warna kulit menentukan status seseorang. Pihak penjajah yang berkuasa sebagai goloangan kecil memliki hak-hak istimewa, sedangkan bangsa Indonesian yang merupakan golongan terbesar hidup hampir-hampirtanpa hak. Mereka hanya mempunyai kewajiban. Hubungan antara pihak yang berkuasa dan pihak yang dikuasai hampir-hampir tidak tidak ada. Sudah kita ketahui bahwa tidak semua anak Indonesia berhak menempuh pendidikan barat. Begitu pula dalam pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia bagi orang Indonesia, walaupun pendidikannya sama, namun jabatan yang dipegang oleh orang Indonesia lebih rendah daripada jabatan yang dipegang oleh orang Belanda. Kalau pun jabatan sama, gaji orang Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan gaji orang Belanda.
C.Akibat Imperialisme
  1. Akibat politik Terciptanya tanah-tanah jajahan
a)      Politik pemerasan
b)      Berkorbarnya perang kolonial
c)      Timbulnya politik dunia (wereldpolitiek)
d)     Timbulnya nasionalisme
2.      Akibat Ekonomis
a)      Negara imperialis merupakan pusat kekayaan, negara jajahan lembah kemiskinan
b)      Industri si imperialis menjadi besar, perniagaan bangsa jajahan lenyap
c)      Perdagangan dunia meluas
d)     Adanya lalu-lintas dunia (wereldverkeer)
e)      Kapital surplus dan penanamna modal di tanah jajahan
f)       Kekuatan ekonomi penduduk asli tanah jajahan lenyap
  1. Akibat sosial
a)      Si imperialis hidup mewah sementara yang dijajah serba kekurangan
b)      Si imperialis maju, yang dijajah mundur
c)      Rasa harga diri lebih pada bangsa penjajah, rasa harga diri kurang pada bangsa yang dijajah
d)     Segala hak ada pada si imperialis, orang yang dijajah tidak memiliki hak apa-apa
e)      Munculnya gerakan Eropa-isasi.





           
DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar