
IMPERIALISME
PAPER
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pembimbing Bapak Dr.Suranto., M.Pd
Oleh
:
IFTITAH
DIAN HUMAIROH 120210302015
KELAS
B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
A.
Konsep Dasar Imperialisme
Istilah imperialisme diperkenalkan
pertamakali adalah di Perancis pada tahun 1830-an, suatu kata atau istilah yang
merujuk kepada “imperium Napoleon Bonaparte”. Ketika itu, istilah ini
diperkenalkan oleh seorang penulis Inggris untuk menerangkan dasar-dasar
perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris. Orang Inggris ketika
itu beranggapan bahwa merekalah sebenarnya bangsa yang paling berkuasa (Greater
Britain), karena mereka pada kenyataannya telah banyak menguasai dan menjajah
di wilayah – wilayah diluar Eropa semisal Asia dan Afrika. Mereka menganggap
bahwa penjajahan pada dasarnya adalah bertujuan mulia, yaitu untuk memajukan
dan membangun masyarakat diluar Eropa yang pada saat itu dipandang masih
terbelakang (primitif), dan oleh karenya penjajahan menurut mnereka adalah
untuk kebaikan dunia.
Konsep “Imperialisme” sebenarnya
merujuk pada suatu sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan politik dari
negara-negara kaya dan berkuasa , untuk mengawal dan menguasai negara – negara
diluar Eropa yang dianggap terbelakang dan miskin. Akan tetapi sayangnya kata
“imperialisme” pada kenyataannya juga tidak terlepas dengan tujuan untuk
mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di negara - negara luar Eropa tersebut
untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya. Imperialisme dalam
prakteknya justru menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony) oleh suatu
bangsa atas bangsa lain, sehingga pada
prinsipnya tujuan utama imperialisme itu sendiri adalah untuk menambah hasil
ekonomi atau kekayaan bagi negeri penjajah (Gold). Negara-negara imperialis
pada kenyataannya justru hanya ingin memperoleh keuntungan dari negeri – negeri
yang mereka kuasai. Selain faktor ekonomi, kaum imperialis juga terdorong oleh
satu kepercayaan atau anggapan bahwa suatu bangsa tertentu adalah lebih mulia
atau lebih baik kedudukannya di muka bumi dari pada bangsa yang lain, atau yang disebut dengan istilah “ethnosentrism”. Bangsa Jerman
(Arya), Jepang, dan Italia adalah diantara contoh bangsa-bangsa didunia yang
menganut pandangan tersebut. Faktor lain yang menyumbang pada dikembangkannya
konsep “imperialisme” adalah, adanya perasaan dari suatu bangsa yang ingin
mencapai taraf sebagai bangsa yang besar dan memerintah dunia, Inggris dan juga
Jepang adalah contoh terbaik yang membangun dasar imperialisme mereka dari
pandangan yang seperti itu.
Akhirnya memang patut pula
dipertimbangkan bahwa dasar imperialisme pada awalnya adalah bertujuan untuk
menyebarkan ide-ide dan kebudayaan Barat yang dianggap lebih baik itu ke
seluruh dunia. Oleh karena itulah, ada konsep yang meyakini bahwa imperialisme
bukan hanya dapat dilihat sebagai bentuk penindasan terhadap tanah jajahan
tetapi sebaliknya dapat pula dipandang sebagai faktor pendorong bagi
pembaharuan-pembaharuan yang dapat menyumbang kearah pembinaan dan kemajuan
sebuah bangsa, seperti pendidikan, kesehatan, perundang-undangan dan sistem
pemerintahan, misalnya.
Para sejarawan Barat cenderung
membagi imperialisme dalam dua kategori yaitu imperialisme kuno dan
imperialisme modern. Imperialisme kuno adalah konsep yang bermuara kepada
negara-negara yang berhasil menaklukan atau menguasai negara-negara lain, atau
bahkan negara -negara yang mempunyai suatu imperium besar seperti halnya
imperium Romawi, Imperium Turki Usmani, dan China, spanyol, Portugis, Belanda,
Inggris bahkan Perancis yang belakangan memperoleh jajahannya di Asia, Amerika
dan Afrika sebelum 1870. Dengan demikian dapatlah digambarkan bahwa tujuan
imperialisme kuno, pada dasarnya adalah selain faktor ekonomi yaitu untuk
menguasai daerah – daerah yang kaya dengan sumber daya alam, juga termasuk
didalamnya faktor untuk penyebaran agama dan memperoleh kajayaan negara.
Sedangkan Imperialisme modern, pada
umumnya bermula setelah Revolusi Industri yang awalnya terjadi di Inggris pada
tahun 1870-an. Hal yang menjadi faktor pendorong berubahnya konsep atau
pandangan tentang imperialisme kuno ke bentuk imperialisme modern, adalah
adanya kelebihan modal dan barang (surplus produksi) di negara-negara Barat.
Selepas tahun 1870-an , maka negara – negara di Eropa selanjutnya
berlomba-lomba mencari daerah jajahan di wilayah Asia, Amerika dan Afrika.
Mereka mencari wilayah jajahan sebagai wilayah untuk penyuplai bahan baku dan
juga sebagai daerah pemasaran hasil –hasil industri mereka.
Dasar Imperialisme inilah kemudian
yang dilaksanakan demi alasan agama, mereka menganggap bahwa telah menjadi
tugas suci bagi seorang pemeluk agama untuk menyelamatkan manusia dari segala
macam penindasan dan ketidakadilan, terutama di negara-negara yang dianggap
terbelakang. Para misionaris Kristen adalah contoh yang menganggap misi
penyelamat ini sebagai The White Man Burden. Tetapi tetap saja bahwa diantara
faktor-faktor terpenting yang melatar belakangi munculnya imperialisme adalah
faktor ekonomi.
B.
Perkembangan Imperialisme
- Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia
Sejak
zaman dulu bangsa Indonesia adalah penghasil rempah-rempah. Di samping itu
Indonesia juga merupakan pemasok rempah-rempah terbesar dalam perdagangan
internasional. Indonesia adalah negeri yang memiliki kekayaan alam yang
melimpah. Hal ini membuat bangsa asing ingin menemukan daerah Indonesia ini.
Mereka ingin mencari tahu dan membuktikan apakah bangsa Indonesia adalah bangsa
yang kayaakan rempah-rempah. Dengan begitu mereka berupaya untuk melakukan
pelayaran Secara umum bangsa asing Eropa melakukan pelayaran dengan tujuan
untuk menyebarkan agama dan mencari sumber kekayaan. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu mereka datang untuk menjadi negara imperialis. Adapun
faktor-faktor yang melatarbelakangi antara lain adalah:
1.
Keinginan mendapatkan rempah-rempah ke daerah asal dengan
harga yang murah.
2.
Kemajuan dalam bidang pelayaran.
3.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani
yang kemudian melarang orang-orang Eropa berdagang di Konstantinopel.
Ada beberapa negara Eropa yang ingin mendatangi Indonesia. Mereka
datang pada waktu yang berbeda dan juga singgah ke tempat yang berbeda pula.
Adapun negara-negara tersebut yang singgah ke Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Portugis.
Para pelaut kebangsaan Portugis merupakan pelopor dari pelayaran
penjelajahan untuk menemukan suatu pulau di dunia. Portugis adalah negara yang
memiliki jiwa petualangan yang besar sehingga mereka selalu berniat untuk bisa
melakukan pelayaran. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat.
Adapun tokoh-tokoh penjelajah samudera dari Portugis adalah:
1) Bartolomeus Diaz: menemukan
Tanjung Harapan.
2) Vasco Da Gama:
berlayar dan menjalin perdagangan dengan India.
Bangsa Portugis datang ke Indonesia pada tahun 1512 M. Mereka
datang pertamakali ke daerah Maluku dan kemudian terus melakukan petualangan
sampai penjuru Nusantara. Sebelum mencapai Maluku, bangsa Portugis hijrah lebih
dahulu ke Filipina akan tetapi di sana terjadi pertikaian dengan Spanyol dan
kemudian Portugis melanjutkan pelayaran ke Indonesia. Pada awalnya kedatangan
bangsa Portugis disambut dengan baik oleh rakyat Maluku. Tapi setelah
mengetahui gelagat buruk bangsa Portugis rakyat Maluku terus berupaya
mengusirnya. Niat buruk Portugis adalah menguasai rempah-rempah di Maluku.
Kemudian bangsa Portugis terus menggali sumber rempah-rempah di Indonesia.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut Portugis berusaha berlayar ke timur untuk menemukan
daerah Malaka dan ingin menguasai pusat perdagangan di Malaka. Demi tujuan
tersebut Portugis melanjutkan ekspedisinya ke Timur. Ekspedisi yang dipimpin
olehAlphonso d'Albuquerque tersebut pada tahun 1511 berhasil
menguasai Malaka yang merupakan pusat perdagangan rempah-rempah di Asia
Tenggara. Merupakan keuntungan besar bagi Portugis atas keberhasilannya
menguasai Malaka, karena merupakan jalur perdagangan penting di Asia dan
sekaligus dapatdijadikan sebagai batu loncatan untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku. Keberhasilan Portugis mendapatkan rempah-rempah ke
sumber aslinya menyebabkan kota Lisabon berkembang menjadi pusat perdagangan
rempah-rempah di Eropa.
b. Spanyol.
Spanyol adalah negara petualang atau penjelajah kedua dalam perburuan
rempah-rempah di dunia. Upaya bangsa Spanyol mencari sumber rempah-rempah ke
Indonesia tidak, kesampaian. Mereka justru sampai ke pulau milik Filipina.
Spanyol sebelumnya pernah mendaratkan dirinya ke Sulawesi akan tetapi akibat
perjanjian dengan Portugis maka Spanyol kembali ke Filipina. Adapun tokoh-tokoh
penjelajah Samudra dari Spanyol yang popular antara lain adalah:
1.Christopher Columbus
(1492): la berlayar ke Hindia Timur namun ternyata barn sampai di Amerika dan
menamai penduduk di sana dengan nama suku Indian karena mengira sudah sampai ke
Hindia.
2.Magellan: Pelaut ini
pada tahun 1520 berhasil mendarat di kepulauan Filipina setelah berlayar
menyusuri pantai selatan Benua Amerika dan Lautan Pasifik. Namun Magellan
akhirnya tewas dalam pertempuran di Filipina. Pelayaran kemudian dilanjutkan
oleh Sebastian d'elcano. Pelayarannya puJi akhirnya sampai ke Maluku. Namun
karena terikat dengan perjanjian Tordesilas Spanyol akhirnya meninggalkan
Maluku dan memusatkan kekuasaannya di Filipina. Mereka kemudian dikenal sebagai
pengeliling dunia pertama kali. Pelayaran mereka sekaligus dapat mengungkapkan
teori yang menyatakan bahwa bumi itu bulat.
c. Belanda.
Pada awalnya negara Belanda adalah negara jajahan Spanyol. Negara
Belanda membeli rempah-rempah di bandar Lisabon Portugis untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Akan tetapi bangsa Belanda tidak ingin terus-menerus
membeli rempah-rempah dari Portugis. Mereka berupaya mencari sendiri untuk
mendapatkan sumber rempah-rempah dari pusatnya. Maka untuk mewujudkannya
Belanda berupaya untuk memerdekakan diri dari Spanyol. Setelah berhasil
melepaskan din dari penjajahan Spanyot maka Belanda mulai melakukan pelayaran
meskipun di Eropatelah muncul pusat-pusat perdagangan rempah-rempah dari
wilayah Timur. Belanda pun akhirnyajuga berupaya untuk mendapatkan
rempah-rempah langsung dari sumbernya. Kedatangan orang-orang Belanda ke
Indonesia antara lain disebabkan oleh sikap Portugis yang melarang orang-orang
Belanda berdagang di Lisabon yang waktu itu telah berkembang menjadi pusat
perdagangan rempah-rempah di Eropa Barat. Sebelum datang ke Indonesia seorang
tokoh bangsa Belanda yaitu Claudius berupaya mencari peta ke Asia. Pada tahun
1594-1595 Claudius akhirnya menemukan peta tersebut walaupun masih rawan dengan
serangan bangsa Portugis. Peta yang ditemukan tersebut diberi nama interario.
Kedatangan orang-orang Belanda di Indonesia diawali pada tahun 1596. Ekspedisi
pelayaran ke Indonesia dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Dalam pelayarannya
pasukan Cornelis de Houtman berhasil mendaratkan kapalnya di Banten. Namun
eskpedisi pertama ini kurang begitu menguntungkan karena mereka akhirnya diusir
dari Banten karena sikap merekayang kurang ramah dan ingin menguasai
perdagangan di Banten. Disamping itu Cornelis de Houtman juga tidak bisa
bersahabat dengan rakyat Banten. Pada tahun 1598 para rombongan bangsa Belanda
mulai berdatangan lagi ke wilayah Nusantara.
d. Inggris.
Kedatangan bangsa Inggris ke Nusantara bertujuan untuk melemahkan
kekuatan Belanda yang berkuasa terlebih dahulu. Niat ini sudah ada sejak tahun
1806 dan pada tahun 1811 Inggris datang ke nusantara dan terns melakukan
penyerangan. Akibat serangan tersebut maka Belanda mengalami kehancuran dan
harus menandatangani perjanjian Kapitulasi Tuntang pada tanggal 11 September
1811 yang isinya sebagai berikut:
1)
Daerah kekuasaan Belanda di Jawa dan sekitarnya harus
menjadi milik Inggris.
2)
Tentara Belanda yang berada di Indonesia menjadi tawanan
Inggris.
3)
Membiarkan pejabat Belanda yang mau bekerjasama dengan
Inggris untuk bekerja.
4)
Belanda masih menanggung utang-utangnya.
Inggris sebenarnya telah memiliki kongsi dagang di India yang
disebut EIC (Fast Indian Company). Meskipun mereka berhasil
menjalin hubungan dagang dengan wilayah Aceh, Jayakarta, Banjar,
Gowa, dan Maluku, namun akhirnya mereka kalah bersaing dengan Belanda. Akan
tetapi setelah mereka menguasai bumi Nusantara perdagangan Inggris semakin kuat dan
pemerintah Inggris terns berupaya membangun Indonesia.
3. Terjadinya Imperialisme di Indonesia
a. Masa Pendudukan VOC (Belanda)
Di antara bangsa-bangsa
Barat yang datang ke Indonesia, yang akhirnya berkuasa paling lama adalah
bangsa Belanda. Semenjak keberhasilan Cornelis de Houtman mendarat di Banten,
semakin banyak pedagang Belanda yang berdatangan ke Indonesia. Kedatangan
pedagang-pedagang Belanda tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya persaingan
yang tidak sehat antara pedagang-pedagang Belanda itu sendiri. Hal tersebut
jelas merugikan aktivitas perdagangan Belanda sendiri.
Untuk mengatasi
persaingan yang tidak sehat tersebut, Johan van Oldebarnevelt mengusulkan untuk
dilakukan penggabungan (merger) terhadap semua perusahaan dagang
Belanda menjadi satu serikat dagang. Usulan
tersbut kemudian diterima dan ditindaklanjuti dengan membentuk sebuah kongsi
dagang yang disebut VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) pada
tanggal 20 Maret 1602. VOC dibentuk dengan tujuan:
1) Menghindari persaingan antar sesama
pedagang Belanda.
2) Memperkuat posisi
Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa Eropa lainnya seperti
Portugis dan Spanyol.
3) Mendapatkan keuntungan dagang yang
semaksimal mungkin.
Dalam perkembangan
selanjutnya, keberadaan VOC di Indonesia tidak hanya tumbuh sebagai kongsi
dagang, namun juga menjadi kekuatan politik yang banyak mempengaruhi
perkembangan kekuasaan di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena VOC sebagai
sebuah kongsi dagang diberi hak istimewa [octroi) oleh
pemerintah kerajaan Belanda. Hak-hak yang diperoleh oleh VOC antara lain:
1) Hak memonopoli
perdagangan.
2) Hak memiliki tentara.
3) Hak mencetak mata uang sendiri.
4) Hak mengadakan perjanjian dengan
raja-raja daerah.
5) Hak memiliki pengadilan sendiri.
Hak-hak yang melekat
pada organisasi tersebut menyebabkan VOC yang tadinya merupakan sebuah kongsi
dagang, akhirnya berjalan seperti sebuah pemerintahan yang mempengaruhi
kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik di Indonesia. Aktivitas monopoli
mulai dilakukan oleh Pieter Both, yang merupakan GubernurJendralpertama VOC.
Oleh Pieter Both kekuasaan VOC dipusatkan di Ambon yang merupakan daerah
penghasil rempah-rempah. Untuk menunjang kegiatan monopolinyaVOC mengeluarkan
kebijakan-kebijakan, antara lain:
1) Pelayaran Hongi, yaitu
misi pelayaran Belanda untuk mengawasi dan menangkap para pedagang pribumi yang
berusaha menjual rempah-rempah kepada pedagang-pedagang asing lain selain
Belanda.
2) Ekstirpasi, yaitu usaha
penebangan tanaman rempah-rempah yang dianggap over produksi sehingga harganya
tetap stabil.
3) Contingenten, yaitu kewajiban bagi
rakyat untuk membayar pajak yang berupa hasil bumi.
Keberadaan VOC semakin
berkibar ketika Jan Pieterszoon Coen diangkat sebagai Gubernur Jendral VOC yang
baru. Pada masa kekuasaannya VOC mulai mempengaruhi kehidupan politik raja-raja
di Indonesia. VOC berhasil memindahkan pusat kekuasaannya di Jayakarta yang
kemudian diubah menjadi Batavia. Dari pusatnya di Batavia ini VOC berhasil
memperluas pengaruhnya ke seluruh Nusantara. Akibat dari politik memecah-belah
yang diterapkan oleh VOC, VOC akhirnya banyak mendapatkan wilayah kekuasaan
baru yang tunduk pada pengaruh kekuasaan VOC. Daerah yang berhasil dipengaruhi
oleh VOC antara lain adalah kerajaan Banten dan kerajaan Mataram. Meski telah
berhasil mempengaruhi kekuasaan raja-raja pribumi dan mendapatkan wilayah
kekuasaan yang luas, VOC akhirnya tidak mampu mempertahankan eksistensinya.
Padatahun 1799 VOC dibubarkan karena mengalami kemunduran-kemunduran. Hal
tersebut antara lain disebabkan karena:
1) Pegawai VOC banyak
melakukan korupsi,
2) VOC banyak menanggung
utang karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perang.
3) Kemerosotan moral di
kalangan penguasa akibat sistem monopoli perdagangan.
4) Tidak berjalannya
peraturan-peraturan yang telah diterapkan oleh VOC akibat banyaknya korupsi.
Dengan dibubarkannya
VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan
Belanda. Namun kerajaan Belanda sendiri pada waktu itu juga berada di bawah
kekuasaan Perancis, maka peralihan kekuasaan tersebut tidak mempengaruhi
kondisi kehidupan politik dan sosial di Indonesia. Gubernur Jendral pertama
yang ditempatkan di Indonesia adalah Herman Willem Daendels.
Pada masa kekuasaannya di Indonesia
kebijakan yang diterapkan oleh Daendels antara lain:
1) Merombak sistem perintahan feodal dengan sistem
pemerintahan modern ala barat.
2) Para penguasa lokal dijadikan sebagai pegawai pemerintah.
3) Membagi wilayah Jawa menjadi sembilan daerah prefektur.
4) Menjadikan Batavia sebagai pusat pemerintahan.
5) Membentuk pengadilan keliling sebagai upaya memberantas
korupsi.
Daendels juga medapat
tugas yang utama yaitu mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Untuk
menunjang tugasnya tersebut, Daendels mengeluarkan kebijakan-kebijakan
pertahanan seperti:
1) Membangunjalan Anyer-Panarukan yang
dimaksudkan untuk mendukung mobilitas pasukan.
2) Menambah jumlah
prajurit.
3) Membangun pelabuhan-pelabuhan
baru.
4) Membangun
benteng-benteng pertahanan.
5) Membangun pabrik
senjata.
Kebijakan-kebijakan yang
diterapkan oleh Daendels tersebut ternyata menjadi boomerang bagi kekuasaan
Daendels di Indonesia. Penindasan yang dilakukan terhadap rakyat menyebabkan Belanda
kehilangan simpati dari rakyat Indonesia. Oleh karena itu pemerintah Belanda
kemudian menarik Daendels dari Indonesia dan digantikan oleh gubernur jendral
yanbaru yaitu Jansens. Pada tahun 1811 Indonesia jatuh ketangan Inggris.
Belanda menyerah kepada Inggris melalui perjanjian Tuntang, yang antara lain
berisi:
1.
Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di Asia Tenggara
harus diserahkan kepada Inggris.
2.
Utang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
3.
Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan militer Belanda
di luar Jawa menjadi wilayak kekuasaan Inggris.
b. Masa Pendudukan Inggris
Setelah berhasil merebut
wilayah Indonesia, untuk mengatur jalannya pemerintahan di Indonesia Inggris
menugaskan Thomas Stamford Raffles sebagai gubernurjendral di Indonesia.
Pada masa kekuasaannya,
kebijakan-kebijakan yang diterapkan antara lain:
1) Dalam bidang pemerintahan:
a) Membagi pulau jawa menjadi 18
karesidenan.
b) Para bupati dijadikan sebagai
pegawai negeri dan digaji dengan uang.
c) Melarangkerjapaksadanperbudakan.
2) Dalam bidang ekonomi dan keuangan:
a)
Mengadakan perdagangan bebas.
b)
Mengadakan penanaman kopi dan penjualan tanah kepada swasta.
c)
Mengadakan landrente (sewa tanah).
Sistem Sewa tanah ini akhirnya mengalami kegagalan.
Raffles juga
mengembangkan kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan. Kegiatan dalam bidang
ilmu pengetahuan yang menonjol antara lain:
1) Membangun gedung harmoni
untuk lembaga ilmu pengetahuan Bataviasche Genootshap.
2) Menulis buku History
of Java yang berisi tentang kebudayaan dan alam Jawa.
3) Bersama isterinya Olivia
Marianne merintis pendirian Kebun Raya Bogor.
Dalam perkembangan
politik selanjutnya, seiring dengan perkembangan politik yang terjadi di Eropa,
yaitu kekalahan Perancis dalam perang koalisi dan disiarkan pada Convention of
London, maka Inggris sejaktahun 1816 menyerahkan kembali kekuasaannya
di Indonesia kepada Belanda. Semenjak itulah Indonesia kembali barada di bawah
kekuasaan Belanda.
c. Masa Pendudukan Hindia Belanda
Berdasarkan konvensi
London, Inggris menyerahkan kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda.
Kembalinya kekuasaan Belanda di Indonesia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa
banyak rakyat yang tidak menyukainya. Hal ini terbukti dengan banyaknya
perlawanan dari berbagai daerah seperti Perang Diponegoro maupun Perang Paderi.
Banyaknya perang yang harus dihadapi memaksa Belanda mengeluarkan kas
negarauntuk membiayai perang. Akibatnya kas kerajaan Belanda mengalami defisit.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, GubernurJenderal Belanda di Indonesia
yang berkuasa yaitu Van Den Bosch memberlakukan
kebijakan yang dikenal dengan Culture Stelsell atau tanam
paksa.Tujuannya adalah untuk mengisi kembali kas negeri Belanda yang kosong.
Culture Stelsell atau tanam paksa yang diterapkan oleh Van den Bosch memuat
beberapa ketentuan pokok seperti:
- Rakyat harus menyediakan tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasar internasional.
2. 2) Rakyat menyediakan
seperlima bagian tanahnya untuk tanaman yang ditentukan oleh pemerintah
kolonial.
3. Tanah yang disediakan untuk
tanam paksa dibebaskan dari pajak.
4. Kegagalan panen
ditanggung oleh pemerintah Hindia Belanda.
5. Pekerjaaan yang
diperlukan untuk menanam tanaman perdagangan tidak boleh melebihi pekerjaan
menanam padi. Namun demikian, dalam pelaksanaannya penerapan Culture Stelsel
ini banyak menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditentukan, misalnya:
·
Rakyat harus menyediakan tanah sampai
setengahnya, padahal aturannya hanya seperlimanya,
·
Tanahyangseharusnyabebaspajaktetapdikenai pajak.
·
Kegagalan panen yang dalam ketentuan ditanggung pemerintah
kenyataannya ditanggung oleh petani.
·
Waktu tanam melebihi usia tanam padi.
Pelaksanaan tanam paksa benar-benar
mampu untuk menutup kekosongan kas Negara Belanda. Akan tetapi tanam paksa
jugatelah menciptakan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia. Akibat tanam paksa
ini rakyat Indonesia banyak mengalami kelaparan seperti yang terjadi di
Grobogan, Demak, dan sebagainya.
Tokoh-tokoh yang menentang penerapan
tanam paksa ini antara lain:
1) Edward Douwes Dekker, tokoh liberal
dengan nama samaran Multatuli ini menulis kebijakan tanam paksa dalam sebuah
buku yang berjudul Max Havelaar, yang mengisahkan tentang penderitaan rakyat
Indonesia akibat tanam paksa.
2) Baron van Hoevel, seorang misionaris
yang pernah tinggal di Indonesia, ia memimpin penerapan tanam
paksa melalui parlemen Belanda.
3) Van de Venter merupakan pelopor
adanya politik etis (politik balas budi) yaitu seruan pemerintah Belanda mau
membalas budi terhadap rakyat Indonesia. Gagasannya dikenal dengan Trilogi Van
de Venter yang meliputi irigasi, emigrasi, dan edukasi.
Sejak tahun 1870 ini pemerintah
kemudian mengeluarkan UU Agraria dengan tujuan:
§ Melindungihakmilik
petani atastanahnya dari pengusahaasing.
§ Memberikan kesempatan
kepada swasta asing untuk menyewa tanah di Indonesia. Para pengusaha perusahaan
guladiberi kesempatan lebih luas dengan melaksanakan liberalisme di Indonesia.
4. Dampak Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Masuknya bangsa-bangsa asing ke
Indonesia menimbulkan dampak perubahan terhadap tatanan kehidupan bangsa Indonesia
pada segala aspek, baik aspek politik, ekonomi, sosial, serta budaya. Berikut
dijelaskan secara rinci dampak-dampak tersebut.
a. Dampak Politik
Sejak Daendels menjadi
GubernurJenderal, dengan semangat revolusi Perancis, dia menerapkan pemerintahan
modern di Indonesia. Raffles adalah orang ke dua yang meletakkan
dasar-dasarpemerintahan modem dengan menerapkan sistem perpajakan. Para bupati
dijadikan pegawai negeri dan diberikan gaji padahal menurut adat, kedudukan
bupati turun-temurun, dan mendapatkan upeti dari rakyat. Dengan adanya
kebijakan pemerintah, kolonial meletakkan hierarki administrasi di atas
kedudukan bupati dan menjadi mereka sebagai alat kekuasaan pemerintah kolonial,
terjadilah perubahan politik. Elit kerajaan dan birokrasi Jawa menjadi terikat
kepada struktur pemerintah kolonial dan peranan politiknya menjadi berkurang.
Peranan elite kerajaan bergeserdari urusan-urusan politik pada masalah lain
seperti budaya.
b. Dampak Ekonomi
Penetrasi ekonomi Barat
memperlihatkan pengaruh negatif terhadap ekonomi di Indonesia. Hal itu terlihat
sejak VOC, menerapkan kongitochtenyang menghancurkan
ekonomipertanian di Pulau Banda dan menerapkan sistem ekonomi monopoli.
Kebijakan VOC menyebabkan golongan pedagang yang menjalankan perdagangan
internasional mengalami kemunduran dan akhirnya hilang sama sekali. Syah bandar
yang memegang peranan penting dalam perdagangan digantikan oleh pejabat
Belanda.
Kebijakan tanam paksa dan ekonomi
liberal menjadi Indonesia hanya sebagai negeri penghasil bahan mentah. Hal yang
merangsang dalam perdagangan dunia seperti ekspor bahan mentah tidak dapat
dinikmati oleh orang Indonesia. Secara ekonomi hal itu menyebabkan orang
Indonesia harus mundur dari perdagangan dunia karena Belanda memaksakan
monopolinya, bibit wiraswasta yang ada hilang sama sekali. Fungsi perantara
dalam perdagangan dipegang oleh orang Timur asing (pedagang-pedagang Cina).
c. Dampak Sosial
Sistem perdagangan sewa yang
diterapkan pemerintah mengakibatkan berkurangnya tanah-tanah subur untuk pertanian
pangan karena sebagian besar tanah telah disewakan kepada pemilik modal dari
Eropa, termasuk tanah persawahan. Banyak penduduk yang kehilangan mata
pencaharian di bidang pertanian. Hal itu memaksa mereka mencari pekerjaan
sebagai buruh di perkebunan-perkebunan besar yang dimiliki Belanda dan
orang-orang Eropa lainnya. Akibatnya dalam masyarakat timbul golongan buruh
yang hidupnya bergantung pada upah yang mereka terima. Dengan demikian, ekonomi
yang semakin besar pengaruhnya di pedesaan. Golongan yang mendapat untung dari
situasi itu adalah para kepala desa. Peranan mereka meningkat karena diberikan
tugas mengawasi pekerjaan para buruh.
d. Dampak Budaya
Hal yang menonjol dalam kondisi
budaya yang dihadapi bangsa Indonesia pada awal abad ke-20 ialah praktik
diskriminasi yang diterapkan pemerintah Belanda. Diskriminasi itu ada yang
berdasarkan ras dan ada pula yang berdasarkan golongan dalam masyarakat, bahkan
berdasarkan suku bangsa. Dalam diskriminasi ras, warna kulit menentukan status
seseorang. Pihak penjajah yang berkuasa sebagai goloangan kecil memliki hak-hak
istimewa, sedangkan bangsa Indonesian yang merupakan golongan terbesar hidup
hampir-hampirtanpa hak. Mereka hanya mempunyai kewajiban. Hubungan antara pihak
yang berkuasa dan pihak yang dikuasai hampir-hampir tidak tidak ada. Sudah kita
ketahui bahwa tidak semua anak Indonesia berhak menempuh pendidikan barat.
Begitu pula dalam pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia bagi orang
Indonesia, walaupun pendidikannya sama, namun jabatan yang dipegang oleh orang
Indonesia lebih rendah daripada jabatan yang dipegang oleh orang Belanda. Kalau
pun jabatan sama, gaji orang Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan gaji
orang Belanda.
C.Akibat
Imperialisme
- Akibat politik Terciptanya tanah-tanah jajahan
a) Politik pemerasan
b) Berkorbarnya perang kolonial
c) Timbulnya politik dunia (wereldpolitiek)
2. Akibat Ekonomis
a) Negara imperialis merupakan pusat
kekayaan, negara jajahan lembah kemiskinan
b) Industri si imperialis menjadi
besar, perniagaan bangsa jajahan lenyap
c) Perdagangan dunia meluas
d) Adanya lalu-lintas dunia (wereldverkeer)
e) Kapital surplus dan penanamna modal
di tanah jajahan
- Akibat sosial
a) Si imperialis hidup mewah sementara
yang dijajah serba kekurangan
b) Si imperialis maju, yang dijajah
mundur
c) Rasa harga diri lebih pada bangsa
penjajah, rasa harga diri kurang pada bangsa yang dijajah
d) Segala hak ada pada si imperialis,
orang yang dijajah tidak memiliki hak apa-apa
e) Munculnya gerakan Eropa-isasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://aakkuucintaindonesia.blogspot.com/2012/11/perkembangan-imperialisme.html http://puntodewoblogspotcom.blogspot.com/2012/04/kolonialisme-dan-imperialisme.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar