Jumat, 19 Desember 2014

Metode PBL





METODE PROBLEM BASED LEARNING
 ( PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH)



PAPER

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pembimbing Bapak Dr.Suranto., M.Pd




Oleh :
IFTITAH DIAN HUMAIROH         120210302015
KELAS B




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A.  Hakikat Metode Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

1.    Pengertian
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

2.   Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1.     Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2.     Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.      Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

3.      Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
                 Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya adalah :
a.    Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b.    Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c.     Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d.   Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e.     Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

4.  Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
            Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan.  Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a.    Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b.    Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah.
c.    Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
d.  Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e.   Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.

B. Alasan Penulis Memilih Metode Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (iProblem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Oleh karena itu penulis memilih metode ini dalam pembelajaran karena sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran sejarah yang selam ini dikenal pembelajaran yang sangat membosankan. Dengan metode ini peserta didik dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, dimana metode ini bisa membimbing peserta didik dalam penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dari peserta didik itu sendiri. Selain itu metode ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik yaitu pendekatan yang menggunakan langkah – langkah cara berpikir ilmiah dimana peserta didik aktif melakukan kegiatan penelitian. Langkah – langkah tersebut dikenal dengan 5M yaitu :
a.       Mengamati
b.      Menanya
c.       Mengumpulkan informasi / data
d.      Mengasosiasikan
e.       Menginformasikan
C. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
            John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
a.      Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
b.     Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c.      Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d.      Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e.      Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f.      Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
            Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :
a.     Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
b.     Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c.      Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.
d.    Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dilakukan.
e.     Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

            Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a.   Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
b.   Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
c.   Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
d.   Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
e.    Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f.    Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.

Langkah – langkah Dalam Pembelajaran sejarah
Contoh :
Topik Pembahasan      : Perang Melawan Tirani
Tujuan                         : Menganalisis perlawanan rakyat pada masa pendudukan Jepang
Model                          : Pembelajaran Berbasis Masalah, model pembelajaran ini umumnya dibagi menjadi 3 tahap yaitu Pendahuluan, Kegiatan Inti dan penutup.
Tahap
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
a.    Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin doa
b.   Guru dan siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar
c.    Guru menyampaikan topik pembelajaran dan tujuan serta kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
d.   Guru membagi kelas menjadi delapan kelompok ; kelompok I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII

Kegiatan Inti
a.   Siswa sudah berada di kelompok masing – masing
b.  Guru menunjukkan contoh gambar perlawanan rakyat melawan Pendudukan jepang di Indonesia
c.   Siswa diminta untuk mengamati gambar tersebut dengan cermat
d.  Siswa diminta untuk bertanya terkait gambar tersebut.
e.   Guru memberi komentar dengan berbagai pertanyaan yang muncul dari siswa. Guru menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topik ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat Indonesia, bentuk kecintaan terhadap kemerdekaan.
f.   Guru menjelaskan cara kerja masing – masing kelompok. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Pertama, setiap keompok harus merumuskan masalah sesuai dengan materi masing – masing. Kemudian mendiskripsikan masalah dengan membuat pertanyaan – pertanyaan yang akan dijawab sesuai materi masing – masing. Masing – masing kelompok juga diminta untuk merumuskan hipotesis. Kemudian dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
Kelompok I memecahkan masalah yang terkait dengan perlawanan rakyat Aceh melawan pendudukan Jepang; kelompok II terkait dengan perlawanan rakyat Singaparn; kelompok III terkait dengan perlawanan rakyat Indramayu; kelompok IV terkait dengan perlawanan rakyat Kalimantan; kelompok V terkait dengan perlawanan rakuat Papua/Irian; kelompok VI terkait dengan perlawanan Peta di Blitar.
g.   Masing – masing kelompok mengerjakan di kelas, di perpustakaan serta menggunakan fasilitas laboratorium Multimedia/ internet.
h.   Setelah kembali ke kelas masing – amsing kelompok mempresentasikan hasil kerja / karyaya di depan teman – temannya.

Penutup
a.    Guru memberikan ulasan singkat tentang materi yang baru saja didiskusikan.
b.   Guru dapat menanyakan apakah peserta didik sudah memahami materi tersebut.
c.    Guru memberikan pertanyaan lisan secara acak kepada peserta didikuntuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran yang baru saja ber;langsun, misalnya :
1). Mengapa terjadi perlawanan rakyat Singaparna terhadap Jepang?
2). Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kita kenal tokoh yang bernama Supriadi, bagaimana perannya dalam perang melawan Tirani, khususnya pendudukan Jepang ?
d. Sebagai refleksi guru bersama siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta menanyakan kepada siswa manfaat apa yang diperoleh setelah mempelajari topik ini.
           

D.   Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1.    Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.    Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3.    Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4.    Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.    Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.    Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7.    Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.    Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.    Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1.    Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.    Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.    Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar