METODE
PROBLEM BASED LEARNING
PAPER
Disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pembimbing Bapak
Dr.Suranto., M.Pd
Oleh :
IFTITAH DIAN HUMAIROH 120210302015
KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A. Hakikat
Metode Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
1.
Pengertian
Pengajaran
berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey
(dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara
stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis
Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan
pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran
berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang
dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta
didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih
realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis
Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula
dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik
menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya
di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis
Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan
sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini,
peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit
bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta
didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara
terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis
masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang,
melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk
memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil
pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang
yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan
masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian
yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan
diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan
atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh
karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
2. Ciri-ciri
Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pertama,
strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik
hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan
tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
2. Kedua,
aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
3. Ketiga,
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.
3. Komponen-Komponen
Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh
Arends, diantaranya adalah :
a. Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan
masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik.
Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab
dengan jawaban yang sederhana.
b.
Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar
berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang
nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya,
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d.
Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk
hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan
didemonstrasikan kepada orang lain.
e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
4. Konsep Dasar Pembelajaran
Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran
yang menekankan padaproses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model
pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki
permasalahan yang dapat dipecahkan. Model
pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal
materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat
kemampuan intelektual siswa bertambah.
c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam
belajarnya.
d. Guru
menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang
dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan
pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
B. Alasan Penulis Memilih Metode Problem Based
Learning
Pembelajaran
Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis
Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik.
peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian
menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis
Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan
sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini,
peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit
bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta
didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara
terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis
masalah (iProblem-based
learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang,
melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk
memecahkan masalah.
Oleh
karena itu penulis memilih metode ini dalam pembelajaran karena sangat cocok
diterapkan dalam pembelajaran sejarah yang selam ini dikenal pembelajaran yang
sangat membosankan. Dengan metode ini peserta didik dapat terlibat aktif dalam
pembelajaran, dimana metode ini bisa membimbing peserta didik dalam
penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya
dari peserta didik itu sendiri. Selain itu metode ini sesuai dengan kurikulum
2013 yang menggunakan pendekatan saintifik yaitu pendekatan yang menggunakan
langkah – langkah cara berpikir ilmiah dimana peserta didik aktif melakukan
kegiatan penelitian. Langkah – langkah tersebut dikenal dengan 5M yaitu :
a. Mengamati
b. Menanya
c. Mengumpulkan informasi / data
d. Mengasosiasikan
e.
Menginformasikan
C. Langkah-langkah Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
John
Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam
pembelajaran berbasis masalah ini :
a. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan
masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya
guru telah menetapkan masalah tersebut.
b. Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d.
Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan
menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian
hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sedangkan
menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan
kelompok :
a. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu
yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji.
Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang
dikaji.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya
masalah.
c. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas.
d. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dilakukan.
e.
Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun
evaluasi hasil.
Secara umum
langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus
dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik
dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan
lingkungan sosial.
b. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan
kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus
dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
c. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan
sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai
kemungkinan penyelesaian masalah.
d. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data
yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan
data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah
dipahami.
e. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan
menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f. Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif
penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan
kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
Langkah – langkah Dalam Pembelajaran sejarah
Contoh :
Topik Pembahasan : Perang Melawan Tirani
Tujuan : Menganalisis perlawanan rakyat pada masa pendudukan Jepang
Model : Pembelajaran
Berbasis Masalah, model pembelajaran ini umumnya dibagi menjadi 3 tahap yaitu
Pendahuluan, Kegiatan Inti dan penutup.
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Pendahuluan
|
a. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa
b. Guru dan siswa mempersiapkan kelas agar lebih
kondusif untuk proses belajar mengajar
c. Guru menyampaikan topik pembelajaran dan tujuan
serta kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
d. Guru membagi kelas menjadi delapan kelompok ;
kelompok I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII
|
Kegiatan Inti
|
a. Siswa sudah berada di kelompok masing – masing
b. Guru menunjukkan contoh gambar perlawanan rakyat
melawan Pendudukan jepang di Indonesia
c. Siswa diminta untuk mengamati gambar tersebut
dengan cermat
d. Siswa diminta untuk bertanya terkait gambar
tersebut.
e. Guru memberi komentar dengan berbagai pertanyaan
yang muncul dari siswa. Guru menegaskan kembali tentang pentingnya
mempelajari topik ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri
sebagai rakyat Indonesia, bentuk kecintaan terhadap kemerdekaan.
f. Guru menjelaskan cara kerja masing – masing
kelompok. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan pembelajaran berbasis
masalah. Pertama, setiap keompok harus merumuskan masalah sesuai dengan
materi masing – masing. Kemudian mendiskripsikan masalah dengan membuat
pertanyaan – pertanyaan yang akan dijawab sesuai materi masing – masing.
Masing – masing kelompok juga diminta untuk merumuskan hipotesis. Kemudian
dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
Kelompok I memecahkan masalah yang terkait
dengan perlawanan rakyat Aceh melawan pendudukan Jepang; kelompok II terkait
dengan perlawanan rakyat Singaparn; kelompok III terkait dengan perlawanan
rakyat Indramayu; kelompok IV terkait dengan perlawanan rakyat Kalimantan;
kelompok V terkait dengan perlawanan rakuat Papua/Irian; kelompok VI terkait
dengan perlawanan Peta di Blitar.
g. Masing – masing kelompok mengerjakan di kelas,
di perpustakaan serta menggunakan fasilitas laboratorium Multimedia/
internet.
h. Setelah kembali ke kelas masing – amsing kelompok
mempresentasikan hasil kerja / karyaya di depan teman – temannya.
|
Penutup
|
a. Guru memberikan ulasan singkat tentang materi
yang baru saja didiskusikan.
b. Guru dapat menanyakan apakah peserta didik sudah
memahami materi tersebut.
c. Guru memberikan pertanyaan lisan secara acak
kepada peserta didikuntuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran yang baru
saja ber;langsun, misalnya :
1). Mengapa terjadi perlawanan rakyat Singaparna
terhadap Jepang?
2). Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia,
kita kenal tokoh yang bernama Supriadi, bagaimana perannya dalam perang
melawan Tirani, khususnya pendudukan Jepang ?
d. Sebagai refleksi guru
bersama siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta
menanyakan kepada siswa manfaat apa yang diperoleh setelah mempelajari topik
ini.
|
D. Kelebihan dan Kelemahan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran
berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1.
Pemecahan masalah merupakan
teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.
Pemecahan masalah dapat
menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan
pengetahuan baru bagi peserta didik.
3.
Pemecahan masalah dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4.
Pemecahan masalah dapat
membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
5.
Pemecahan masalah dapat
membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.
Melalui pemecahan masalah
dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7.
Pemecahan masalah dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.
Pemecahan masalah dapat
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
9.
Pemecahan masalah dapat
mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah
yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada
kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau
lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada
tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan
yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1.
Manakala peserta didik tidak
memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.
Keberhasilan strategi
pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.
Tanpa pemahaman mengapa mereka
berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar