PENERAPAN BERPIKIR SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar
Dosen Pembimbing Bapak Dr.Suranto., M.Pd
Oleh
:
IFTITAH
DIAN HUMAIROH 120210302015
KELAS
B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Penerapan Berpikir Sejarah Dalam
Pembelajaran Sejarah” yang merupakan salah satu dari
komponen nilai tugas individu mata kuliah Filsafat Sejarah dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Dr. Suranto,M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing;
2.
Orang tua
yang selalu memberikan motivasi dan doanya;
3.
Teman-teman
yang telah memberi dorongan dan semangat;
4.
Semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya
penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, 15 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 2
1.3
Tujuan 2
BAB 2. PEMBAHASAN 3
2.1
Definisi Berpikir Sejarah Diakronik dan Sinkronik..............3
2.2
Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik 4
2.3
Penerapan Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam
Pembelajaran Sejarah 6
BAB 3. SIMPULAN 10
3.1 Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Berpikir
sinkronik dan diakronik dalam sejarah. Secara etimologi,diakronik berasal dari
bahasa yunani yang berarti melintas atau melewati khronus yang berarti
perjalanan waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja. Sedangkan sinkronik yaitu
berasal dari bahasa yunani SYN,yaitu yang artinya sebagai ilmu yang meneliti
gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang diakronik,yaitu memanjang dalam
waktu dan dalam ruangan terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai
metode sendiri, yang harus digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu
peristiwa sejarah. Dengan menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan
mampu merekonstruksi suatu peristiwa sejarah dengan objektif. Ke-objektifan
dalam menulis sejarah adalah sesuatu yang mutlak. Seperti yang diungkapkan
sejarawan Jerman yang bernama Leopold Von Ranke (1795-1886) bahwa seorang
sejarawan harus menulis “apa yang sesungguhnya terjadi”. Ilmu sejarah sendiri
memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang
terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu- ilmu sosial yang lebih bersifat
sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan waktu yang terbatas.
Sejarah
mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara
runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis, sejarah akan
memberikan kepada kita gambara yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan
sejarah dari tinjauan aspek tertentu sehingga dengan mudah kita dapat menarik
manfaat dan makna dari hubungan antar peristiwa yang terjadi. Adapun dalam
kehidupan sehari-hari, konsep berfikir diakrnik atau kronologis ini sangat
diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan
berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan
dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Cara
berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam
mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada
waktu tertentu. Konsep berpikir sinkronik banyak diterapkan pada ilmu-ilmu
social lainnya, terutama jika ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang
sesuatu hal yang tengah menjadi focus perhatian kita.
Meskipun
tidak melakukan perbandingan dengan sejumlah kondisi yang sama, tetapi dengan
memfokuskan perhatian terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu dalam sebuah
kajian akan membuat kita lebih memaknai mengapa hal itu dapat terjadi.
1.2.Rumusan
Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas, maka dibuar beberapa rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
·
Apa definisi dari berpikir sejarah?
·
Bagaimana konsep dari berpikir sejarah
diakronik dan sinkronik?
·
Bagaimana cara penerapan berpikir
diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran sejarah ?
1.3.Tujuan
Dari
rumusan masalah di atas, maka makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut
:
·
Untuk mengetahui definisi dari berpikir
sejarah diakronik dan sinkronik
·
Untuk mengetahui konsep dari berpikir
sejarah diakronik dan sinkronik
·
Untuk mengetahui bagaimana cara
penerapan berpikir diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran sejarah
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Berpikir Sejarah
Diakronik dan Sinkronik
Secara etimologi,diakronik berasal dari bahasa
yunani yang berarti melintas atau melewati khronus yang berarti perjalanan
waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja. Sedangkan sinkronik yaitu
berasal dari bahasa yunani SYN,yaitu yang artinya sebagai ilmu yang meneliti
gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang
terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang diakronik,yaitu
memanjang dalam waktu dan dalam ruangan terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu
saja mempunyai metode sendiri, yang harus digunakan oleh seorang sejarawan
dalam menulis suatu peristiwa sejarah. Dengan menggunakan metode tersebut
seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi suatu peristiwa sejarah dengan
objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah adalah sesuatu yang mutlak.
Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang bernama Leopold Von Ranke
(1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang sesungguhnya
terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang
dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu-
ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan waktu
yang terbatas.
Menurut
Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia
dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu
). Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam
ruang. Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah mengenal
adanya suatu proses kontinuitas atau berkelanjutan. Sehingga sejarah itu
sendiri merupakan suatu rekonstruksi peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis.
Seorang sejarawan harus mampu melakukan rekonstruksi dan analisis peristiwa
sejarah berdasar fakta yang mereka gunakan secara sistematis dan kronologis.
Dalam menjelaskan atau merekonstruksi dan menjelaskan suatu peristiwa sejarah,
seorang sejarawan dapat menggunakan dua model penulisan. Dua model penulisan
tersebut adalah bersifat deskripsi-naratif dan bersifat deskriptif-
eksplanatif. Menurut R. Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia
model penulisan seperti ini lebih memberikan mengenai rangkaian kejadian dan
peristiwa serba berjajar dan berderet- deret tanpa menjelaskan latar
belakangnya, hubungan satu dengan lainya, serta sebab akibat dari peristiwa
tersebut. Sedangkan model penulisan sejarah model kedua lebih kepada bagaimana
seorang penulis tersebut mengungkapkan suatu peristiwa sejarah dengan disertai
analisis-analisis yang mendalam mengapa peristiwa itu dapat terjadi. Model
kedua ini juga meluaskan cakupan ruang dalam penulisanya, sehingga tidak
terbatas pada satu ruang tersebut. Model penulisan seperti ini cenderung
menggabungkan sifat sejarah yang diakronis dan ilmu-ilmu sosial yang sinkronis.
Artinya, selain memanjang dalam waktu, sejarah juga melebar dalam ruang.
2.2 Konsep Berpikir Diakronik dan
Sinkronik
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa
yang dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi,
konsep kronologi, konsep kronik, dan historiografi. Untuk lebih mengerti,
berikut penjelasannya:
1. Konsep Periodisasi dalam Ilmu
Sejarah
Secara umum periodisasi artinya tingkat
perkembangan masa atau pembabakan suatu masa. Sedangkan periodisasi dalam
sejarah berarti tingkat perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan masa
dalam sejarah.
Sejarah sejak manusia ada hingga saat
ini tentulah sangat panjang dan terdapat banyak peristiwa atau kejadian dengan
jumlah yang sangat banyak. Para ahli ataupun sejarawan akan kesulitan dalam
memahami ataupun membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan
manusia. Karena itu, untuk mempermudah memahaminya, para ahli kemudian menyusun
suatu periodisasi sejarah atau pembabakan-pembabakan masa sejarah.
Contoh periodisasi adalah periodisasi
sejarah Eropa sampai sekarang. Terdiri dari sejarah Eropa Purba -> Sejarah
Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad Pertengahan -> Sejarah Eropa Zaman
Renaisans dan Humanisme -> Sejarah Eropa Baru -> Sejarah Eropa Modern.
Untuk mempermudah pemahaman sejarah Eropa secara utuh, maka dilakukan pembabakan
masa atau periodisasi yang setiap periode waktunyanya memiliki ciri-ciri
tersendiri.
2. Konsep Kronologi dalam Ilmu
Sejarah
Kehidupan umat manusia diliputi oleh
berbagai perkembangan, baik dalam tingkat yang sangat sederhana sampai yang
lebih kompleks. Setiap masa dalam kehidupan manusia selalu diliputi oleh
peristiwa. Peristiwa itu bisa besar seperti Perang Dunia I dan II, Proklamasi
kemerdekaan, dan lain-lain. Bisa pula peristiwa kecil dari umat manusia seperti
kenaikan tahta seorang raja, ikatan pernikahan dan sebagainya. Inilah sebabnya
ilmu sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan
manusia.
Dengan kompleksnya peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan manusia, maka setiap peristiwa diklasifikasikan
berdasarkan bentuk dan jenis-jenis peristiwa tersebut. Disinilah kemudian
konsep kronologis berfungsi, peristiwa yang telah diklasifikasikan tadi,
disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadian dari
peristwa-peristiwa tersebut.
3. Konsep Kronik dalam Ilmu Sejarah
Kata "kronik" dapat ditemukan dalam
sejarah dinasti-dinasti dari kerajaan Cina. Kronik merupakan sejenis kumpulan
tulisan-tulisan dari dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina, seperti Kronok
dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan dinasti-dinasti lainnya. Kronik itu
merupan suatu kumpulan tulisan tentang perjalanan seorang musafir atau seorang
pujangga dan juga seorang pendeta. Mereka akan menulis seluruh peristiwa atau
kejadian maupun hal-hal yang yang baru ditemukan ketika melakukan
perjalanannya, baik daerah yang dilalui maupun yang disinggahinya.
4. Historiografi dalam sejarah
Penulisan adalah puncak segala-galanya.
Apa yang dituliskan, itulah sejarah, yaitu sejarah sebagaimana ia dikisahkan,
yang mencoba mengungkap dan memahami sejarah sebagaimana terjadinya. Dan hanya
penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi.
Historiografi terbentuk dari dua akar
kata yaitu history dan grafi. Histori artinya sejarah dan grafi artinya
tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang
bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no
problem oriented).
Problem oriented artinya karya sejarah
ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan masalah (problem
solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat metode
penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan no problem orientedadalah karya
tulis sejarah yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan
ditulis secara naratif, juga tidak menggunakan metode penelitian. Historiografi
merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah.
Penulisan sejarah dalam historiografi
lebih merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk merekam masa lalu. Oleh
karena itu, historiografi adalah ekspresi kultural dan pantulan dari keprihatinan
kelompok sosial masyarakat atau kelompok sosial yang menghasilkannya.
2.3 Penerapan Berpikir Diakronik
dan Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah
Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
Sejarah
itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu
sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan
membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A
sampai waktu B.
Sejarah berupaya melihat segala
sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan
diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari
waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa
sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan
ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga
memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan MENGAPA keadaan tertentu lahir dari
keadaan sebelumnya atau MENGAPA keadaan tertentu berkembang / berkelanjutan.
Contoh:
Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.
Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari
sejarah
Sedangkan ilmu
sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya ilmu sosial meluas
dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk
membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada
kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Contoh: satu mungkin menggunakan pendekatan
sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu
waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan
tertentu dan pada di saat itu.Penelitian
arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang.
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala
sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu.
Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang
meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang
terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik - topik dari
ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronis lainnya misalnya
adalah:
- Tarekat Naqsyabandiyah
- Qodiriyah di pesantren - pesantren Jawa´;
- Kota - kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan´;
(metode survey dan interview hanya memungkinkan topik yang kontemporer dengan
jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang sangat
luas.
Kedua
ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial
). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis
dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan
ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis
bercampur dengan sinkronis
Contoh:
- Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik )
- Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )
Mendeskripsikan konsep ruang dan
waktu
1. Konsep Ruang
Ruang adalah konsep
yang paling melekat dengan waktu.
·
Ruang
merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam
perjalanan waktu.
·
Penelaahan
suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang
waktu terjadinya peristiwa tersebut.
·
Jika
waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep
ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
2. Konsep waktu
·
Masa
lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa
lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
·
Masa
lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa
lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja,
sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat
dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
·
Sejarah
dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk
perencanaan masa yang akan datang
3. Keterkaitan konsep ruang dan waktu
dalam sejarah
Konsep
ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku
sejarah
o
Segala
aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian
o
Manusia
selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena
perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat
dimana manusia hidup ( beraktivitas )
BAB
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Secara etimologi,diakronik berasal dari bahasa
yunani yang berarti melintas atau melewati khronus yang berarti perjalanan
waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja. Sedangkan sinkronik yaitu
berasal dari bahasa yunani SYN,yaitu yang artinya sebagai ilmu yang meneliti
gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang
terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang diakronik,yaitu
memanjang dalam waktu dan dalam ruangan terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu
saja mempunyai metode sendiri, yang harus digunakan oleh seorang sejarawan
dalam menulis suatu peristiwa sejarah. Dengan menggunakan metode tersebut
seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi suatu peristiwa sejarah dengan
objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah adalah sesuatu yang mutlak.
Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang bernama Leopold Von Ranke
(1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang sesungguhnya
terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang
dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu-
ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan waktu
yang terbatas.
Cara
berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi
menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep
kronik, dan historiografi.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar