Jumat, 19 Desember 2014

Berpikir Sejarah



PENERAPAN BERPIKIR SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pembimbing Bapak Dr.Suranto., M.Pd


Oleh :
IFTITAH DIAN HUMAIROH         120210302015
KELAS B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
                Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Penerapan Berpikir Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah Filsafat Sejarah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Dr. Suranto,M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing;
2.      Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doanya;
3.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
4.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.



Jember, 15 Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                                                                                                i
KATA PENGANTAR                                                                                 ii
DAFTAR ISI                                                                                                 iii
BAB 1. PENDAHULUAN                                                                           1
1.1    Latar Belakang                                                                             1
1.2    Rumusan Masalah                                                                        2
1.3    Tujuan                                                                                           2
BAB 2. PEMBAHASAN                                                                              3
2.1         Definisi Berpikir Sejarah Diakronik dan Sinkronik..............3
2.2         Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik                             4 
2.3         Penerapan Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah                                                              6
BAB 3. SIMPULAN                                                                                     10
3.1 Kesimpulan                                                                                    10
DAFTAR PUSTAKA                                                                                  11



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Berpikir sinkronik dan diakronik dalam sejarah. Secara etimologi,diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti melintas atau melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja. Sedangkan sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN,yaitu yang artinya sebagai ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang diakronik,yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruangan terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang harus digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah. Dengan menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi suatu peristiwa sejarah dengan objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah adalah sesuatu yang mutlak. Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang bernama Leopold Von Ranke (1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang sesungguhnya terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu- ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan waktu yang terbatas.
Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis, sejarah akan memberikan kepada kita gambara yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu sehingga dengan mudah kita dapat menarik manfaat dan makna dari hubungan antar peristiwa yang terjadi. Adapun dalam kehidupan sehari-hari, konsep berfikir diakrnik atau kronologis ini sangat diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Cara berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu. Konsep berpikir sinkronik banyak diterapkan pada ilmu-ilmu social lainnya, terutama jika ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang sesuatu hal yang tengah menjadi focus perhatian kita.
Meskipun tidak melakukan perbandingan dengan sejumlah kondisi yang sama, tetapi dengan memfokuskan perhatian terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu dalam sebuah kajian akan membuat kita lebih memaknai mengapa hal itu dapat terjadi.

1.2.Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dibuar beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
·         Apa definisi dari berpikir sejarah?
·         Bagaimana konsep dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik?
·         Bagaimana cara penerapan berpikir diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran sejarah ?

1.3.Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut :
·         Untuk mengetahui definisi dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik
·         Untuk mengetahui konsep dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik
·         Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan berpikir diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran sejarah


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Berpikir Sejarah Diakronik dan Sinkronik
Secara etimologi,diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti melintas atau melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja. Sedangkan sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN,yaitu yang artinya sebagai ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang diakronik,yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruangan terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang harus digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah. Dengan menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi suatu peristiwa sejarah dengan objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah adalah sesuatu yang mutlak. Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang bernama Leopold Von Ranke (1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang sesungguhnya terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu- ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan waktu yang terbatas.
Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau berkelanjutan. Sehingga sejarah itu sendiri merupakan suatu rekonstruksi peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis. Seorang sejarawan harus mampu melakukan rekonstruksi dan analisis peristiwa sejarah berdasar fakta yang mereka gunakan secara sistematis dan kronologis. Dalam menjelaskan atau merekonstruksi dan menjelaskan suatu peristiwa sejarah, seorang sejarawan dapat menggunakan dua model penulisan. Dua model penulisan tersebut adalah bersifat deskripsi-naratif dan bersifat deskriptif- eksplanatif. Menurut R. Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia model penulisan seperti ini lebih memberikan mengenai rangkaian kejadian dan peristiwa serba berjajar dan berderet- deret tanpa menjelaskan latar belakangnya, hubungan satu dengan lainya, serta sebab akibat dari peristiwa tersebut. Sedangkan model penulisan sejarah model kedua lebih kepada bagaimana seorang penulis tersebut mengungkapkan suatu peristiwa sejarah dengan disertai analisis-analisis yang mendalam mengapa peristiwa itu dapat terjadi. Model kedua ini juga meluaskan cakupan ruang dalam penulisanya, sehingga tidak terbatas pada satu ruang tersebut. Model penulisan seperti ini cenderung menggabungkan sifat sejarah yang diakronis dan ilmu-ilmu sosial yang sinkronis. Artinya, selain memanjang dalam waktu, sejarah juga melebar dalam ruang.

2.2 Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik
            Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan historiografi. Untuk lebih mengerti, berikut penjelasannya:
1. Konsep Periodisasi dalam Ilmu Sejarah
      Secara umum periodisasi artinya tingkat perkembangan masa atau pembabakan suatu masa. Sedangkan periodisasi dalam sejarah berarti tingkat perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan masa dalam sejarah.
     Sejarah sejak manusia ada hingga saat ini tentulah sangat panjang dan terdapat banyak peristiwa atau kejadian dengan jumlah yang sangat banyak. Para ahli ataupun sejarawan akan kesulitan dalam memahami ataupun membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Karena itu, untuk mempermudah memahaminya, para ahli kemudian menyusun suatu periodisasi sejarah atau pembabakan-pembabakan masa sejarah.
      Contoh periodisasi adalah periodisasi sejarah Eropa sampai sekarang. Terdiri dari sejarah Eropa Purba -> Sejarah Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad Pertengahan -> Sejarah Eropa Zaman Renaisans dan Humanisme -> Sejarah Eropa Baru -> Sejarah Eropa Modern. Untuk mempermudah pemahaman sejarah Eropa secara utuh, maka dilakukan pembabakan masa atau periodisasi yang setiap periode waktunyanya memiliki ciri-ciri tersendiri.

2. Konsep Kronologi dalam Ilmu Sejarah
     Kehidupan umat manusia diliputi oleh berbagai perkembangan, baik dalam tingkat yang sangat sederhana sampai yang lebih kompleks. Setiap masa dalam kehidupan manusia selalu diliputi oleh peristiwa. Peristiwa itu bisa besar seperti Perang Dunia I dan II, Proklamasi kemerdekaan, dan lain-lain. Bisa pula peristiwa kecil dari umat manusia seperti kenaikan tahta seorang raja, ikatan pernikahan dan sebagainya. Inilah sebabnya ilmu sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia.
Dengan kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, maka setiap peristiwa diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan jenis-jenis peristiwa tersebut. Disinilah kemudian konsep kronologis berfungsi, peristiwa yang telah diklasifikasikan tadi, disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadian dari peristwa-peristiwa tersebut.

3. Konsep Kronik dalam Ilmu Sejarah
    Kata "kronik" dapat ditemukan dalam sejarah dinasti-dinasti dari kerajaan Cina. Kronik merupakan sejenis kumpulan tulisan-tulisan dari dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina, seperti Kronok dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan dinasti-dinasti lainnya. Kronik itu merupan suatu kumpulan tulisan tentang perjalanan seorang musafir atau seorang pujangga dan juga seorang pendeta. Mereka akan menulis seluruh peristiwa atau kejadian maupun hal-hal yang yang baru ditemukan ketika melakukan perjalanannya, baik daerah yang dilalui maupun yang disinggahinya.

4. Historiografi dalam sejarah
     Penulisan adalah puncak segala-galanya. Apa yang dituliskan, itulah sejarah, yaitu sejarah sebagaimana ia dikisahkan, yang mencoba mengungkap dan memahami sejarah sebagaimana terjadinya. Dan hanya penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi.
     Historiografi terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori artinya sejarah dan grafi artinya tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented).
     Problem oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan masalah (problem solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat metode penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan no problem orientedadalah karya tulis sejarah yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif, juga tidak menggunakan metode penelitian. Historiografi merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah.
     Penulisan sejarah dalam historiografi lebih merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk merekam masa lalu. Oleh karena itu, historiografi adalah ekspresi kultural dan pantulan dari keprihatinan kelompok sosial masyarakat atau kelompok sosial yang menghasilkannya.

2.3 Penerapan Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah
Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
Sejarah itu diakronis maksudnya me­manjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. 
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan MENGAPA keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA keadaan tertentu berkembang / berkelanjutan.
Contoh:
Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.

Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah
Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Contoh: satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang.  
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu.
Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik - topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah: 
- Tarekat Naqsyabandiyah 
- Qodiriyah di pesantren -  pesantren Jawa´; 
- Kota - kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan´; (metode survey dan interview hanya memungkinkan topik yang kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang    sangat luas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis
Contoh: 
- Peranan militer dalam politik,1945-1999  ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik ) 
- Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )

Mendeskripsikan konsep ruang dan waktu
1.      Konsep Ruang
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu. 
·         Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu.
·         Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut.
·         Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
2.      Konsep waktu
·         Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
·         Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
·         Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan datang 
3.      Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam sejarah
Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku sejarah
o   Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian
o   Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup ( beraktivitas )













BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan
Secara etimologi,diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti melintas atau melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja. Sedangkan sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN,yaitu yang artinya sebagai ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang diakronik,yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruangan terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang harus digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah. Dengan menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi suatu peristiwa sejarah dengan objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah adalah sesuatu yang mutlak. Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang bernama Leopold Von Ranke (1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang sesungguhnya terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu- ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan waktu yang terbatas.
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan historiografi.







DAFTAR PUSTAKA




 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar