Jumat, 19 Desember 2014

KOOPERATIF JIGSAW




METODE PEMBELAJARAN KOOPERTAIF JIGSAW
 ( PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH)



PAPER

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pembimbing Bapak Dr.Suranto., M.Pd




Oleh :
IFTITAH DIAN HUMAIROH         120210302015
KELAS B




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1.    Defenisi Model Pembelajaran Teknik Jigsaw
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuanbersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil , seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.( Rusman, 2008.203)
Sedangkan menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif jigsaw adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktifisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana sisiwa secara individu menemukan dan mentranseformasikan imformasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturanyang dan merivisinya bila perlu (soejadi dalam teti sobri,2006. 15).
Tujuan dari metode jigsaw tersebut adalah untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperolah apabila mereka mencoba mempelajari materi sendirian.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu:
1.      kelompok kecil,
2.      belajar bersama, dan
3.      pengalaman belajar.
Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.
Jhonson and Jhonson (dalam Teti Sobari 2006:31) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah :

  1. Meningkatkan hasil belajar
  2. Meningkatkan daya ingat
  3. Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi
  4. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu)
  5. Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen
  6. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah
  7. Meningkatkan sikap positif terhadap guru
  8. Meningkatkan harga diri anak
  9. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif
  10. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
Pembentukan Kelompok Belajar
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
  1. Kelompok kooperatif awal (kelompok asal).
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.
  1. Kelompok Ahli
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.

2.      Alasan Penulis Memilih Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil , seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.( Rusman, 2008.203). Oleh karena itu, penulis memilih metode jigsaw ini diterapkan dalam pembelajaran Sejarah.
Sementara itu Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Selain itu metode Jigsaw ini bermanfaat bagi siswa yaitu sebagai berikut :
a)      Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
b)      Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
c)      Menerapkan bimbingan sesama teman
d)     Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
e)      Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
f)       Sikap apatis berkurang
g)      Pemahaman materi lebih mendalam
h)      Meningkatkan motivasi belajar
i)        Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
j)        Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
k)      Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
l)        Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.
3.      Langkah – Langkah Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Menurut Rusman (2008 : 205) pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang
dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1.     Melakukan mambaca untuk menggali imformasi. Siswa memperoleh topik- topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi daripermasalahan tersebut.
2.     diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok kata, kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik permasalahan tersebut.
3.     Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4.     Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5.     Perhitungan skor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip
Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut:
1.      Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa.
2.      Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
Misalnya : materi tentang Perburuan Mutiara dari Timur, Perang Bung Karno dan Hatta serta tokoh – tokoh lainnya sekitar peristiwa proklamasi, Perang Melawan Tirani, dll.
3.      Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4.      Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagianyang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5.      Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6.      Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7.      Guru memberi evaluasi.
8.      Penutup

4.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
a.    Kelebihan Metode Jigsaw
Ibrahim dkk (2000) mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai berikut.
1.    Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif
2.    Menjalin/mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa
3.    Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa
4.    Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru
b. Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut :
1.    Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;
2.    Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet
3.    Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai
4.    Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,misal jika ada anggota yang hanya memboncengdalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
5.    Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar